Mohon tunggu...
Nature

Hutan Kota Pematangsiantar

11 Agustus 2014   21:35 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:48 1392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Namun, pemilihan jenis pohon untuk mewujudkan hutan kota di Pematangsiantar harus tepat. Hal ini karena kota yang menyandang berbagai atribut ini memiliki berbagai kelompok (cluster) ruang. Pohon untuk hutan kota yang dibangun pada cluster heritage, seperti balai kota,  yang biasanya memiliki pekarangan cukup luas, baik di depan, di samping maupun di belakang, sebaiknya dipilih jenis pohon asli Sumatera atau yang memiliki makna tertentu. Misalnya jenis pohon Tusam (Pinus merkusii), Kemenyan Toba (Styrax sumatrana), Gaharu (Aquilaria sp), Sampinur Bunga (Padacarpus imbricatus) dan Sampinur Tali (Dacrydium junghuhnii) dll.

Untuk hutan kota yang dibangun pada cluster kawasan pemukiman elit sebaiknya dipilih jenis pohon yang cocok dengan brand image kalangan berstatus sosial tinggi. Sebaliknya pada kawasan pemukiman padat, yang biasanya sangat rapat dan lahan terbukanya sangat sempit, hutan kota dapat diwujudkan pada ruang terbuka milik publik. Pohon yang dipilih adalah jenis yang memiliki prospek produksi. Contohnya Pohon Asam Jawa (Tamarindus indica), Asam Glugur/Kanis atau asam potong (Garcinia parvifolia Mig), dll. Pada cluster kawasan pendidikan, pohon yang dipilih adalah jenis yang dapat memberi kesejukan dan kenyamanan. Tujuannya, agar dapat menjadi lingkungan belajar yang kondusif. Jenis pohon serupa yang memiliki keunggulan dari aspek estetis juga dapat ditanam untuk hutan kota yang berada pada cluster kawasan taman dan tempat rekreasi.



Kawasan sempadan sungai
adalah kawasan yang paling luas untuk hutan kota. Jenis tanaman produksi dapat dibangun untuk kebutuhan hutan kota di sempadan sungai. Sedangkan pada kawasan perdagangan, yang biasanya memiliki lahan terbuka paling sempit, jenis pohon penyerap dan penjerap polutan adalah pilihan yang tepat untuk ditanam di areal parkir. Sebab, daerah ini memiliki kepadatan kendaraan paling tinggi dan cemaran udara paling besar. Jenis tanaman yang baik sebagai penyerap gas Karbondioksida (CO2) dan penghasil oksigen adalah damar (Agathis alba), daun kupu-kupu (Bauhinia purpurea), lamtoro gung (Leucaena leucocephala), akasia (Acacia auriculiformis), dan beringin (Ficus benjamina). Untuk kawasan fasilitas umum, seperti pemakaman, lapangan olah raga sebenarnya berpotensi untuk hutan kota. Karena itu, jenis pohon yang ditaman sebaiknya berupa tanaman campuran yang mampu mengkonservasi flora dan fauna. Campuran jenis pohon yaitu jenis Ketapang (Terminalis catappa), Jabon (Anthocepalus cadamba), Tanjung (Mimosops elengi L), Cemara gunung (Casuarina junghuniana), dll.

Bergeser
Pengertian hutan kota telah mengalami perkembangan, seiring kenyataan bahwa kondisi lingkungan khususnya ruang terbuka di kota cenderung semakin sempit. Hutan kota yang semula mensyaratkan luasan tertentu, yaitu 0,25 hektar dan kompak dalam blok telah bergeser.   Bahkan dalam Peraturan Pemerintah No 63 Tahun 2002 disebutkan, bahwa hutan kota berada pada luasan tertentu dan kompak serta dibangun di lahan negara. Kenyataannya, hutan kota itu sangat dibutuhkan tidak hanya pada lahan milik negara, tetapi juga lahan masyarakat. Karena itu, hutan kota seharusnya "dimaknai" sebagai kumpulan pohon di suatu lahan dalam kota yang mampu menciptakan iklim mikro tertentu. Artinya, seluruh ruang terbuka di kota Pematangsiantar dapat dibangun hutan kota. Bahwa hutan kota dapat dibangun di seluruh ruang terbuka di pekarangan penduduk, kantor, rumah sakit, kampus, fasilitas publik, lahan publik dan kawasan perdagangan.

Bukan hanya pada waktu musim kemarau saja pohon-pohon ini berperan tetapi pada musim penghujanpun dapat memberikan kontribusi yang penting dalam mengelola aliran permukaan. Daun-daun pepohonan secara signifikan terbukti mampu menahan hujaman butir-butir air hujan yang jatuh ke bumi sehingga energi potensial yang dikandungnya jauh berkurang sebelum akhirnya jatuh ke tanah. Sehingga pohon-pohon yang ada sangat efektif dalam mengurangi erosi permukaan (run-off).

Selain itu pepohonan juga dapat berfungsi sebagai penahan angin kencang yang seringkali menimbulkan korban, kerusakan sarana fasilitas umum dan akibat lainnya. Akhirnya, dalam pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, wajib dikembangkan pola tata ruang yang menyerasikan tata guna lahan, air, serta sumber daya alam lainnya dalam satu kesatuan tata lingkungan yang harmonis dan dinamis serta ditunjang oleh pengelolaan perkembangan kependudukan yang serasi. Tata ruang perlu dikelola berdasarkan pola terpadu melalui pendekatan wilayah dengan memperhatikan sifat lingkungan alam dan lingkungan sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun