Mohon tunggu...
Bernard  Ndruru
Bernard Ndruru Mohon Tunggu... Dosen - Pantha Rhei kai Uden Menei

Pengagum Ideologi Pancasila

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ilusi yang Terpenjara dalam Akun Medsos

5 April 2020   20:43 Diperbarui: 5 April 2020   21:13 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Intinya Bro, kita akan digiring seperti kerbau yang dicucuk hidungnya dan nurut kemana saja sesuai dengan kehendak pembuat konten. Sesadis itukah Bro? Benar Bro, apalagi itu jika terkait dengan politik identitas. Gelar penghuni kebun binatangpun akan ikut meramaikan Bro. Sambil manggut-manggut dan elus jenggot mendengar penjelasan teman saya... tiba-tiba teman saya menyela, Bro! Kau dengernya!? (Saya terhentak dan baru sadar bahwa saya sedang mengelus jenggot yang baru saya cukur saat mandi tadi pagi) hehehehe... Siap Bro.

Melihat kenyataan apa yang terjadi saat ini, ternyata medsos mampu membangun ilusi pribadi sekaligus memenjarakannya. Terpenjara, karena apa yang nampak dalam laman akun-akun kita kita hanyalah ilusi karena dorongan ego dibawah alam sadar yang belum tentu menjadi kenyataan. 

Banyak orang menjadi pahlawan kesiangan dan seolah-olah menjadi pion di garis terdepan membela junjungannya (khususnya dalam politik); banyak orang bangga memamerkan kelebihan dan kepunyaannya, agar  dianggap sebagai orang suci yang diberkati oleh Sang Pencipta, dan masih banyak lagi fenomena lain yang terkadang membuat kening mengkerut tanpa mesti berpikir.

Melihat orang yang terpenjara dengan dirinya, lihatlah perilakunya di medsos. Walau tidak mutlak, tapi setidaknya memberi gambaran sedikit tentang alam bawah sadar terselubung dari orang-orang tersebut. Berpikir dan berlaku bijak tidak harus dengan menunjukkan betapa hero-nya, sebab bulir padi yang berisi tetap menunduk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun