Mohon tunggu...
Bernardinus Matteo Woenardi
Bernardinus Matteo Woenardi Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar SMA

Siswa SMA Kanisius program studi IPA yang tertarik membahas isu-isu sosial, finansial, dan perkembangan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Transportasi Umum Jakarta dan Pelajaran untuk Masa Depan

15 Februari 2023   00:01 Diperbarui: 15 Februari 2023   00:03 1149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: PT Transportasi Jakarta

Editor: Narasimha Kusuma Aliwarga

Pada 22 Juni 1527, Pangeran Fatahillah dari Kerajaan Demak-Cirebon mendirikan kota Jayakarta untuk menggantikan pelabuhan Sunda Kelapa. Beberapa dekade kemudian, tepatnya pada 4 Maret 1621, VOC mengubah nama Jayakarta menjadi Batavia. Dengan datangnya VOC, terdapat ledakan perdagangan yang juga menyebabkan pertumbuhan populasi besar-besaran di kota Batavia. Untuk mengakomodasi kebutuhan transportasi masyarakat, pemerintah kolonial membangun sistem transportasi umum pertama di wilayah Jakarta, yaitu jalur trem pada 1869. Mereka tidak mengetahuinya pada saat itu, namun mereka baru saja memulai perjalanan transportasi umum Jakarta.

Masa Kolonial

Trem Batavia melintasi Kampung Melayu, Jalan Cut Mutia, Jalan Abdul Muis, Harmoni, dan Pasar Ikan. Trem mampu membawa 40 penumpang dan menggunakan mesin uap serta mesin listrik. Ditambah dengan itu, pemerintah kolonial Belanda juga membangun cikal bakal KRL yang dahulu bernama Staatsspoorwegen. Elektrifikasi jalur rel dimulai pada 1917 dan awalnya dilakukan dari Tanjung Priuk sampai Jatinegara. 

Selain transportasi rel, mode transportasi beroda juga cukup populer selama penjajahan Belanda. Bus-bus kecil bernama Oplet yang menggunakan mobil  Morris Minor sangat terkenal pada waktu itu. Mereka memiliki rute berbeda dengan kereta dan dapat menjangkaui daerah-daerah tanpa keberadaan rel kereta/trem. 

Setelah Belanda diusir oleh Jepang, terdapat 2 angkutan yang sering digunakan di ibukota, yaitu angkutan penumpang (Jidousha Sokyoku) dan angkutan barang (Jawa Unyu Zigyosha). Kedua mode transportasi tersebut menggunakan mobil dan bersifat lebih modern dibanding mode transportasi Belanda. 

Pasca-Kemerdekaan dan Orde Baru

Sumber: sindonews.id/2021
Sumber: sindonews.id/2021

Setelah kemerdekaan Indonesia, semua mode transportasi tersebut mengalami periode nasionalisasi. Pengoperasiannya dilakukan oleh perusahaan Indonesia dan terjadi penggabungan serta penghapusan beberapa angkutan. Salah satunya adalah DAMRI yang merupakan hasil gabungan angkutan penumpang (Jidousha Sokyoku) dan angkutan barang (Jawa Unyu Zigyosha) dan bertujuan melayani transportasi antarkota. Meskipun itu, ide angkutan bermotor di ibukota masih didukung oleh pemerintah. 

Dengan adanya Ganefo (Games of the New Emerging Forces) di Jakarta pada 1963, bus mulai digunakan sebagai mode transportasi dari wisma atlet menuju stadion. Setelah melihat efisiensi transportasi bus, Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin mendirikan Koperasi Angkutan Jakarta dan Metromini pada 1976. Bus-bus ini dapat mengangkut penumpang ke daerah-daerah sekitar Jakarta tanpa dibutuhkannya infrastruktur berupa rel. Mode transportasi ini sangat populer di kalangan masyarakat dan pada puncaknya, jalanan Jakarta dipenuhi ribuan bus Metromini dan Kopaja. 

Bersamaan dengan itu, Oplet mulai beroperasi kembali di Jakarta setelah dilarang oleh pemerintah Jepang. Sejak 1950, Oplet beroperasi di seluruh Jakarta dan akhirnya berkembang pesat dengan rute padat dari dan ke stasiun-stasiun ramai di Jakarta, seperti Jatinegara, Pasar Baru, Harmoni, dan Senen. Oplet akhirnya diberhentikan pada 1979 sebab jenis mobilnya, Morris Minor, dianggap terlalu tua. Mobil yang akhirnya menggantikan Morris adalah Toyota Kijang dan diberikan nama baru, “Mikrolet”. 

Sumber: kumparannews/2017
Sumber: kumparannews/2017

Dari segi transportasi rel, terdapat perubahan yang cukup banyak. Pertama, Trem Batavia diberhentikan pada 1959 untuk mengurangi macet dan tidak lama setelah itu, kereta rel listrik juga diberhentikan. Setelah kurang lebih 20 tahun, kereta listrik kembali dengan kereta listrik baru dari Jepang. Inilah awal dari regenerasi KRL di Indonesia. Dengan armada baru, KRL siap melayani populasi Jakarta yang sudah bertambah lebih dari dua kali lipat, tepatnya 4.5 juta jiwa. Dalam tahun-tahun ke depan, pemerintah Indonesia terus menerima dan membeli unit KRL dari pemerintahan mancanegara untuk memajukan industri KRL, terutama di Jakarta.

Era Reformasi

Sumber: PT Transportasi Jakarta
Sumber: PT Transportasi Jakarta

Setelah Orde Baru, pemerintah Reformasi mencari dan merancang rencana untuk mengembangkan transportasi umum yang dapat melayani kebutuhan 8.3 juta jiwa di Jakarta. Salah satunya yang berhasil adalah proyek Bus Rapid Transit yang direalisasikan dengan pembentukan Transjakarta. Pengoperasian Transjakarta dimulai pada 15 Januari 2004 dengan rute pertama dari Blok M sampai Jakarta Kota. Tidak lama setelah itu, koridor berikutnya diresmikan dan Transjakarta terhubung dengan seluruh wilayah Jakarta. Sebagai proyek BRT pertama di Asia Tenggara, kesuksesan Transjakarta menunjukkan bahwa sistem seperti ini dapat dilakukan dengan baik dan teratur. 

Sementara itu, Kopaja dan Metromini dari zaman Orde Baru masih beroperasi. Akan tetapi, kualitas transportasi mereka sudah turun drastis. Kondisi bus sendiri sudah tidak baik, interiornya kotor dan tidak diatur sehingga sering ditemukan kaca bolong dan instrumen yang tidak berfungsi. Selain itu, petugas bus tersebut juga tidak menegaskan aturan mengenai jumlah penumpang dan akibatnya adalah banyak penumpang naik di atap ataupun gelantungan di pintu. Sudah jelas bahwa kedua mode transportasi ini tidak aman dan tidak layak digunakan oleh masyarakat lagi. Maka dari itu, pada 2015, hak pengoperasian Metromini dicabut dan empat tahun kemudian, hal yang sama terjadi pada Kopaja.

Peremajaan sistem sebelumnya juga dilakukan pada KRL yang pada 2008, dikendalikan oleh anak perusahaan PT KA, yaitu PT KAI Commuter Jabodetabek. Dengan direksi baru, KRL mengalami perubahan yang cukup drastis seperti modernisasi armada KRL, penataan ulang dan renovasi stasiun kereta, dan sistem tiket elektronik. 

Di Era Reformasi ini, kami juga melihat adanya ide untuk membangun sistem MRT atau Mass Rapid Transit di Jakarta. Pada 2004, proyek Monorel Jakarta atau Jakarta Eco Transport sempat ramai dibahas dan bahkan sudah mulai proses pembangunan ketika salah satu perusahaan investor keluar dari proyek tersebut dan pendanaan menjadi tanda tanya. Akhirnya, setelah semua sengketa hukum selesai, proyek ini secara resmi dibatalakn pada 2015. Selain itu, terdapat juga proyek MRT yang direncanakan oleh pemerintahan Orde Baru. 

Seluruh perencanaan sudah berjalan dengan lancar namun proyek tersebut gagal karena krisis ekonomi 1998 yang juga menandakan akhir dari Orde Baru. Akan tetapi, proyek MRT Jakarta tidak benar-benar mati dan pada 2005, MRT Jakarta ditetapkan sebagai proyek nasional oleh Presiden SBY. Pembangunan MRT dimulai pada 2013 dan secara resmi beroperasi pada 24 Maret 2019. Mass Rapid Transport Jakarta sekarang mampu mengangkut 1950 penumpang dari Bundaran HI ke Lebak Bulus. Untuk ke depannya, MRT direncanakan melintasi seluruh Jakarta, dari Barat ke Timur dan dari Utara ke Selatan.

