Mohon tunggu...
Bernessa Kamelia
Bernessa Kamelia Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Negeri Surabaya

hobinya gambar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Seberapa Penting Pendidikan Seksual saat Usia Dini?

2 Desember 2022   15:06 Diperbarui: 3 Desember 2022   09:56 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perlu kita ketahui bahwa perempuan sangat rentan mendapat pelecehan seksual bahkan pemerkoasaan, baik remaja hingga anak kecil. di era pandemic covid-19, kasus kekerasan seksual, pemerkosaan serta pelecehan seksual meningkat sebanyak 60%. Kadis mengatakan bahwa “jumlah kasus pemerkosaan terhadap perempuan remaja maupun dewasa terus meningkat setiap tahunnya, dari 8.864 di tahun 2019, turun menjadi 8.686 di tahun 2020, kemudian meningkat menjadi 10.247 di tahun 2022”. Namun tak hanya kasus pemerkosaan pada remaja perempuan hingga dewasa saja yang melonjak, bahkan anak kecil juga. Gemala juga mengutarakan bahwa “kasus kekerasan terhadap anak terus meningkat setiap tahunnya tercatat pada tahun 2019-2022. Ada 11.057 kasus pada tahun 2019, 11.278 kasus tahun 2020, dan tahun 2021 menjadi 14.517". Maka dari itu banyak dari orang tua terutama orang tua di negara indonesia tidak mengajarkan kepada anaknya tentang pendidikan seksual saat usia dini dikarenakan hal tersebut di anggap tabu dan minimnya pengetahuan tentang pendidikan seksual di usia dini karena keterbatasan media informasi yang kurang memadai. Tak hanya itu, mereka juga menganggap bahwa pendidikan seksual di usia dini tidak pantas untuk di bicarakan kepada anak kecil, mereka menganggap bahwa anak usia dini tidak perlu tahu tentang pendidikan seksual.

Pendidikan seksual di usia dini adalah kegiatan pemberian informasi terkait pengenalan fungsi organ reproduksi kepada anak yang bertujuan agar menghindari resiko pelecehan seksual. Pendidikan seksual sering kali di salah artikan karena kosakatanya yang jorok dan tabu serta hanya mengajarkan hubungan antar lelaki dan perempuan.

Mengajarkan pendidikan seksual sejak dini mampu memberikan banyak manfaat kepada anak nantinya, seperti :

  • Menghilangkan rasa keingin tahuan anak

Seperti yang kita ketahui pada umumnya anak usia dini mempunyai rasa kaingintahuan yang sangat besar, dengan memberi tahu pemahaman seksual sejak dini, di harapkan bisa menghilangkan rasa ingin tahu anak serta bisa menjadi bekal agar anak bisa menyaring informasi tentang seksual yang berseliweran di internet.

  • Memberi pelajaran kepada anak untuk menjaga organ reproduksinya

Anak perlu mengetahui bahwa ada beberapa bagian dari tubuhnya yang tidak boleh di sentuh orang lain sembarangan, seperti dada, organ reproduksi, perut, leher, tangan serta kaki. Bagian tubuh tersebut memerlukan izin terlebih dahulu untuk boleh menyentuhnya, bahkan orang terdekat sekalipun terutama kepada lawan jenis.

  • Supaya anak tidak kaget saat memasuki masa pubertas

Beberapa anak yang tidak mengetahui tentang masa-masa pubertas, akibatnya mereka terkejut saat mulai memasuki masa pubertas dan terkadang mereka tidak bisa menerima atau bahkan merasa aneh akan perubahan yang terjadi pada dirinya sendiri, seperti Ketika remaja perempuan mulai menstruasi dan laki-laki mulai mimpi basah, serta perubahan fisik mulai dari tumbuhnya bulu di tempat-tempat intim, juga perubahan pada suara. Maka dari itu hendaknya orang tua memberi tahu lebih dini tentang pemahaman organ reproduksi.

            Perlu kita ketahui bahwa ada beberapa tahapan terkait masa-masa pubertas pada anak yakni,

 A. Fase oral, (biasanya terjadi pada bayi berumur 0-2 tahun)pada fase ini, bayi mengalami kepuasan Ketika bersentuhan di dekat mulutnya, hal ini di dapatkan Ketika orang tua mencium serta memeluk anak mereka.

B. Fase anal, (terjadi Ketika anak berusia 2-3 tahun) di fase ini anak mendapatkan kepuasan di sekitar anus, seperti Ketika anak sedang buang air kecil atau besar. Pada fase ini anak sebaiknya di ajarkan toilet training, yaitu pergantian dari buang air besar di popok menjadi di toilet. Para ahli mengemukakan bahwa Ketika anak mengalami gangguan pada fase ini maka, anak bisa berpotensi mengalami gangguan seksual.

