Indonesia merupakan salah satu Negara di Asia yang memiliki potensi ekonomi yang tinggi. Ada beberapa alasannya yakni letak Indonesia yang strategis yang merupakan jalur perdagangan Internasional serta jumlah sumber daya alam yang sangat melimpah namun belum di kelola  dengan baik. Ekonomi pasar Indonesia dipegang oleh perusahaan milik negara (BUMN) dan kelompok usaha swasta besar.
Usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia, yang bersama-sama berkontribusi 99 persen dari jumlah total perusahaan yang aktif di Indonesia, tidak kalah pentingnya. Mereka menyumbang sekitar 60 persen dari PDB Indonesia dan menciptakan lapangan kerja hampir 108 juta orang Indonesia. Ini berarti bahwa usaha mikro, kecil dan menengah merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia.
Angka kemiskinan di Indonesia juga cukup tinggi. Mayoritas bekerja pada sektor pertanian subsistem dan layanan jasa mikro. Tahun 2016 pemerintah Indonesia mendefinisikan garis kemiskinan dengan perdapatan per bulannya (per kapita) sebanyak Rp. 354,386 (atau sekitar USD $25) yang dengan demikian berarti standar hidup yang sangat rendah, di Indonesia.Â
Faktor geografis juga mempengaruhi tingkat kesejahteraan di Indonesia. Daerah Perkotaan memiliki keuntungan ekonomi lebih tinggi dibanding wilayah pendesaan. Serta wilayah Indonesia timur juga tingkat ekonominya lebih rendah dibandingkan di daerah barat karena jumlah penduduk bagian barat Indonesia lebih banyak dan mempunyai berbagai macam jenis roda atau sektor perekonomian.Â
Tingkat kemiskinan di propinsi-propinsi di Indonesia Timur kebanyakan ditemukan di wilayah pedesaan. Saat ini pemerintah pusat sangat gencar melakukan pembangunan infrastruktur diluar pulau Jawa yang merupakan upaya dalam pemerataan ekonomi.
Selain berbagai faktor external penyebab kemiskinan tersebut ada juga faktor dalam diri  atau mental seseorang dalam hal finansial terutama pengetahuan akan pengelolaan keuangan serta pengetahuan investasi. Saat ini pendidikan finansial di Indonesia masih cukup rendah dibandingkan Negara-negara maju lainnya.Â
Saat ini pendidikan keuangan atau finansial di Indonesia hanya terbatas pada pendidikan informal seperti seminar berbayar atau untuk kalangan pengusaha tertentu bukan pendidikan formal. Pendidikan finansial menjadi investasi yang sangat baik untuk generasi muda jika memang diajarkan dalam pendidikan formal mulai TK, SD, SMP,SMA maupun Perguruan Tinggi. Karena jika sejak dini kita diajarkan pentingnya pendidikan keuangan maka semakin baik dan bijak kita dalam mengatur dan membuat keputusan keuangan untuk masa depan.
Pendidikan finansial dapat dimulai dengan berbagai hal-hal sederhana dalam keuangan seperti menabung, pengelompokan akan kebutuhan dan keinginan, mencatat pengeluaran dan pemasukan keuangan bulanan yang dimiliki lalu dievaluasi kebutuhan mana saja yang mendesak atau tidak terlalu mendesak.Â
Dengan kebiasan yang sudah ditanam sejak dini tersebut seiring waktu maka kita akan semakin terbiasa dalam pengelolaan finansial. Sekolah atau lembaga pendidikan lainnya dapat membuat sebuah kegiatan bazaar agar anak-anak dapat terlibat dalam kegiatan bisnis seperti membuat prakarya lalu dijual pada bazaar tersebut. Keuntungan yang pasti bagi anak-anak dalam kegiatan bisnis atau wirausaha ini adalah mereka bisa belajar untuk lebih menghargai uang yang diterimanya dari hasil bekerja.
Seiring dewasa kita dapat menambah pengetahuan keuangan dengan membaca berbagai macam buku tentang pendidikan financial karangan tokoh-tokoh sukses dunia seperti Robert T Kiyoshaki dengan judul " The Rich and Poor dad". Maupun ikut seminar motivasi tentang pengelolan keuangan dan bisnis dengan tokoh sukses nasional seperti Chandra Putra Negara dan Tung Dasem Waringin.Â
Maupun menonton berbagai chanell youtube dan medsos lain tentang edukasi finansial. Di Negara-negara maju pendidikan finansial sejak dini merupakan pondasi dalam perekonomian negara jangka panjang. Hal ini juga sebenarnya dapat diterapkan di Indonesia dengan memasukan pendidikan keuangan atau finansial ini dalam pendidikan formal dari TK sampai Perguruan Tinggi.