Yang Kedua, dengan membuat orang memiliki daya tahan tubuh (imun) yang dapat memproduksi vaksin alamiah sebagai pertahanan yang ideal dari tubuh manusia (Herd Immunity). Teknisnya yakni dengan membiarkan virus Corona menjangkiti manusia yang akan melawannya dengan sistem pertahanan alamiah yakni sistem kekebalan tubuh atau sistem imun.
Cara ini pernah diungkapkan oleh menteri kesehatan Israel bahwa setelah 70% penduduk dunia terjangkit virus ini, maka angka korban Covid19 akan menurun disebabkan sebagian besar manusia sudah memilki Antibody untuk melawan virus ini.
Setelah terpapar virus ini dan mampu mengatasinya, Antibody akan memiliki data untuk mematikan sel tempat Virus ini membelah diri sehingga virus akan kelaparan dan mati, jika virus ini menyerang kembali ke tubuh yang sama (Kebal). Pada saat itulah secara berangsur Virus Cov-2 akan hilang dari muka bumi.
Namun Cara ini lebih ekstrim dengan tingkat resiko Kematian yang besar karena tidak semua orang tubuhnya mampu memproduksi Vaksin alamiah. Hal ini disebabkan kondisi vitalitas masing-masing orang berbeda. Belum lagi penyakit bawaan/tahunan yang telah menjangkit orang tersebut akan mempercepat kegagalan memproduksi vaksin alamiah ini. Cara ini terhitung lebih murah biaya penanggulangannya bagi otoritas kebijakan karena resiko dan biaya akibat yang timbul ditanggung oleh orang itu sendiri.
Lihat bagaimana negara Swedia dan Brazil yang meremehkan dan menerapkan kebijakan ini. Swedia memiliki tingkat kematian 5 kali lebih tinggi dari negara-negara di sekitarnya. Dan Brazil kini menjadi negara ke 2 tertinggi kasus positif Corona di seluruh dunia.
Langkah yang diambil oleh otoritas kebijakan publik negeri ini bukan yang Pertama, maupun yang Kedua. Sebab jika cara Pertama yang diambil, maka akan terjadi kemunduran bagi bangsa ini dari berbagai bidang. Eksport-import, pendidikan, manufaktur, pariwisata, pertanian, jasa, sosial kemasyarakatan, dan banyak lagi bidang yang lain akan berhenti pergerakannya. Belum lagi angka pengangguran dan penanggulangannya yang pasti akan menyedot pundi keuangan negara.
Ini berarti bangsa akan berhenti beraktifitas dan hanya akan menyebabkan dampak jebolnya dana yang telah dianggarkan pada pos-pos APBN harus dialihkan untuk penanggulangan dampak kebijakan Lockdown yang diambil. Dan negara harus menjamin ketersediaan pasokan makanan bagi tiap penduduk nya jika melarang untuk keluar. Pertimbangan ekonomis lah yang menyebabkan tidak diterapkannya langkah Lockdown.
Juga Bukan cara yang Kedua. Karena dengan Herd Immunity akan menyebabkan angka kematian yang luar biasa pada rakyat. Ini tidak sejalan dengan tanggungjawab pemerintah sebagai pelindung dan penjamin keselamatan rakyatnya. Di sisi lain langkah ini akan menyebabkan hilangnya beberapa level usia khususnya orang yang berusia 50 tahun keatas, dan juga balita. Belum lagi kemungkinan hilangnya generasi penerus bangsa berusia balita yang juga rentan terjangkit Covid19.
Langkah yang diambil adalah, setengah Lockdown, setengah Herd Immunity. Atau bahasa yang baru santer dengan langkah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Sedikit mengambil falsafah Lockdown dengan mengkarantina hanya pada daerah yang akut penyebaran Covid19, namun tetap membuka kemungkinan bagi masyarakat untuk berinteraksi dengan batasan prosedur kesehatan yang ditentukan pemerintah. Dengan bahasa kiasannya, “Berdamai dengan Corona”.
Namun sayang, penerapan PSBB ini menimbulkan tanda tanya bagi rakyat karena selain keputusan pemerintah yang diumumkan pada awal April tidak melarang mudik, namun pada 21 april menjadi melarang mudik. Begitupula kebijakan PSBB yang diterapkan tidak sepenuhnya ditegakkan dengan baik. Masih banyak orang yang dapat keluar masuk dari satu provinsi ke provinsi lain dengan bebas.
Asisten Rumah Tangga (ART) yang berkerja di rumah saya, pada tanggal 15 Mei 2020 masih bisa pulang ke Bandung. Yang satu lagi dapat pulang ke Cilacap. Bisa jadi supir bus travelnya tahu cara menghindar pemeriksaan sehingga dapat lolos ke kampung halamannya. Namun ini adalah bukti bahwa pembatasan perpindahan penduduk antar provinsi masih terdapat celah untuk dapat dilalui sehingga mengakibatkan bertemunya orang dari kota besar dengan orang di daerah.