C. Fase phallic (terjadi saat anak berusia 3-5 tahun) di fase ini, anak akan mulai penasaran dengan organ reproduksi/ alat kelaminnya. Biasanya anak akan memainkan kelaminnya karena penasaran, sebaiknya orang tua mulai mengenalkan edukasi tentang organ reproduksi, di mulai dengan memberi tahu Nama serta fungsinya.

D. Fase latent (terjadi Ketika anak berusia 6-11 tahun), pada fase ini, tidak terlihat adanya perubahan fisik pada anak, melainkan perkembangan intelektual anak yang berkembang dengan pesat. Di usia ini anak sedang mencari bakat serta prestasi yang ada pada dalam diri anak, di tahap ini hendaknya orang tua mendukung anak dengan mengikutsertakan kegiatan di luar jam sekolah seperti belajar memainkan alat musik, belajar menggambar dan lain-lain.

C. Fase genital ( Ketika anak menginjak usia 12 tahun) fase ini merupakan fase terakhir dalam tahapan masa pubertas. Di masa ini, organ reproduksi anak sudah mulai berkembang dengan pesat, perkembangan ini di tandai dengan mimpi basah pada anak laki-laki dan menstruasi pada anak perempuan, hal ini di sebabkan karena hormone seksual pada anak sudah mulai aktif, dan mulai bisa menikmati aktifitas seksual tanpa sadar.

            Topik bahasan pemahaman tentang seksual tidak bisa di bicarakan hanya satu kali saja, melainkan, perlu di bicarakan terus menerus sampai anak paham dengan organ reproduksinya sendiri dan tahu cara menjaganya. Lalu, bagaimana cara kita memberi tahu anak tentang pendidikan seksual? Pertama, kita bisa memberi pemahaman seksual sesuai dengan tahapan umur anak, hal itu bertujuan agar anak lebih paham entang informasi yang kita berikan. Contohnya, anak usia 5 tahun yang di beri tahu tentang menstruasi, padahal seharusnya di usia saat itu anak di kenalkan pada organ reproduksi. Kedua, mengenalkan anak pada setiap anggota tubuh baik bagian luar maupun intim. yang  dengan memakai kata yang baik dan benar, seperti buah dada, testis, penis, mata, tangan, vagina, dan lain-lain, agar anak lebih mengerti dan mengetahui bahwa pembicaraan terkait organ tubuh itu tidak canggung. Orang tua juga perlu memberi tahu bahwa setiap manusia mempunyai dua organ reproduksi yang berbeda, seperti laki-laki dan perempuan, serta jelaskan juga perbedaan dari organ tersebut agar anak tidak salah tanggap. Ketika anak mengetahui dengan jelas nama dari setiap bagian tubuhnya, dia bisa membicarakan dengan leluasa pada orang tua atau dokter terkait keluhan atau perubahan pada tubuhnya tanpa merasa canggung. Ketiga, menyertakan keluarga, atau orang tua. ketika berbicara tentang pendidikan seksual, ada baiknya kita melibatkan setiap anggota keluarga atau orang tua Ketika berbicara hal yang berbau seksual, itu bertujuan supaya anak tahu bahwa pembicaran tentang organ tubuh adalah hal yang wajar dan bukan sesatu yang memalukan, serta bisa menceritakan bagian tubuhnya dengan nyaman. Keempat, usahakan untuk mengawali obrolan terlebih dahulu, kebanyakan anak tidak akan memulai obrolan tentang organ reproduksi karena mereka tidak paham dengan tubuhnya, atau tidak mengetahui dengan jelas informasi terkait bagian-bagian  dari tubuhnya. Sebaiknya para orang tua mencari waktu, suasana, serta momen yang tepat saat akan mengawali pembicaraan tentang seksual. Kelima, beri tahu anak tentang rasa malu, tak hanya mengajarkan anak tentang bagian-bagian tubuh mana saja yang boleh di sentuh orang lain, para orang tua juga perlu memberitahu anak tentang rasa malu. Seperti, menasihati anak agar tidak boleh memperlihatkan organ reproduksi/ kelaminnya kepada orang lain, baik orang yang di kenal maupun orang terdekat, kemudian orang tua wajib membiasakan anak agar memakai pakaian, baik di luar rumah maupun di dalam rumah, atau bahkan di kamar sekalipun, tak hanya itu, orang tua juga harus mengajari anak akan Batasan, seeperti Batasan bagian tubuh yang boleh di perlihatkan maupun tidak.

            Pengetahuan tentang pendidikan seksual sangat di butuhkan bagi para orang tua dalam membesarkan anaknya, terlebih lagi jika membesarkan anak perempuan, di karenakan maraknya kasus pemerkosaan yang di alami perempuan baik saat masa anak-anak hingga dewasa agar terhindar dari pelaku pelecehan seksual. Terimakasih sudah membaca sampai akhir, semoga dengan ini, kasus pelecehan seksual pada anak bisa menurun karena adanya kesadaran dan rasa awas orang tua yang sadar akan pentingnya edukasi seksual sejak dini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun