Awal Perjumpaan Jokowi - Amerika
Tahun 2005 hampir saat bersamaan dengan terpilihnya Jokowi sebagai Walikota Solo dengan persentase suara sebesar 36,62%, secara kebetulan di Thailand, dinas intelijen Amerika bekerja sama dengan otoritas setempat menangkap salah seorang yang terkait serangan 9/11 dan salah satu yang dianggap merencanakan Bom Bali I tahun 2002 bernama Riduan Isamuddin atau yang dikenal sebagai Hambali yang setelah diintrograsi oleh CIA ternyata memiliki hubungan dengan Jemaah Islamiyah yang terkait Al Qaeda, pimpinan Abu Bakar Baasyir yang bermarkas di Solo.
Temuan bahwa terdapat hubungan antara Hambali dengan Abu Bakar Baasyir membuat dinas intelijen Amerika Serikat memutuskan untuk menyelidiki Kota Solo dan ponpres Ngruki yang dipimpin Abu Bakar Baasyir yang saat itu dipimpin Jokowi. Dinas intelijen Amerika berkali-kali mengirim agennya untuk menemui Jokowi selaku Walikota Solo sesuai dokumen rahasia CIA yang dibocorkan oleh Wikileaks bahwa pada tanggal 7 April 2006 atau hanya tujuh bulan sejak terpilih menjadi walikota; agen rahasia Amerika yang menemui Jokowi adalah Pierangelo dan David S. Williams dan mereka meminta Jokowi untuk mengontrol gerakan Abu Bakar Baasyir.
Sesuao permintaan Amerika, Jokowi berhasil mengontrol keradikalan pengikut Abu Bakar Baasyir di Solo dengan mendekati sang ustad secara pribadi, dan hubungan keduanya terus berlanjut sampai Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta yang ditunjukan dengan pengiriman utusan oleh Abu Bakar Baasyir ke Jakarta pada tanggal 30 Januari 2013 untuk menyampaikan pesan dan nasihat kepada Jokowi, padahal saat itu Abu Bakar Baasyir sedang berada di penjara Nusakambangan. Jokowipun mengucapkan terima kasih atas nasihat tersebut dan menyampaikan salam.
Keberhasilan Jokowi mengontrol Abu Bakar Baasyir mendapat pujian Amerika sebagaimana kembali terbukti dari bocoran kawat diplomatik dari Dubes AS di Jakarta, Cameron R. Hume kepada Pentagon sesuai bocoran website Wikileaks berjudul "Solo, From Radical Hub To Tourist Heaven." Dalam kawat diplomatik itu, Dubes AS menulis bahwa Solo sebelum 2005 adalah pusat kaum radikal Islam namun Jokowi berhasil menekan militansi ponpred Ngruki dan Islam melalui acara-acara seperti Euro-Asia World Heritage Cities Organization dan lain-lain.
Keberhasilan Jokowi menekan keradikalan Abu Bakar Baasyir dan penundukan diri Jokowi pada permintaan agen CIA yang mendatangi dirinya adalah salah satu faktor yang membuat Amerika memutuskan Jokowi adalah kandidat pemimpin boneka Amerika di Indonesia selanjutnya, dan untuk itu Amerika memutuskan "mematangkan" Jokowi sebagai "calon pemimpin nasional" dengan mengirim Luhut Panjaitan, anak emas Benny Moerdani, dan AM Hendropriyono, murid Benny Moerdani.Â
Bukti Luhut Binsar Panjaitan merupakan anak emas kesayangan Benny Moerdani adalah sebagai berikut ini:
"Berbeda dengan panglima-panglima sebelum dan sesudahnya, Benny memang memelihara sejumlah orang yang disenanginya. "Mereka itu semacam golden boys Benny Moerdani," kata Schwarz. Salah satu yang dikenal sebagai "anak emas" itu adalah Luhut Binsar Panjaitan."
- Salim Said, Dari Gestapu Ke Reformasi, Serangkaian Kesaksian, halaman 343
Benny Moerdani sendiri tentu saja adalah bagian dari CSIS yang didirikan oleh Pater Beek, agen CIA, dinas intelijen Amerika yang setelah komunis jatuh melihat Islam sebagai kekuatan yang bisa melawan Amerika (selengkapnya bisa dibaca di tulisan George Junus Aditjondro, mantan murid Pater Beek, berjudul CSIS, Pater Beek SJ, Ali Moertopo dan LB Moerdani).
Untuk menutupi kegiatan intelijen ketika menggarap/membina Jokowi sebagai persiapan agar dia bisa menjadi boneka Amerika yang baik maka tahun 2008 Luhut Panjaitan membuat usaha patungan dengan Jokowi melalui perusahaan milik Luhut bernama PT Toba Sejahtera dengan holding mendirikan PT Rakabu Sejahtera, di mana dalam Akta Pendirian disebutkan bahwa modal awal pendirian perusahaan berasal Luhut sebesar Rp. 15,5miliar dan anak Jokowi bernama Gibran Rakabuming Raka (saat itu berusia 20 tahun) "menyetor" Rp. 19.2miliar. Ini tentu temuan yang sangat luar biasa karena menunjukan anak Jokowi memiliki uang sebesar Rp. 19,2miliar untuk membangun perusahaan dengan Luhut Panjaitan, padahal tahun lalu dia mengatakan kesulitan mencari modal Rp. 1miliar untuk membangun usaha katering (anak Jokowi pelihara tuyul?).