Sebuah portal berita online tanggal 18 Februari 2022 kemaren menurunkan berita dengan judul "Lama Mati, Jalur Pendakian Gunung Prau Via Kenjuran Dihidupkan Lagi, Inisiasi KKN UIN Walisongo Nih."
Berita ini saya dapat dari Andi Gunawan, teman sekampung di lereng Prau di Jawa Tengah sana. Andi ini, sering saya sebut sebagai "Aliran Konservasi Garis Keras".
Harusnya selama Mbah Basri masih hidup, juga Lurah Miyadi masih menjabat, Jalur Kenjuran ini akan tetap menjadi "Jalur Konservasi" atau "Jalur Tradisional". Tidak akan ada kompromi.
Jalur Kenjuran terletak di dusun Kenjuran, Desa Purwosari, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Dusun Kenjuran berjarak 15 km dari Kota Kecamatan Sukorejo. Dan tidak ada angkutan umum kesana.
Dusun Kenjuran terletak di ketinggian 1.365 m dpl, sedangkan puncak Gunung Prau mempunyai ketinggian 2.590 m dpl. Jarak dari Dusun Kenjuran ke puncak Prau ini sekitar 8-9 km, ada beberapa punggungan yang bisa dilewati dari Kenjuran ke Gunung Prau.
Jika cuaca bagus, dengan berjalan denga ritme dan beban normal maka jalur ini bisa dilewati dengan waktu tempuh 6-9 jam. Medannya cukup berat, semak paku resam (Glichenia linearis) rapat dan tebal menghambat perjalanan. Juga tanjakannya curam.
Jalur pendakian ke Prau via Kenjuran ini, sampai ke arah Genting Gunung dan perbatasan Kabupaten Batang, bisa dibilang "Hutan Tersisa Gunung Prau" sebab lereng di wilayah lain sudah musnah, bahkan sampai mendekati puncak gunungnya.
Biang keladinya tentu tanaman Solanum tuberosum dan Nicotiana tobaccum. Kalau dulu, yang menghabisi hutan sampai ke puncak adalah tukang arang. Lereng Gunung Prau yang masuk Kabupaten Kendal dan Batang ini masih layak disebut "Tropical Rain Forest". Jika membayangkan seperti apa jalur pendakian Gunung Prau via Kenjuran ini, mungkin bisa dibandingkan dengan jalur pendakian ke Gunung Salak di Jawa Barat.
Ketika setelah tahun 2014 dulu beberapa desa di kawasan Dieng membuka basecamp pendakian ke Prau, seperti Dieng, Kali Lembu, Patak Banteng dan juga Wates.
Warga yang ada di sisi wilayah Kendal, terutama Kenjuran bersepakat, jalur pendakian via Kenjuran ini tidak akan dibuka untuk pendakian umum. Pendakian akan diarahkan via Patak Banteng, Kali Lembu, Dieng dan Wates.
Namun buat warga lokal tetap bisa mendaki lewat Kenjuran. Tidak mungkin mereka naik ke Prau harus memutari Gunung Prau lewat celah antara Prau dan Sindoro ke Dieng dulu.
Jadi jalur ini kemudian ditetapan sebagai Jalur Tradisional dan Jalur Konservasi. Hutan diatas Dusun Kenjuran ini akan dilindungi dan dilestarikan, akan ada upaya konservasi di sini.
Walaupun status hutannya di bawah pengelolaan Perum Perhutani, tapi masyarakat dan beberapa pegiat ingkungan di Kendal sepakat akan memperlakukan hutan Gunung Prau di wilayahnya dengan cara pandang dan pola pengelolaan konservasi.
Hasilnya cukup bagus, beberapa satwa liar dan endemik asih ditemui di hutan gunung Prau di atas Kenjuran. Tercatat ketika saya ke sana masih ada perjumpaan langsung dengan Elang Jawa (Nisateus bartelsi), Elang Bido (Spilornis cheela), Sigung Jawa (Mydaus javanensis), dan top predatornya macan tutul jawa (Panthera pardus melas).
Beberapa anggrek dan juga Carnivorous plant dari jenis Nepenthes gymnamphora juga masih bisa ditemui di hutan gunung Prau ini.