Selain proyek MRT, terdapat juga proyek transit lainnya seperti LRT Jakarta yang resmi beroperasi pada 1 Desember 2019 dengan kapasitas 600 penumpang dan LRT Jabodetabek yang masih dalam proses pembangunan.

Modernisasi

Sumber: Dishub Jakarta/2021
Sumber: Dishub Jakarta/2021
Pada 2018, PT JakLingko Indonesia dibentuk setelah rapat antara Presiden RI dengan Menteri Perhubungan dan Gubernur DKI Jakarta. Perusahaan baru ini bertanggung jawab atas integrasi transportasi umum di Jakarta, dari KRL hingga angkot. Sebelumnya dikenal sebagai One Karcis One Trip atau OK Otrip, program ini merupakan salah satu kebijakan Gubernur Anies Baswedan. Dengan adanya JakLingko, sistem pembayaran antar mode transportasi diseragamkan dan terintegrasi dengan lingkungan besar transportasi umum Jakarta. 

Pembentukan JakLingko juga tepat dengan peresmian kedua mode transportasi terbaru di Jakarta, yaitu MRT dan LRT. Pengenalan JakLingko membantu masyarakat dalam menggabungkan seluruh akses transportasi umum menjadi satu. Jika Anda ingin naik KRL lalu pindah Transjakarta lalu Mikrotrans, maka hanya perlu menggunakan satu kartu atau melihat rute dari satu aplikasi.

Sumber: KBA News/2022
Sumber: KBA News/2022

Selain itu, JakLingko juga sedang dalam proses modernisasi armada angkot di Jakarta menjadi “Mikrotrans”. Angkot-angkot yang sebelumnya tidak memiliki kipas ataupun daftar halte sekarang memiliki AC, LED TV dengan informasi jam dan tujuan, dan mesin tap kartu. Di luar pun terdapat LED Running Text yang menampilkan nomor dan tujuan Mikrotrans untuk membantu penumpang.

Pelajaran

Sumber: detik.com/2022
Sumber: detik.com/2022
Sejauh ini, kami sudah memiliki sistem transportasi urban yang cukup tertata dan baik. Barisan pertama penangkutan umum dilakukan oleh KRL atau Kereta Rel Listrik yang mampu mengangkut 2000 penumpang dan memiliki jalur ke seluruh wilayah di Jabodetabek. Barisan kedua adalah MRT atau Mass Rapid Transit yang membawa 1950 penumpang dari Bundaran HI ke Lebak Bulus.

Selain MRT, terdapat juga LRT atau Light Rapid Transit yang hanya mampu mengangkut 600 penumpang namun memiliki rute yang melingkupi Jabodetabek. Barisan ketiga adalah Transjakarta yang membawa 60 penumpang. Terakhirnya adalah Mikrotrans sebagai angkot modern dengan rute-rute yang tidak bisa dijangkaui dengan bus.

Akan tetapi, Jakarta masih sangat rentan terhadap masalah kota padat seperti kemacetan yang setiap tahunnya merugikan negara sebesar Rp 65 Triliun. Masalanya adalah kurangnya transportasi umum di daerah-daerah yang padat, terutama kota-kota Bodetabek. Hal yang dibutuhkan adalah transportasi dari daerah padat penduduk tersebut menuju kota Jakarta dan balik. Jika dilihat sekarang, rute-rute dari Bodetabek menuju Jakarta hanya dilayani KRL dan setiap jam pergi/pulang kerja, terdapat lautan manusia di kereta-kereta dan stasiun-stasiun. 

Solusi dari ini tentu saja adalah untuk membentuk jalur baru atau menambahkan jalur yang sudah ada untuk mengakomodasi penumpang yang begitu banyak. Berdasarkan sejarah di Jakarta, solusinya seringkali berjalan dengan cukup baik pada awalnya namun akhirnya menjadi tidak teratur dan kacau seperti kisah Kopaja dan Metromini. 

Maka dari itu, dengan adanya perusahaan seperti JakLingko, usaha pembangunan dapat terkonsentrasi. Pembangunan jalur baru tidak hanya memikirkan jalur baru tersebut tetapi hubungan jalur dengan jalur-jalur lainnya serta mode transportasi lainnya. Dibutuhkan pemikiran integrasi yang menggabungkan dan memanfaatkan segala sumber daya transportasi yang ada, dari KRL hingga Mikrotrans sehingga volume besar penumpang dapat diarahkan dengan lancar.

