Mohon tunggu...
Bernardus Restu
Bernardus Restu Mohon Tunggu... Freelancer - Haus akan pengetahuan dan berkembang menjadi lebih baik

Talk Less do More

Selanjutnya

Tutup

Financial

Pendidikan Finansial Solusi Jitu Kurangi Angka Kemiskinan di Indonesia

4 Februari 2020   19:20 Diperbarui: 4 Februari 2020   19:40 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Indonesia merupakan salah satu Negara di Asia yang memiliki potensi ekonomi yang tinggi. Ada beberapa alasannya yakni letak Indonesia yang strategis yang merupakan jalur perdagangan Internasional serta jumlah sumber daya alam yang sangat melimpah namun belum di kelola  dengan baik. Ekonomi pasar Indonesia dipegang oleh perusahaan milik negara (BUMN) dan kelompok usaha swasta besar.

Usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia, yang bersama-sama berkontribusi 99 persen dari jumlah total perusahaan yang aktif di Indonesia, tidak kalah pentingnya. Mereka menyumbang sekitar 60 persen dari PDB Indonesia dan menciptakan lapangan kerja hampir 108 juta orang Indonesia. Ini berarti bahwa usaha mikro, kecil dan menengah merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia.

Angka kemiskinan di Indonesia juga cukup tinggi. Mayoritas bekerja pada sektor pertanian subsistem dan layanan jasa mikro. Tahun 2016 pemerintah Indonesia mendefinisikan garis kemiskinan dengan perdapatan per bulannya (per kapita) sebanyak Rp. 354,386 (atau sekitar USD $25) yang dengan demikian berarti standar hidup yang sangat rendah, di Indonesia. 

Faktor geografis juga mempengaruhi tingkat kesejahteraan di Indonesia. Daerah Perkotaan memiliki keuntungan ekonomi lebih tinggi dibanding wilayah pendesaan. Serta wilayah Indonesia timur juga tingkat ekonominya lebih rendah dibandingkan di daerah barat karena jumlah penduduk bagian barat Indonesia lebih banyak dan mempunyai berbagai macam jenis roda atau sektor perekonomian. 

Tingkat kemiskinan di propinsi-propinsi di Indonesia Timur kebanyakan ditemukan di wilayah pedesaan. Saat ini pemerintah pusat sangat gencar melakukan pembangunan infrastruktur diluar pulau Jawa yang merupakan upaya dalam pemerataan ekonomi.

Selain berbagai faktor external penyebab kemiskinan tersebut ada juga faktor dalam diri  atau mental seseorang dalam hal finansial terutama pengetahuan akan pengelolaan keuangan serta pengetahuan investasi. Saat ini pendidikan finansial di Indonesia masih cukup rendah dibandingkan Negara-negara maju lainnya. 

Saat ini pendidikan keuangan atau finansial di Indonesia hanya terbatas pada pendidikan informal seperti seminar berbayar atau untuk kalangan pengusaha tertentu bukan pendidikan formal. Pendidikan finansial menjadi investasi yang sangat baik untuk generasi muda jika memang diajarkan dalam pendidikan formal mulai TK, SD, SMP,SMA maupun Perguruan Tinggi. Karena jika sejak dini kita diajarkan pentingnya pendidikan keuangan maka semakin baik dan bijak kita dalam mengatur dan membuat keputusan keuangan untuk masa depan.

Pendidikan finansial dapat dimulai dengan berbagai hal-hal sederhana dalam keuangan seperti menabung, pengelompokan akan kebutuhan dan keinginan, mencatat pengeluaran dan pemasukan keuangan bulanan yang dimiliki lalu dievaluasi kebutuhan mana saja yang mendesak atau tidak terlalu mendesak. 

Dengan kebiasan yang sudah ditanam sejak dini tersebut seiring waktu maka kita akan semakin terbiasa dalam pengelolaan finansial. Sekolah atau lembaga pendidikan lainnya dapat membuat sebuah kegiatan bazaar agar anak-anak dapat terlibat dalam kegiatan bisnis seperti membuat prakarya lalu dijual pada bazaar tersebut. Keuntungan yang pasti bagi anak-anak dalam kegiatan bisnis atau wirausaha ini adalah mereka bisa belajar untuk lebih menghargai uang yang diterimanya dari hasil bekerja.

Seiring dewasa kita dapat menambah pengetahuan keuangan dengan membaca berbagai macam buku tentang pendidikan financial karangan tokoh-tokoh sukses dunia seperti Robert T Kiyoshaki dengan judul " The Rich and Poor dad". Maupun ikut seminar motivasi tentang pengelolan keuangan dan bisnis dengan tokoh sukses nasional seperti Chandra Putra Negara dan Tung Dasem Waringin. 

Maupun menonton berbagai chanell youtube dan medsos lain tentang edukasi finansial. Di Negara-negara maju pendidikan finansial sejak dini merupakan pondasi dalam perekonomian negara jangka panjang. Hal ini juga sebenarnya dapat diterapkan di Indonesia dengan memasukan pendidikan keuangan atau finansial ini dalam pendidikan formal dari TK sampai Perguruan Tinggi.

Pemerintah dapat menyisipkan pendidikan finansial dengan berbagai macam mata pelajaran yang sesuai lalu menciptakan ekosistem wirausaha serta pemasaran yang lebih mudah pada generasi muda. Sehingga generasi muda bergairah dalam berwirausaha dan berinovasi mengembangkan produknya sesuai kebutuhan jaman. Selain itu kita juga dapat belajar menentukan strategi keuangan sesuai dengan kemempuan kita dan pengambilan keputusan keuangan yang bijak serta teori dalam berinvestasi seperti pada pasar modal yang lebih baik lagi.

Jika pendidikan formal dan informal di Indonesia dapat bekerja sama dalam mengembangkan edukasi keuangan atau finansial ini maka iklim berwirausaha dapat semakin menggairahkan generasi masa kini karena setidaknya mereka sudah mendapatkan pengetahuan finansial yang memadai yang merupakan pondasi awal dalam berwirausaha. 

Dengan begitu masayarakat Indonesia semakin melek dan teredukasi dalam hal finansial baik dalam kehidupan pribadi, rumah tangga bahkan berbagai bentuk usaha seperti manajemen keungan perusahaan yang lebih baik lagi. Sehingga dapat meciptakan berbagai macam lowongan pekerjaan dan merupakan langkah awal yang sangat jitu mengurangi angka kemiskinan di Indonesia serta perekonomian Indonesia yang lebih maju dapat segera terwujud.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun