Mohon tunggu...
Bernorth M
Bernorth M Mohon Tunggu... Administrasi - Volunter, Penulis, Pengembang Aplikasi

WWW.BONUSDEMOGRAFI-INSTITUTE.ORG Kopiholic # Untuk Kolaborasi, ide & saran email : bonusdemografi2020@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Produktif di Desa bagi Milenial

3 Oktober 2019   08:52 Diperbarui: 4 Oktober 2019   03:35 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto : www.bakpiamutiarajogja.com ( Desa Wisata Pujon Kidul )

Awal bulan oktober ini tanpa kita sadari pada bulan september 2019 yang lalu, kita melewati dua peringatan hari penting yaitu peringatan hari tani nasional ( 24 september ) dan pariwisata ( 27 september ) yang di gadang-gadang menjadi skala prioritas pemerintah meningkatkan produk domestik bruto ( PDB).

Celakanya, dua peringatan tersebut tenggalam oleh hiruk pikuk pemberitaan, salah satunya peristiwa demontrasi berjilid-jilid. Kita juga di bombardir dengan berita hoaks dan serangan para Buzzer yang luar biasa menghina kecerdasan dan akal sehat.

Seakan kita melupakan, bahwa setiap hari kebutuhan tubuh kita memerlukan makan dan minum. Dan ketika kita penat dengan pekerjaan dan usaha, berwisata menjadi solusi mengisi semangat hidup agar siap bersiap kembali menjadi lebih segar dan produktif.

Untuk itu, saya akan menuliskan 2 tulisan terkait petani, desa dan wisata bagi kita semua. Smoga memberikan gagasan dan segera proaktif membangun pertanian dan desa. Salam Produktif!

Desa memang memiliki tantangan tersendiri dalam mengembangkanya menjadi lebih produktif. Itu lebih banyak di sebabkan karena kecenderungan daerah di desa masih minim infrastruktur yang memadai.

Mulai dari akses jalan, penerangan, jaringan teknologi dan informasi, dan sumber daya manusia (SDM) yang kebanyakan masih belum melek akan perkembangan zaman terkait inovasi teknologi dengan berbagai platform yang kini mewabah bagai jamur di musim hujan.

Padahal, desa menyimpan banyak potensi agar lebih berdaya dan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga hidup lebih baik dan sejahtera. Potensi itu salah satunya menjadikan desa produktif dengan akselerasi pengembangan desa wisata.

Pengembangan desa wisata semakin menarik karena undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa memberikan mandat bagi perangkat desa mendukung warganya turut berpartisipasi membangun desa.

Belum lagi terkait dana desa yang kini menjadi stimulus kepala desa dalam menentukan kebutuhan dan kepentingan mana yang lebih tepat bagi masyarakatnya. Lebih dari Rp 1 miliar anggaran di kucurkan pemerintah untuk kepentingan desa.

Dahulu ini sangat tidak mungkin terjadi, karena dana perencanaan pembangunan otoritasnya berada pada pemerintahan propinsi.

Koleksi Pribadi : Desa Pintu-pintu, Hutabayu, SUMUT.
Koleksi Pribadi : Desa Pintu-pintu, Hutabayu, SUMUT.
Geliat desa wisata semakin terlihat menggairahkan karena sudah ada beberapa desa yang mampu mewujudkan desanya lebih produktif bahkan ada beberapa desa meraih penghargaan nasional.

Sebut saja  desa Pujon Kidul ( Jawa Timur  mendapatkan penghargaan pada tahun 2017 sebagai desa wisata agro terbaik nasional. Tidak main-main jumlah pengunjungnya mencapai 300.000 per tahun. Peningkatan pendapatan asli desa ( Pades ) pun meningkat dari puluhan juta menjadi Rp 1,3 miliar pada tahun 2018.

Pada tahun 2018 desa ekowisata di raih salah satunya desa  Tangkahan ( Sumatera Utara ) menjadi desa yang menyisihkan ratusan desa lainnya.

Ada juga desa Tarean, di Sumatera Utara, yang memiliki sungai berdinding batu raksasa tapi belum di optimalkan pengelolaannya oleh pemda terkait. 

Bercermin dari beberapa raihan prestasi desa diatas, yang mampu membuat warganya terlibat positif membangun desa wisata, hal tersebut cukup membuktikan, desa bukan tidak mungkin menjadi salah satu solusi menekan urbanisasi sekaligus menjaga lingkungan, karena terbukti peluang dan kesempatan terbuka lebar bagi warga sekaligus menanggulangi permasalahan kemiskinan karena membantu meningkatkan produktivitas serta alternatif kegiatan wirausaha.

Tentu saja desa yang berdaya seperti diatas dapat di adaptasi desa lain. Desa harus  memiliki road map perencanaan yang terukur agar tidak melenceng dari harapan. Langkah pertama tentu saja dengan memetakan potensi desa yang belum terjamah atau belum di kelola dengan baik.

Perangkat desa dapat dengan mudah menganalisa kebutuhan tersebut karena berada pada daerahnya sendiri.

sumber foto : www.bakpiamutiarajogja.com ( Desa Wisata Pujon Kidul )
sumber foto : www.bakpiamutiarajogja.com ( Desa Wisata Pujon Kidul )
Kedua, tentu saja mengedukasi warga agar paham bagaimana mengelola wisata desa menjadi lebih menarik pengunjung. Tentu pemerintah perlu memberikan petunjuk teknis terkait ekosistem wisata. Misal, terkait branding dan marketing.

Selain itu juga tidak lupa mengingatkan warga agar menjadi tuan rumah yang ramah. Perangkat daerah harus lihai juga melibatkan generasi muda lokal agar juga mampu menggaet para pengunjung yang seusia dan mengajak mempromosikannya di berbagai platform media sosial.

Apalagi, pengunjung generasi milenial ( usia 15-34 tahun ) tahun ini mencapai 82 juta jiwa ( riset Markplus ) yang akan terus meningkat karena fenomena bonus demografi.

Karakteristik milenial juga terlihat lebih melek akan ragam media sosial dan sangat antusias menampilkan foto pribadinya ketika mengunjungi destinasi wisata tersebut serta tidak malu-malu untuk bercuap-cuap mempromosikannya.

Belum lagi, blogger wisata yang kerap menuliskan pengalaman sendiri, jika lokasi wisata tersebut unik dan belum ramai di ketahui sesama komunitasnya. Ini akan sangat menimbulkan penasaran bagi yang lain untuk datang melancong, selain tentu saja menimbulkan efek word of mouth.

Ketiga, tentu saja harus melibatkan media mainstream agar informasi desa wisata agar memberikan gambaran kepada masyarakat sekitar sehingga semakin menimbulkan rasa kepedulian dan kebanggaan akan daerah.

Ujung-ujungnya, kunjungan wisata membludak, pergerakan ekonomi juga akan melonjak, khususnya usaha kecil menengah kreatif ( kriya, fashion, kuliner, dan lain lain ).

Efek domino seperti inilah yang kita harapkan dapat terwujud agar denyut ekonomi desa bertumbuh pesat.

Stigma persepsi masyarakatpun yang menganggap desa "kampungan" dan sulit mencari usaha dan pekerjaan dapat perlahan-lahan mulai berubah karena ternyata dengan gotong royong membangun desa wisata dapat menjadikan setiap warga semakin sejahtera dan mengaktualisasikan potensi kreatifnya tanpa harus berpindah ke kota, hanya agar ingin dianggap lebih keren dan maju.

Berani coba?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun