Dahulu makam Ema Dato hanyalah sebuah gundukan tanah dan tumpukan batu, di belakangnya ada pohon kosambi besar. Pada saat itu tidak ada yang mengetahui kuburan siapa itu, namun menurut cerita para nelayan disana, mereka sering melihat seorang perempuan berdiri disekitar makam tersebut tepatnya di depan pohon kosambi besar.
Perempuan tersebut sering terlihat memegang sebuah daun, kemudian dengan mediasi barulah diketahui bahwa makam tersebut milik seorang tabib bernama Lou Bu Cia atau yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan Ema Dato Kosambi.
Bangunan pertama makan Ema Dato dibangun pada tahun 1700-an, saat itu kondisinya hanya beratapkan jerami dan ditopang dengan kayu. Petani setempat merawat makam tersebut sebagai bentuk balas budi karena bantuan air yang berasal dari makam tersebut mampu menghilangkan hama yang merusak kebun para petani.
Pada 1961, makam Emo Dato dibangun kembali menjadi lebih baik yang hingga sekarang kokoh berdiri. Kelenteng keramat Ema Dato saat ini masih berfungsi dengan baik sebagai tempat penyembuhan tradisional dan destinasi wisata spiritual. Makam Ema Dato ini merupakan salah satu bukti dari banyaknya penyebaran kepercayaan yang dibawa oleh para pedagang dari Tionghoa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI