Mohon tunggu...
Denie Denie
Denie Denie Mohon Tunggu... karyawan swasta -

085252615026 nomor hape saya, domisili di Sambas, Kalimantan Barat. Mau nulis apa saja, kapan saja dan di mana saja ...salam

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mati Muda di Rumah Sakit

24 Oktober 2012   01:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:28 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi – pagi, udara masih segar. Suara kicau burung dari sekitar kuburan di belakang rumahku berdendang riang, seolah ia mengerti betapa sepinya rumah di tepi kuburan seperti rumah kontrakanku ini. Lagi asyik menikmati sajian berbagai status di facebook pagi itu, terdengar suara deringan dari Hapeku.

Kringggggg, Hapeku berdering. Pagi itu aku mendapatkan telpon dari salah seorang anggota dewan di Kabupaten Sambas. Beliau menceritakan perihal keluarga Rahmat ini, katanya pihak keluarga diminta 6,8 juta untuk selang yang akan dipasang ditubuh Rahmat, karena selang tersebut tidak termasuk beban Jamkesmas. Huh..lagi – lagi aku membatin, kapitalisme bertajuk rumah sakit modern ini tidak bosan – bosannya menggerus kesenangan di atas penderitaan para pasien.

Keesokan harinya, aku berangkat ke Jakarta, untuk dampingi warga dari Tekarang yang mengidap tumor di pipinya, sebagaimana sudah aku sampaikan dalam berbagai kesempatan. Pagi itu, Kamis 18 Oktober, aku sempat mampir ke RSUD Sudarso untuk menjumpai Pak Suardi.

Rahmat, 6 Bulan, masih tergolek di ruang Piccu, Rumah Sakit Umum Daerah Sudarso, Kalimantan Barat. Rahmat merupakan salah satu pasien yang berada di ruangan Piccu itu, harus menjalani perawatan intensif akibat menderita sesak nafas, diduga kuat karena hydrocephalus, terlihat dari kepalanya yang semakin membesar.

Rahmat, sudah hampir 18 hari di Rumah Sakit Sudarso, atau sudah hampir dua bulan berada dalam perawatan Rumah Sakit, yang pertama di Rumah Sakit Pemangkat, Kabupaten Sambas selama 1 bulan penuh, dan kini dirawat di RSUD Sudarso.

Ayah Rahmat, Suardi termasuk salah satu penerima kartu Jamkesda di Kabupaten Sambas. Berbekal kartu itu, Suardi membawa Rahmat untuk mendapatkan perawatan. Dengan sedikit terbata-bata menahan pedih, Suardi berharap agar Rahmat bisa segera sembuh, ia tak tega melihat beberapa selang yang terpasang di tubuh Rahmat yang baru menginjak usia 6 bulan itu. Seandainya bisa saya tukar badan, biarlah saya sakit menggantikan Rahmat, saya ikhlas, ujar Pak Suardi lirih. Mendengarnya saya hanya menahan nafas dalam.

Di Rumah Sakit Sudarso Pontianak, Pak Suardi membekali diri dengan surat “sakti” dari dinas sosial di Kabupaten Sambas, yang sudah diakui oleh PT. Askes setara dengan Jamkesmas. Mengingat, Jamkesda di Kabupaten Sambas, hanya berlaku hingga Rumah Sakit Abdul Aziz Singkawang, jadi jika memang harus dirujuk ke Pontianak atau Rumah Sakit di atasnya, masyarakat miskin di Sambas harus mengurus surat dari Dinas Sosial. Walaupun hal ini secara informasi belum memadai di tingkat desa, sehingga banyak warga yang akhirnya menyerah dan kembali ke rumah.

Pak Suardi, berbekal surat “sakti” itu kemudian berangkat ke RSUD Sudarso, Pontianak. Namun senang tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Sekalipun sudah di acc PT Askes dengan menerbitkan Surat Jaminan Pelayanan (SJP), rupanya pihak Rumah Sakit masih terus tarik ulur mengenai masalah beban biaya perawatan Rahmat.

Penuturan Pak Suardi, berikut bukti – bukti berupa resep, kertas tulisan dokter dan lain sebagainya. Ia diminta untuk keluar dari ruangan Piccu oleh perawat pagi itu, kamis 18 Oktober 2012. Kata sang perawat, ada yang mau masuk. Mendengar cerita itu, aku kesal ..mau pulang kemana? Itu artinya kita memang diminta untuk pulang ke rumah saja, karena 6,8 juta tak kunjung Pak Suardi keluarkan dari dompet lusuh hasil kerja serabutan di Kecamatan Jawai.

Aku menyempatkan diri untuk melihat langsung Rahmat. Sekaligus menemani Pak Suardi mengambil obat di apotik Jamkesmas RSUD Sudarso. Karena sudah hampir dua jam belum ada panggilan, akhirnya aku memutuskan untuk pamit ke Pak Suardi, karena harus berangkat ke Jakarta. aku tak menduga; itu adalah pertemuanku pertama kali dengan Rahmat, sekaligus pertemuan terakhir. Rahmat muda itu, menghembuskan nafas terakhir di usia muda, kasian sekali. Baru lahir, ia sudah menikmati layanan khas kapitalisme rumah sakit, Orang Miskin, Dilarang Keras Sakit. Rahmat kecil, menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Sudarso, Jum’at 19 Oktober 2012.

Lebih Jelas : SedekahSambas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun