Terhenyakkah perasaan anda, membaca berita seorang gadis di Salatiga Sambas, digagahi lelaki “perkosa” yang notabene mengaku sebagai pacar sang gadis. Penuturan ayah “korban” sudah 20 kali pacarnya itu menggagahi anak gadisnya hingga kini hamil 3 bulan. Sang Ayah melaporkan ke Polisi, karena mendapatkan kabar bahwa lelaki “hidung belang” itu akan menikah dengan wanita lain..Nah Lho?
Bagaimana ini bisa terjadi di Serambi Mekkah? Ah ..orang liberal menjawab di Mekkah aja ada kok yang beginian, jadi jangan heran dan ndak usah dilarang – larang lagi; ini sudah masuk ranah kebebasan berkehendak, dilindungi undang – undang; bla – bla, kan tidak mengganggu orang lain.
Anda yang beriman bagaimana menjawab persoalan ini? Ah ..biasa saja, yang penting itu bukan keluarga kita, bukan anak kita, tenang bro ..jangan sampai deh itu terjadi di keluarga. Sekarang kita tuh yang penting jaga diri kita, keluarga kita, bla – bla.
Nah bagaimana para anggota dewan membaca berita ini? Seharusnya remaja sekarang dibekali ilmu agama, dengan demikian yang begini tidak akan terjadi lagi. Sebentar lagi kan ramadhan, ntar ikut deh pasantren kilat, biar tambah wawasan keagamaan. Bisa saja sich dibikin perda Anti Maksiat, ntar kita study banding deh ke Tasik Malaya atau ke Padang, konon di sana perda anti maksiat sudah diketuk palu, kita ingin melihat sejauh mana bisa diterapkan di Sambas. Halo ...BERANGKAT...
Nah terus menurut bapak – bapak pejabat dinas pendidikan? Departemen agama? Bupati? Wakil bupati? Tenang – tenang; jika dibandingkan dengan kabupaten lain, kita paling rendah loh tingkat yang beginian. Dinas pendidikan ntar bilang, ehm....saya sudah dapat kabar dari sekolah yang bersangkutan, anak tersebut sudah dikeluarkan secara tidak hormat dari sekolah, jadi semua selesai.
Lalu departemen agama pendapatnya? Tenang bro..kita sudah antisipasi melalui guru agama di sekolah – sekolah, boleh juga nanti kita wajibkan setiap siswa SMA untuk ikutan mentoring yang diadakan Bina Insan Centre Sambas.
Pihak keluarga gimana? Kita sudah berusaha mendidik anak – anak, tetapi yang namanya takdir, kita sendiri tidak bisa menolak, walaupun kami harus menanggung malu akibat ini. Demikian, bla – bla..
Nah Nt gimana Denie ? Begini, pergaulan BEBAS sudah diizinkan di rumah masing – masing. Minimal dengan membiarkan si anak bergaul dengan yang bukan mahramnya, atau di rumah sudah lewat Hp dengan video porno, etc lah. Nah Lho?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H