Aku pun melihat dia dengan binar yang semakin mendalam serta pelupuk yang mulai menggenang. Aku tak tahu harus berbuat apa. Aku hanya terdiam sejenak memberikan waktu untuknya meskipun tak sebanyak waktu yang dia luangkan untuk perjuangan tersebut. Tapi dia butuh waktu itu.
Setelah lama terdiam, dia pun berkata dengan genangan yang tak terbendung lagi,
"Aku berterima kasih untuk semuanya. Aku bersyukur pernah berjuang dan berusaha dengan keras untuk itu semua. Aku yakin pasti ada hal indah lainnya yang menungguku di depan sana. Pengalaman itu pasti menjadikan ku baru dan tangguh serta lebih mendewasakanku dalam mengambil keputusan dan berjuang serta berusaha untuk menjadikan hal-hal itu nyata".
Aku melihat dia yang mulai tersenyum dengan mata yang memerah menahan genangan yang mulai mengalir dan berjatuhan secara tak teratur. Dia pun perlahan mulai tenang dan kembali lagi menjadi seperti biasa meskipun masih tersimpan rasa perih di setiap senyum dan tawanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H