Yang saya lihat, yang saya alami, semuanya membuat mata saya basah seketika. Saya berlutut mengucap syukur karena mendapat kesempata menjelajahi Flores. Mungkin terkesan berlebihan, tetapi itu yang saya rasakan. Meskipun tahu bahwa saya tidak akan ke Labuan Bajo, tidak akan ke Pulau Komodo yang terkenal dan hanya bisa menggunakan sedikit waktu untuk liburan di sela waktu kerja , saya tetap amat bersyukur bisa menikmati keindahan Flores.
Perjalanan harus dilanjutkan segera, karena target hari ini adalah sampai di Ruteng. Sementara saya ingin mampir ke desa Bena.
Desa Bena terletak di lereng gunung Inerie, gunung yang sudah saya sebut diatas, ketika menceritakan tentang gunung Ebulobo. Maka tak heran perjalanan ke desa Bena amat berkelok kelok dan menanjak.
Saya membuka jendela merasakan kesejukan angin dan menikmati pemandangan yang indah. Seperti daerah Flores pada umumnya di sekitar Bena juga banyak tanaman kopi,kemiri dan kakao. Saya tidak sungkan untuk meminta berhenti di beberapa tikungan, untuk melihat gunung Inerie dan tentu saja untuk berfoto.
dari salah satu tempat pemberhentian ini sebenarnya gunung Inerie bisa terlihat jelas, tetapi ketika itu hari sudah sore dan kabut mulai turun (foto ini sudah sedikit diedit sehingga terlihat lebih terang)
Dengan kamera yang hanya biasa saja, saya tidak berhasil mengabadikan gunung Inerie dengan sempurna.
Tetapi, coba berhenti membaca tulisan ini, ambil pinsil dan kertas lalu buat dengan cepat gambar sebuah gunung, share hasilnya ya...
Saya yakin pasti banyak yang menggambar gunung dengan cara sekedar menarik dua buah garis yang membentuk sudut runcing. Begitulah gambaran gunung Inerie, gunung megah yang berbentuk pyramid, segitiga yang sempurna.
foto ini diambil dari tempat pemberhentian “Manu Lalu” panorama