Ketika ada acara Indofest di Jakarta, dan saya menunjukkan foto hutan Gunung Prau di atas Kenjuran, 90% pengunjung tidak ada yang percaya bahwa itu Gunung Prau. Karena setahu mereka Gunung Prau tidak mempunyai hutan lebat.
Lagipula akses ke Gunung Prau via Kejuran ini sangat susah. Sukorejo adalah sebuah kota kecamatan kecil yang berada di tengah, dan serba nanggung aksesbilitasnya.
Belum lagi tidak ada angkutan umum dari Sukorejo ke Kenjuran. Setelah sampai Puncak Prau pun, orang akan malas membayangkan harus turun lagi ke Kenjuran, dari Kenjuran masih harus ke Sukorejo lagi, baru ada akses angkutan umum.
Sedangkan naik dari Patak Banteng hanya perlu waktu paling lama 3 jam, turunnya pun cuma 1 jam (kalau pendaki tidak ngantri dan jalurnya macet).
Basri sampai ditinggal istrinya karena nekat tetap menjaga Gunung Prau. Logika saya, tidak mungkin Basri sampai menyetujui meresmikan jalur pendakian gunung Prau via Kenjuran. Kecuali "Pendekar Lingkungan Dari Gunung Prau" ini terganggu jiwanya.
Untungnya malam ini saya mendapat kabar dari Andi Gunawan lewat aplikasi Whatsapp bahwa berita pembukaan jalur pendakian Gunung Prau Via Kenjuran itu tidak tepat.
Untuk memastikan, Andi melakukan panggilan video ke Mbah Basri dan mengirimkannya ke saya.Â
"Awalnya KKN ada program buat plang penunjuk arah di pertigaan dusun-dusun, pas main ke mbah Basri, mbah Basri minta tolong dibuatkan juga plang untuk pertigaan di pos 3 yg menunjukkan arah "turun ke kenjuran". Dan rombongan naik bukan dalam rangka buka jalur pendakian, plangnya pun masih di rumahe Mbah Basri."
Jadi ternyata Pak Lurah, Mbah Basri, dan anak-anak KKN dari UIN Walisongo itu maen ke Curug Wayang di atas Kenjuran, membuat plang penunjuk arah. Mungkin inisiatif sendiri, punya ide bagus untuk mengangkat perekonomian warga dengan membuka jalur pendakian, tapi itu hanya sebatas ide.
Lalu mungkin dengan niat baik membantu mempromosikan ke media bahwa dibuka jalur pendakian ke Prau via Kenjuran. Ini blunder yang dilakukan mereka.
Masyarakat di Purwosari itu sudah pernah mengalami bagaimana susahnya kekurangan air, lahan longsor dan lain-lain karena hutan di atasnya rusak.
Mereka tidak mau merusak hutannya yang berakibat seperti tetangganya di balik gunung, sampai harus menggelar selang melompati gunung Prau ke arah wilayah Kendal untuk mendapatkan air bersih.
Jadi jalur pendakian gunung Prau via Kenjuran itu tetaplah sebagai Jalur Tradisional dan Jalur Konservasi. Tidak untuk pendakian umum.
Tidak ada fasilitas basecamp pendakian sesuai SNI 8748/2019 tentang Pengelolaan Pendakian Gunung. Siapa yang akan bertanggungjawab jika ada pendaki hilang, kecelakaan dll.
Walaupun anak-anak muda di Kenjuran juga Mbah Basri tentu tetap akan turun jika ada kejadian. Wewenang pembukaan jalur pendakian pun bukan ada pada anak-anak KKN, tetapi ada di Perum Perhutani sebagai pemangku wilayah.
Harus ada legalitas dan membuat Perjanjian Kerjasama dengan Perhutani dan meyiapkan sarana prasarananya.
Tidak hanya beriklan di portal berita lalu jadi. Bisa jadi karena ketidaktahuan, lalu timbu berita pembukaan jalur ini, sebuah "Blunder KKN Membuka Jalur Kenjuran."Â
Untung saja di Gunung Prau tidak ada mahluk astral bernama "Bedarawuhi" seperti di cerita KKN Desa Penari, jika ada, pasti "Bedarawuhi" sudah ngamuk ke anak-anak KKN tersebut.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI