"Tidak penting apa pun agama atau sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu." -- Gus Dur
Ekskursi tahun 2024 yang dilakukan oleh siswa Sekolah Kanisius ke Pondok Pesantren Terpadu Bismillah bukan sekadar perjalanan biasa. Kegiatan ini adalah langkah nyata untuk mendalami makna keberagaman, persatuan, dan toleransi, tiga nilai yang menjadi pilar bangsa Indonesia.Â
Di pondok pesantren ini, para siswa tidak hanya menjadi pengamat, tetapi juga peserta aktif yang merasakan langsung kehidupan dan nilai-nilai yang hidup di dalam pesantren.
Ekskursi berlangsung selama tiga hari dua malam, dimulai dari hari Rabu hingga Jumat. Setiap harinya, kegiatan diawali dengan bangun pagi pada pukul 04.00 untuk mengikuti kajian agama atau ngaji bersama para santri.Â
Suasana dini hari yang tenang dan penuh khidmat menciptakan pengalaman yang mendalam bagi para siswa. Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan sarapan pagi. Hidangan yang disajikan sungguh baik dan lezat, memperlihatkan keramahan pesantren dalam menyambut para tamu dengan sepenuh hati.
Selain rutinitas khas pesantren, siswa juga mengikuti kelas manajemen perkantoran, berdialog tentang nilai keberagaman dan Pancasila, serta melakukan berbagai kegiatan lain yang memungkinkan mereka berinteraksi secara langsung dengan para santri. Interaksi ini memberikan gambaran nyata tentang kehidupan di pesantren dan memperkuat kesan positif terhadap budaya Islam yang terbuka dan menghargai tamu.
Narasi Keberagaman di Tengah Kegiatan
Selama ekskursi, suasana keberagaman terasa nyata. Para siswa yang datang dari latar belakang budaya dan agama berbeda duduk bersama para santri, mendiskusikan bagaimana Pancasila dapat menjadi pedoman kehidupan.Â
Sebagai contoh, seorang santri bercerita bagaimana nilai-nilai Pancasila mengajarkan toleransi melalui penghormatan terhadap perbedaan, sementara siswa Kanisius menceritakan pengalaman mereka hidup di lingkungan yang plural. Percakapan semacam ini menjadi jembatan pengertian antara dua komunitas yang berbeda.
Seorang siswa bercerita bagaimana ia belajar menghormati aturan-aturan agama, seperti menjaga sopan santun dan memakai pakaian yang sesuai ketika berada di lingkungan pesantren. "Saya merasa bahwa aturan ini bukan sekadar kewajiban, tetapi cerminan penghormatan terhadap orang lain. Ini mengajarkan saya tentang pentingnya 'decency' dalam interaksi sosial," jelasnya.
Perspektif Baru tentang Toleransi
Keberagaman adalah anugerah yang menjadikan Indonesia unik. Dalam keragaman agama, budaya, dan tradisi, terdapat potensi besar untuk saling melengkapi. Pengalaman ini menanamkan pemahaman baru bahwa toleransi bukan sekadar menghormati perbedaan, tetapi juga menciptakan ruang untuk belajar dari satu sama lain.
Dialog yang terjadi selama ekskursi menunjukkan betapa pentingnya membangun pemahaman lintas agama dan budaya. Studi dari Journal of Multicultural Education (2020) menyebutkan bahwa pembelajaran multikultural di sekolah dapat meningkatkan empati dan penghargaan terhadap perbedaan di kalangan siswa. Ekskursi seperti ini menjadi wujud nyata dari teori tersebut.
Manfaat Toleransi dalam Keberagaman
Toleransi bukan hanya soal menerima keberadaan orang lain, tetapi juga tentang menciptakan ruang untuk kebersamaan. Dalam negara yang penuh dengan keberagaman seperti Indonesia, toleransi adalah dasar dari stabilitas sosial.Â
Ketika masyarakat saling menghormati perbedaan, konflik dapat diminimalisasi, dan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama menjadi lebih mudah. Contohnya adalah keberhasilan berbagai komunitas agama yang bekerja sama selama pandemi COVID-19 untuk memberikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Sejarah Indonesia memberikan banyak contoh keberhasilan membangun persatuan dalam keberagaman. Pertemuan antara Paus Fransiskus dan tokoh lintas agama di Masjid Istiqlal Jakarta adalah simbol kuat tentang pentingnya kerja sama lintas keyakinan untuk menciptakan perdamaian.
Selain itu, toleransi juga mendorong inovasi dan kreativitas. Dalam lingkungan yang beragam, ide-ide dari berbagai perspektif bertemu dan melahirkan solusi yang lebih baik untuk tantangan yang dihadapi bangsa.Â
Keberagaman menjadi sumber kekuatan ketika setiap elemen masyarakat merasa dihargai dan diberdayakan. Hal ini dapat kita lihat pada keberhasilan bangsa Indonesia dalam mempertahankan persatuan di tengah perbedaan yang sangat beragam sejak era perjuangan kemerdekaan.
Puisi: Ode untuk Keberagaman
Di atas tanah beraneka warna,
 Ragam budaya, suku, agama bercahaya.
 Tak perlu seragam untuk bersama,
 Bhinneka tunggal ika, kita semua satu suara.
Keberagaman adalah keindahan,
 Perbedaan adalah kekuatan.
 Mari kita bangun bangsa,
 Dalam persatuan dan toleransi tanpa batas.
Pesan puisi ini sangat relevan dengan pengalaman ekskursi siswa Kanisius ke Pondok Pesantren Terpadu Bismillah. Dalam perjalanan ini, siswa menghadapi realitas kehidupan yang berbeda dari kebiasaan mereka sehari-hari.Â
Mereka bangun pagi untuk mendengarkan kajian agama, berbincang dengan santri tentang nilai-nilai Pancasila, serta merasakan langsung kehidupan pesantren yang penuh disiplin dan kebersamaan. Aktivitas ini memperlihatkan betapa indahnya hidup dalam keberagaman, di mana perbedaan tidak menjadi penghalang melainkan jembatan untuk saling belajar.
Menurut saya, ekskursi ini menjadi pembelajaran toleransi yang konkret. Siswa tidak hanya diajak untuk memahami arti menghormati perbedaan, tetapi juga mempraktikkannya.Â
Dengan mengikuti tata cara dan aturan di pesantren, seperti berpakaian sopan dan menjaga sikap, mereka menunjukkan penghormatan terhadap budaya dan keyakinan yang berbeda. Dalam proses ini, siswa belajar bahwa toleransi bukan hanya tentang menerima, tetapi juga tentang memahami dan menghormati cara hidup orang lain.
Ekskursi Kanisius ke Pondok Pesantren Terpadu Bismillah dapat diibaratkan seperti sebuah perjalanan menyebrangi jembatan pelangi.
Pelangi terdiri dari berbagai warna yang masing-masing berdiri sendiri namun tetap harmonis dalam keindahannya. Begitu pula dalam keberagaman, setiap individu memiliki warna, keyakinan, dan budaya yang unik. Jembatan pelangi ini menghubungkan dua daratan yang berbeda---Kanisus dan pesantren---dengan tali persahabatan, dialog, dan penghormatan.
Ekskursi ke Pondok Pesantren Terpadu Bismillah membuka wawasan siswa Kanisius tentang pentingnya keberagaman dan toleransi. Pengalaman ini mengajarkan bahwa perbedaan bukanlah penghalang, melainkan peluang untuk saling belajar dan bertumbuh. Gus Dur mengingatkan kita bahwa kebaikan tidak mengenal batas agama atau suku, dan puisi keberagaman menjadi pengingat akan keindahan persatuan di tengah keragaman.
Dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika, ekskursi ini tidak hanya menjadi cerita, tetapi juga langkah formasi diri menjadi pelajar berkarakter. Sebuah pelajaran bahwa keberagaman adalah fondasi, dan toleransi adalah jembatan menuju Indonesia yang damai dan bersatu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H