Mohon tunggu...
Berny Satria
Berny Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis bangsa

Bangsa yang Besar adalah yang berani berkorban bagi generasi berikutnya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Surfing di Atas Covid

1 Agustus 2021   18:46 Diperbarui: 27 November 2022   02:53 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore itu Gelombang laut besar di pantai bertubi-tubi datang tanpa henti. Semakin lama semakin takjub mengamati gelombang yang muncul kepermukaan menjadi ombak yang semakin besar. Sepertinya tak akan ada manusia yang bisa menghentikan gelombang di lautan.

Aku jadi ingat ketika sebelum ini, ada kulihat dari bibir pantai beberapa orang yang justru berenang menghampiri gelombang itu. Mereka membawa papan selancar untuk bermain berselancar di atas papan (surfing). Mereka terus menuju ke tengah lautan. Dan di depannya ada ombak besar menganga untuk menghempaskannya. Wah mati ini orang tergulung ombak, pikirku...

Surfer (peselancar) itu menempatkan badannya memanjang di atas papan, sambil tangannya mengayuh ombak menuju gelombang yang besar itu, dan kemudian ia mengarahkan kemiringan papannya menghunjam laut seperti seekor bebek yang menyelam (Duck Dive).

Rupanya tehnik itu dilakukan agar sang Surfer tidak terdorong kembali ke pinggir pantai dan mengambil posisi semakin jauh ke tengah laut. Dan benar saja, ketika Surfer itu muncul ke permukaan dari setelah Duck Dive, ia sudah lebih jauh dari posisi ketika ia bertemu ombak tadi. Berulang-ulang mereka lakukan Duck Dive yang menyebabkan semakin mereka dapat terhindar dari ombak pecah yang akan mendorongnya ke pinggir pantai. Hingga mereka berada pada posisi dimana arus laut hanya berbentuk gelombang tanpa pecahan di tengah sana. Kemudian mereka duduk di papan surfing sambil menunggu ombak mana yang akan diambil untuk menari diatasnya. 

Mereka ada yang mengejar ombak dengan berbaring di papan, dan tangannya mengayuh (Paddle) mengejar lajunya ombak. Beberapa kali ada yang gagal, kemudian kembali mengayuh ke tengah untuk menunggu ombak yang tepat untuk diambil.

Dan ketika mereka mendapat momentnya untuk mengambil ombak, mereka lantas berdiri sambil sesekali mengarahkan  papan ber zig-zag agar lajunya lebih cepat karena mereka tak mau digulung oleh ombak pecah yang akan menghentikannya.

Begitu mahirnya mereka berselancar hingga bisa masuk ke dalam cekungan ombak (Barrel), sungguh sangat mengasyikkan melihatnya. Mereka dapat mengendalikan sebuah bahaya menjadi keasyikan yang tak banyak orang dapat menguasainya.

Serangan virus Corona (Covid 19) sudah sekitar satu tahun tujuh bulan terus menyerang umat Manusia di bumi ini dengan varian-varian yang semakin membahayakan. Varian virus Corona yang sudah berkali-kali bermutasi menjadi varian baru seperti varian Alpha, Beta, , Gamma, Delta, Epsilon, Zeta, Eta, Theta, Lota, Dan Kappa. 

Varian virus Corona ini terus bermutasi menjadi varian baru yang memiliki kemampuan daya tular destruktif semakin tinggi. Hingga konon ada sebuah varian yang dapat menularkan ketika kita berbicara dengan orang yang positif hanya dalam waktu 15 detik saja. Bisa saja nanti akan ada varian virus yang bisa menular hanya dengan berpandangan mata saja, siapa tahu...

Serangan Virus Corona ini persis seperti gelombang laut yang datang bertubi-tubi menghantam apa saja di hadapannya. Tidak kurang fokus Pemerintah dengan segala kelebihan dan kekurangannya mengatasi serangan ini. Namun semakin hari semakin hebat serangan dan akibatnya yang merusak segala sendi kehidupan manusia di dunia. Ini disebabkan kecepatan bermutasi virus lebih masif dibanding kecepatan mutasi Imun kita dalam mengatasinya.

Sebenarnya Tuhan sudah melengkapi sistem pertahanan pada tubuh manusia dengan "tentara" yang tak kenal lelah. Ia adalah system Imun yang berfungsi meredam segala gangguan pada tubuh. Ia harus dirawat, dirangsang kualitas dan kuantitas nya, dibuat semakin responsif, dan semakin manjur. Jadi peredam segala gangguan medis pada tubuh adalah system Imun, bukan dengan membunuh virusnya. Karena tidak ada obat yang dapat membunuh virus dalam tubuh manusia. 

Vaksinasi adalah cara manusia untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas system Imun manusia, bukan pembunuh virus. Karena serangan virus Corona dapat diredam dengan system Imun yang mematikan sel inang tempat virus itu memperbanyak diri, sehingga virus akan mati kelaparan.

Maka tindakan yang Urgent dilakukan Pengambil Kebijakan penanganan virus Corona adalah memperkuat system Imun masyarakat secara alamiah, karena hanya dengan system Imun lah manusia bisa menangani serangan berbagai macam virus kini dan di masa datang. 

Pembagian secara gratis vitamin d3, K2, Magnesium, dan suplemen-suplemen yang dapat meningkatkan system Imun, lebih tepat dilakukan daripada mengupayakan hal lain. Jika tidak, maka bangsa ini akan menjadi bangsa yang ditakuti. Bukan karena kekuatannya, tetapi karena penularannya, yakni menularkan varian baru virus Corona. Karena terbukti bahwa bangsa ini menjadi habitat segala varian virus Corona yang muncul di berbagai belahan dunia, yang sangat baik.

Kita harus bisa meniru para peselancar tadi. Mereka dapat mengatasi bahaya menjadi sesuatu yang bermanfaat tanpa ada ketakutan berlebihan dalam menghadapinya. Mereka diasah dengan latihan Duck Dive, Paddle, Barrel. Kita harus bisa Surfing diatas Covid.

Begitupula system Imun kita yang harus dilatih dengan memperkuat kualitas dan kuantitas nya. Karena virus Corona akan terus bermutasi tanpa bisa dicegah. Tinggal bagaimana kita membuat agar system Imun kita dapat lebih cepat mutasinya daripada virus Corona. 

Persis seperti gelombang di laut yang tidak bisa dihentikan, Virus Corona tidak akan berhenti bermutasi dan menyerang manusia. Namun kita harus dapat menangani dan memanfaatkannya menjadi kelebihan bagi kemajuan peradaban umat manusia.

Mudah-mudahan Pengambil Kebijakan dapat mengambil pelajaran darinya.

Pelabuhan Ratu, 1 Agustus 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun