Mohon tunggu...
Berny Satria
Berny Satria Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis bangsa

Bangsa yang Besar adalah yang berani berkorban bagi generasi berikutnya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lockdown yang Setengah-setengah

27 Mei 2020   08:00 Diperbarui: 28 Mei 2020   12:25 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepuluh poin diatas tidak akan berlangsung selamanya, hanya beberapa bulan saja seiring dengan meredanya kasus positif Covid19 di negara-negara tetangga yang mengantisipasinya dengan gerakan serupa. Karena penanganan wabah ini harus bersama-sama seiring sejalan dengan negara-negara lain yang juga tertimpa kasus yang sama (Pandemic). 

Jika tidak bersama seiring sejalan dalam penanganannya, maka negara-negara akan terus mendapatkan wabah Virus Covid19 gelombang ke 2, ke 3, dst, karena ada satu atau lebih negara yang penanganannya tidak seirama/serentak penyelesaiannya. Ia akan menjadi sumber virus kembali ketika warganya yang positif -dengan atau tanpa gejala- mengunjungi negara-negara yang sudah sehat, dan begitu seterusnya.

Jika pengambil kebijakan publik masih ambigu dalam menegakkan aturan yang telah ditetapkan, maka negara ini akan menjadi salah satu negara yang paling lama melalui wabah Covid19. Seorang dokter di Malaysia telah memberi peringatan, bahwa Indonesia adalah bom waktu yang suatu saat akan membuat cluster baru di negaranya. Pernyataan ini masuk akal karena negara Malaysia yang telah melaksanakan LockDown dengan ketat, akan bisa kembali menghadapi kasus Covid19 gelombang ke 2 dengan mutasi virus yang baru disebabkan berbatasan dengan Indonesia yang santer terlalu Santai dalam menanggapi kasus Covid19, dimana lalu lintas warga Indonesia maupun Malaysia masih bisa melintas.

Pemimpin persis seperti Gembala yang memandu Domba sebagai rakyatnya. Domba-domba akan menurut tatkala gembalanya memimpin dengan tegas dan penuh tanggungjawab. Bukan saja siap memecut domba yang keluar dari barisan, tetapi gembala harus siap mengarahkan domba ke telaga tempat air minum dombanya, serta memandu mereka ke ladang rumput nan hijau untuk makan. Bukan memaksa domba menghasilkan susu tapi gembalanya dibiarkan dimakan serigala, karena yang menghasilkan susu itu adalah domba-domba itu sendiri.

Mungkin sang Pemimpin akan dianggap kejam dalam menegakkan aturan. Tetapi bukankah sebuah aturan yang menjelma jadi sebuah hukum bertujuan untuk melindungi rakyatnya dari berbagai ancaman, bukan memberi sangsi untuk menyengsarakan.

Dengan disiplin ini, maka gembala dapat memerah susu domba-domba sementara domba-dombanya tetap selamat dan beranak-pinak dengan sehat. Jika ini dilaksanakan, maka sang regulator akan ditorehkan pada lembar sejarah sebagai pemimpin yang berhasil menyelamatkan rakyatnya keluar dari himpitan bencana wabah global.

Semoga…

Bogor, 27 Mei 2020

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun