2.1.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 2.1
“Serupa seperti para pengukir yang memiliki pengetahuan mendalam tentang keadaan kayu, jenis-jenisnya, keindahan ukiran, dan cara-cara mengukirnya. Seperti itulah seorang guru seharusnya memiliki pengetahuan mendalam tentang seni mendidik, Bedanya, Guru mengukir manusia yang memiliki hidup lahir dan batin.” (Ki Hajar Dewantara)
Pemikiran Ki Hajar Dewantara ini memicu saya untuk mempelajari lebih mendalam modul 2.1 tentang pembelajaran diferensiasi. Mendidik manusia yang diciptakan oleh Tuhan dengan keunikannya masing-masing tentunya bukanlah perkara gampang segampang orang membalikan telapak tangan.Hal utama yang harus dipahami adalah bagaimana memahami kebutuhan para peserta didik. Fakta bahwa murid-murid kita memiliki karakteristik yang beragam, dengan keunikan, kekuatan dan kebutuhan belajar yang berbeda, tentunya perlu direspon dengan tepat. Jika tidak, maka tentunya akan terjadi kesenjangan belajar (learning gap), dimana pencapaian yang ditunjukkan murid tidak sesuai dengan potensi pencapaian yang seharusnya dapat ditunjukkan oleh murid tersebut.Salah satu cara yang dapat kita lakukan untuk merespon karakteristik murid-murid yang beragam ini adalah dengan mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi. Nah, apa itu pembelajaran diferensiasi?
Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Menurut Tomlinson (1999:14) dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid. Apa saja yang termasuk kebutuhan murid?
Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek. Ketiga aspek tersebut adalah: pertama, Kesiapan belajar (readiness) murid; kedua: Minat murid; ketiga: Profil belajar murid. Sebagai guru, kita semua tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar). Pembelajaran diferensiasi bisa dilakukan dalam 3 bentuk yaitu: 1) diferensiasi konten; 2). Diferensiasi proses; 3). Diferensiasi produk.
Bagaimana hal ini bisa diterapkan di kelas ?
Melihat betapa luas keberagaman murid-murid kita, maka sebagai guru, kita perlu berpikir bagaimana caranya kita dapat menyediakan layanan pendidikan yang memungkinkan semua murid mempunyai kesempatan dan pilihan untuk mengakses apa yang kita ajarkan secara efektif sesuai dengan kebutuhan mereka. Sebagai pendidik, dengan meyakini bahwa tugas kita adalah melayani murid-murid dengan segala keberagaman tersebut serta menyediakan lingkungan dan pengalaman belajar terbaik bagi mereka, maka berarti kita juga harus meyakini bahwa:
- semua murid kita bisa berhasil dan sukses dalam pembelajarannya.
- bersikap adil itu bukan berarti menyamaratakan perlakuan kepada semua murid.
- setiap murid memiliki pola belajarnya sendiri yang unik.
- praktik-praktik pembelajaran perlu ditelaah efektifitasnya lewat bukti-bukti yang diambil dari pengalaman demi pengalaman.
- guru adalah kunci dari keberhasilan pengembangan program pembelajaran murid-murid di kelasnya.
- guru membutuhkan dukungan dari komunitas yang lebih besar untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung semua siswa.
Bagaimana pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal?
Peran guru di dalam kelas sangat penting untuk mengakomodir kebutuhan para murid. Di awal pembelajaran tentu guru mendiagnosa para muridnya. Ibarat dokter sebelum mengobati pasiennya tentu didiagnosa dulu pasiennya supaya penyakitnya bisa disembuhkan. Bagaimana mengidentifikasi kebutuhan para murid?
1. Mengamati perilaku murid
Guru perlu untuk mengamati perilaku para murid saat belajar di dalam kelas maupun di luar kelas. Begitu juga saat mereka bersistirahat bersama teman-temanya.
2. Mengidentifikasi Pengetahuan Awal
Identifikasi pengetahuan awal para murid bisa dilakukan oleh para guru pada saat mengawali proses kegiatan belajar dan mengajar dengan memberikan pertanyaan-pertaanyaan pemantik. Dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut, guru bisa mengidentifikasi para murid yang sudah sudah memiliki pengetahuan awal. Identifikasi pengetahuan awal bisa dijadikan sebagai pemetaan terhadap kemampuan dasar peserta didik untuk kemudian disesuaikan dengan kebutuhan belajarnya.
3. Menggunakan Berbagai Bentuk Asesmen Formatif
Guru perlu melakukan pengumpulan data terkait dengan kemajuan siswa dalam menguasai kompetensi yang ditargetkan.
4. Berbicara dengan Guru Murid Sebelumnya
Menggali informasi dari para guru sebelumnya yang pernah mengajar di kelas sebelumnya merupakan hal yang baik untuk mendapatkan informasi kebutuhan para murid.
5. Membaca Rapor Murid dari Kelas Sebelumnya
Guru perlu melihat rapor para murid sebagai bahan dasar untuk mempertimbangkan ateri ajar yang akan digunakan guru di kelas.
6. Mereview dan Melakukan Refleksi terhadap Praktik Pengajaran
Guru perlu mereview dan melakukan refleksi terhadap praktik pengajaran agar bisa merancang suatu proses pembelajaran yang lebih baik pada pertemuan berikutnya.
Bagaimana kaitan antara materi dalam modul ini dengan modul lain di Program Pendidikan Guru Penggerak?
Pada modul 1.1 saya sudah mempelajari filosofi pemikiran Ki Hadjar yaitu pertama, Ing Ngarso Sung Tulodo artinya menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan. Kedua, Ing Madyo Mangun Karso, artinya seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat. Ketiga, Tut Wuri Handayani, seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Keempat, berhamba pada anak. Para murid dihargai sebagai pribadi yang memilik bakat dan talenta masing-masing. Kelima, Berpusat pada murid.
Pada modul 1.2, saya diajak untuk memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai guru penggerak. Nilai-nilai guru penggerak seperti : Mandiri, Reflektif, Kolaboratif, Inovatif, serta Berpihak pada Peserta didik tentu harus terinternalisasi di dalam diri saya. Ketika nilai-nilai ini tertanam di dalam diri saya sebagai guru penggerak maka peran sebagai menjadi pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi Coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru, mewujudkan kepemimpinan peserta didik.
Pada modul 1.3, saya diajak untuk memahami dan mengimplementasikan visi guru penggerak. Saya memiliki impian besar bahwa para murid yang diinginkan di masa depan adalah para murid yang memiliki kecerdasan intelektual dan karakter profil pelajar Pancasila. Pada modul ini, saya akan membuat prakarsa perubahan dalam sebuah komunitas pembelajar.
Pada modul 1.4 saya mempelajari budaya positif di sekolah dengan mendasarkan pendampingan pada 3 sisi segitiga restitusi. Sisi 1. Menstabilkan Identitas 2. Validasi Tindakan yang Salah Sisi 3. Menanyakan Keyakinan.
Pada Modul 2.1 ini saya mempelajari pembelajaran diferensiasi. Langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang guru tentu memahami kebutuhan murid. Guru yang menerapakan pembelajaran diferensiasi adalah guru yang memahami kebutuhan murid. Di dalam diri guru tersebut tertanam filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara (Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani); nilai-nilai guru penggerak; visi guru penggerak dan mengembangkan budaya positif di sekolah dengan mendasarkan pada 3 sisi segitiga restitusi.Tujuan akhirnya adalah: untuk kemerdekaan dan keselamatan anak yang setinggi-tingginya.
Oleh: Bernadus Jebatu
CGP Angkatan 7
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H