Bagi Orangtua
Proses pembelajaran jarak jauh sangat berdampak bagi orangtua. Sama seperti guru dan siswa, para orangtua juga belum siap untuk menghadapi proses pembelajaran jarak jauh. Orangtua banyak yang stres menghadap anak-anaknya, karena selain mengerjakan pekerjaan kantor dan pekerjaan harian di rumah, mereka juga harus membantu putraputrinya dalam mengerjakan tugas. Selain itu, biaya untuk kuota internet dan perangkat pembelajaran harus bertambah karena semua pembelajaran berbasis online. Bagi orangtua yang memiliki fasilitas internet dan perangkatnya mungkin tidak menjadi kesulitan ketika mengikuti proses pembelajaran jarak jauh. Tetapi bagi orangtua yang terbatas dalam hal fasilitas internet dan perangkatnya seringkali menimbulkan masalah baru. Para orangtua juga harus memegang jabatan rangkap sebagai: orangtua dan “guru” di rumah. Para orangtua mendapatkan tugas tambahan sebagai pendidik bagi putra-putrinya. Hal ini menyebabkan Para orangtua terkadang mengeluh karena ternyata betapa sulitnya mengajarkan putra-putrinya di masa PJJ ini. Para orangtua sadar bahwa ternyata pekerjaan sebagai seorang guru bukanlah perkara muda. Butuh kesabaran dalam mendampingi putra dan putrinya.Mereka diajak untuk belajar lagi.
Refleksi
Pembelajaran jarak jauh merupakan salah satu alternatif ketika tatap muka langsung tidak bisa dilakukan. Namun semua yang terlibat di dalamnya harus mempersiapkan diri dengan baik. Kondisi pandemi Covid-19 yang pernah kita alami menjadi kesempatan emas bagi kementrian pendidikan dan kebudayan riset dan teknologi Indonesia untuk memperbaiki dan membenahi dunia pendidikan. Kebijakan-kebijakan pemerintah harus juga mendukung terciptanya generasi emas di masa mendatang dengan cara meperhatikan kesejahteraan para guru. Kehadiran guru tidak bisa tergantikan oleh teknologi. Profesi guru adalah profesi istimewa. Istimewa karena tidak semua orang mau menekuni profesi ini. Ada banyak tantangan dan kesulitan yang akan dihadapi.
Secara umum para murid lebih suka bertemu langsung dengan gurunyadalam proses pembelajaran di kelas dibandingkan dengan menggunakan zoom meeting atau Google meet. Mereka menganggap bahwa bertemu langsung dengan guru bisa mempengaruhi psikologis para siswa. Sapaan, sentuhan, senyuman memberikan aura dan gairah lebih dalam belajar. Untuk itu, para guru harus terus berbenah diri untuk meningkatkan kualitasnya sebagai seoarang pendidik, baik intelektualnya maupun karakternya. Pelatihan dan pembinaan bagi para guru secara terus-menerus tentunya bisa memberikan energi baru bagu para guru. Para guru jangan merasa alergi dengan teknologi, jangan juga merasa puas dengan proses yang selama ini telah dijalankan, tetapi teruslah belajar dan belajar. Ilmu kita akan berguna bagi orang lain manakala diperbaharui secara terus menerus sesuai dengan perkembangan zaman. Usia kita boleh tua, tetapi cara kita menyajikan pembelajaran harus selalu up to date.
Para orangtua juga harus bersinergi dengan para guru di sekolah dalam mendidik putra-putrinya, Sekolah bukan tempat penitipan, tetapi tempat untuk mendidik dan membentuk karangter dan intelektualitasnya. Oleh karena itu, dibutuhan peran orangtua dalam mengontrol kegiatan pembelajaran. Orangtua menjadi guru di rumah. Selain mengontrol, juga harus memberikan motivasi kepada putra-putrinya, menyediakan fasilitas yang nyaman bagi para putra/putrinya. Para orangtua murid menjadi mitra bagi sekolah dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas belajar seorang siswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H