Sumber: kompas.id/2021
Sumber: kompas.id/2021

Selain itu, salah satu solusi yang ramai dibicarakan adalah dibangunnya stasiun-stasiun besar atau utama yang beroperasi sebagai hub utama dalam satu wilayah. Sekarang, satu-satunya stasiun yang terhubung semua jalur KRL dan juga Transjakarta adalah Manggarai. Mesikpun itu, hub ini masih kurang dalam memenuhi semua kebutuhan karena pada jam puncak, yaitu jam pulang/pergi kerja, stasiun ini sangat penuh sampai penumpang pun berdesak-desakkan di peron dan tangga. 

Untuk mengurangi beban di Manggarai, ada baiknya jika juga dibentuk stasiun sentral di wilayah Jakarta lainnya untuk meringani beban penumpang ataupun mengembangkan Manggarai lebih lanjut supaya dapat menerima penumpang dalam angka puluhan ribuan. 

Jika kedua hal ini dapat dilaksankan dengan baik, maka selain beban penumpang yang dikurangi, masyarakat yang sebelumnya tidak tertarik menggunakan transportasi umum ingin mencobanya. Pikiran mereka akan stasiun yang desak-desakan akan diubah ketika mereka mencoba sistem baru yang berhasil membagi beban atau menampung jumlah penumpang yang lebih banyak. 

Terlebihnya, jika pemerintah ingin menerapkan sistem ERP atau meningkatkan pajak kendaraan bermotor, maka masyarakat sudah memiliki jaringan transportasi yang kokoh dan mampu melayani penumpang sebanyak itu. Dengan ini, angka kemacetan turun, angka penggunaan transportasi umum naik, angka kerugian negara akibat macet turun, dan tingkat polusi Jakarta juga menurun. 

Sumber:

Hastuti, Rahajeng Kusumo. 2021. Sejarah Transportasi DKI, Dari Kuno Jadi Secanggih Singapura. CNBC Indonesia. (https://www.cnbcindonesia.com/news/20210725092808-4-263392/sejarah-transportasi-dki-dari-kuno-jadi-secanggih-singapura/3)

Light Rail Transit Jakarta. Sejarah LRT Jakarta. (https://www.lrtjakarta.co.id/sejarah.html)

Mass Rapid Transit Jakarta. Sejarah MRT Jakarta. (https://jakartamrt.co.id/id/sejarah)

Pratama, Ditta Arditya. 2019. Belum Banyak yang Tahu, Ini Sejarah MetroMini, Bus Oranye Legendaris dari Jakarta!. GridOto.com. (https://www.gridoto.com/read/221872732/belum-banyak-yang-tahu-ini-sejarah-metromini-bus-oranye-legendaris-dari-jakarta?page=all)

Rizky, Fahreza. 2019. Sederet Masalah Kopaja & Metromini: Lama Ngetem hingga Ugal-ugalan. Okezone.com. (https://megapolitan.okezone.com/read/2019/04/05/338/2039538/sederet-masalah-kopaja-metromini-lama-ngetem-hingga-ugal-ugalan)

Rudi, Alsadad. 2018. Sekilas Perjalanan Oplet, Mikrolet dan Angkot. Kompas.com. (https://otomotif.kompas.com/read/2018/01/23/100200115/sekilas-perjalanan-oplet-mikrolet-dan-angkot)

Sofa, Amira. 2022. Transportasi Jakarta dari Masa ke Masa. Jakarta Smart City. (https://smartcity.jakarta.go.id/id/blog/transportasi-jakarta-dari-masa-ke-masa/)

Tim CNN Indonesia. 2018. Jak Lingko, Nama Baru Masalah Lama Transportasi Ibu Kota. CNN Indonesia. (https://www.cnnindonesia.com/nasional/20181015164614-20-338622/jak-lingko-nama-baru-masalah-lama-transportasi-ibu-kota)

Transportasi Jakarta. Sejarah Transjakarta. (https://transjakarta.co.id/tentang-transjakarta/sejarah/)

Wahyuni, Tri. 2019. Hikayat Jalur Kereta Api Listrik di Indonesia. CNN Indonesia. (https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20150928130906-269-81365/hikayat-jalur-kereta-api-listrik-di-indonesia/)

Wijaya, Lani Diana. 2020. Lika-liku Mangkraknya Proyek Monorel Jakarta, Dihidupkan Jokowi lalu Dihentikan Ahok. Tempo.co. (https://metro.tempo.co/read/1398772/lika-liku-mangkraknya-proyek-monorel-jakarta-dihidupkan-jokowi-lalu-dihentikan-ahok)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun