Tiga murid brilliant HOS Cokroaminoto yakni Semaoen, Kartosoewirjo, dan Soekarno, adalah murid-murid yang telah membawa perubahan besar dalam perkembangan Negara ini. Ketiganya harus berakhir tragis setelah apa yang diperjuangkannya.
Terlepas antara keberpihakan dari tiga idealisme diatas, ongkos mewujudkan idealisme ternyata tidak murah. Ia memerlukan pengorbanan dan kesiapan segala sesuatu dalam menghadapinya. Dipenjara, diasingkan, dipermalukan, hingga terancam keselamatan diri dan keluarganya, adalah resiko yang harus siap dibayar oleh para pengusungnya. Mereka tetap teguh tak berubah walau harus berakhir dengan keadaan yang tak diharapkan. Karena idealisme menjadi sebuah Ruh yang menghidupkan para pejuangnya.
Inilah perbedaan antara idealisme dan Pelacuran, yakni keteguhan dalam menjalankan misi. Seorang idealis akan teguh menjalankan misinya walau harus berkalang tanah dalam memperjuangkannya. Namun seorang pelacur akan mudah berubah cara ketika keselamatan atau kepentingannya terancam. Ia siap "mengangkangkan paha" dihadapan orang yang melintas asalkan kebutuhan pribadinya terpenuhi.
Tanpa idealisme, mereka tidak memiliki arti apa-apa. Tak ubahnya bagaikan pelacur yang mudah berganti-ganti misi manakala fenomena dihadapannya berubah.
Tanpa idealisme, mereka akan seperti pohon besar berdiri namun tak memiliki akar. Mudah tumbang hanya karena hembusan angin semilir saja. Idealisme adalah sesuatu yang patut diperjuangkan demi tertorehnya kisah perjuangan.
“Lebih memilih menang gilang gemilang, atau hancur karenanya”
* Sumber rujukan: Wikipedia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H