Si Pemberdaya Sosial-Ekonomi Paroki
Â
Â
      Tidak hanya memberi, akan tetapi juga memberdayakan, rasanya begitulah kalimat yang sesuai untuk menggambarkan bagaimana cara Romo Eko (35) melayani umat. Romo Agustinus Eko Wahyu Krisputranto MSF, lahir di Cepu pada 19 Februari 1984. Imam yang sering disapa dengan "Romo Eko" ini merupakan imam yang dikenal umatnya karena ia ikut serta dalam memberdayakan ekonomi kreatif di paroki tempat beliau berkarya.
Pendidikan
      Dibalik kesungguhannya dalam menjalani tugas pelayanan, tentu ada jalur pendidikan yang membentuknya menjadi pribadi yang teladan. Ketika menduduki Sekolah Dasar, Ia bersekolah di SD Pangudi Luhur II Solo, lalu setelahnya melanjutkan di SMP Kanisius 1 Solo, dan SMA St. Yosef Solo. Selepas lulus SMA, beliau meyakinkan diri untuk menjadi calon imam dengan menggabungkan diri dalam SMA Berthinianum, Salatiga, dan menjadi seorang postulan dari kongregasi MSF(Missionariorum a Sacra Familia/Misionaris Keluarga Kudus). Ia juga lulus dalam studinya di Fakultas Teologi Wedhabakti, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Melayani
Ia menjalani keputusan yang telah ia buat tersebut dengan sungguh-sungguh. Adanya motivasi untuk dapat secara dekat melayani umat-umat, mendorongnya untuk tetap setia di jalan yang diyakininya. Kini, ia pun dapat merealisasikan niatnya untuk melayani umat dengan menjadi seorang imam MSF.
      Selama menjadi imam, ia pernah ditugaskan untuk melayani umat di Paroki Keluarga Kudus Atmodirono, Semarang dari 2011 hingga 2015; Paroki Santa Perawan Maria La Salette, Lato, NTT dari tahun 2015 sampai tahun 2021 dan sejak tahun 2021 hingga sekarang, ia melayani di Paroki St. Petrus dan Paulus, Temanggung.
      Di dalam tugas perutusannya sebagai seorang romo paroki, Romo Eko tidak hanya memfokuskan pelayanannya kepada umat melalui Ekaristi atau pemberian sakramen-sakramen saja. Beliau juga memiliki tugas lain yaitu menjadi ketua komisi keluarga, Kevikepan Kedu. Tak hanya itu, selama bertugas di paroki yang ia layani, Romo Eko juga memperluas bidang pelayanannya. Ia berperan pula dalam mengembangkan sosial ekonomi paroki melalui sebuah wadah bernama EKRAF (Ekonomi Kreatif)
Memberdayakan
      EKRAF merupakan suatu wadah yang disediakan bagi umat untuk mengembangkan sosial ekonomi di bidang pertanian, peternakan, dan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah). Romo Eko sebagai pembina sudah berjalan bersama para pengurus dan anggota EKRAF sejak tahun 2022. Alasan Romo Eko sendiri untuk ikut serta dalam mengembangkan EKRAF karena beliau memang merasa terdorong dan tertarik dalam hal pengembangan sosial ekonomi.
      Dalam usahanya bersama EKRAF, Romo Eko merasa optimis bahwa wadah tersebut dapat berkembang. Beliau juga menemukan sukacita di dalam ketika melihat kebersamaan dan semangat dari para pengurus dan anggota EKRAF dalam menyumbangkan pikiran dan tenaga demi sebuah perkembangan.
      Walau dari luar wadah ini terlihat berjalan lancar lancar saja, akan tetapi yang namanya hidup sudah pasti ada tantangannya. Di dalam perjalanannya bersama EKRAF, Romo Eko juga menemukan duka ketika harus berhadapan dengan sebuah kebuntuan. Pasalnya, wadah tersebut diisi oleh berbagai orang yang setiap orangnya memiliki beragam kondisi ekonomi dan sifat, sehingga ada tantangan tersendiri yang tak mudah dilewati sendiri.
      Walau menemukan kesulitan, Romo Eko tidak menjadi ciut untuk terus ikut serta dalam mengembangkan sosial ekonomi paroki. Beliau justru tetap optimis akan usahanya bersama EKRAF. Ia juga memiliki harapan untuk EKRAF yaitu agar selalu kompak, semakin kreatif dan inovatif.
Nilai-nilai
      Romo Eko Wahyu Krisputranto, MSF mencerminkan orang yang tak kenal batasan untuk melayani sesama. Dari beliau, kita diajarkan untuk tetap melayani ditengah kesibukan. Tak hanya baru bergerak jika secara kebetulan ada kesempatan saja, tetapi beliau justru yang mencari kesempatan atau peluang untuk memaksimalkan apa yang bisa ia lakukan untuk sesama.
      Mungkin selama ini kita hanya menangkap jika kata "melayani" dapat membuat seseorang menjadi seperti bawahan yang bekerja untuk tuannya. Namun, pengalaman dari Romo Eko dapat memberi kita pandangan baru. Dengan melayani beliau justru menjadi lebih dekat dengan yang dilayani dan tidak ada relasi seperti atasan-bawahan. Yang terpenting, ia tak hanya memberi secara langsung, akan tetapi juga memberdayakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H