Ini adalah kisah tentang dinamika kami menuju momen dalam panggung aksi hebat yang merangkul semangat dan kebersamaan diantara kami. Namun, dibalik melodi harmonis itu, banyak tantangan yang menguji hubungan dan solidaritas diantara kami. Kami melalui berbagai tahapan hingga berbulan-bulan yang meruntuhkan energi kami hingga kelelahan. Suasana dalam kelas yang terkadang damai, namun juga riuh. Sebagian dari anak kelas kita yang berwatak keras seperti batu, sehingga solidaritas kami semua tidak begitu rekat. Â
     Dalam berbagai proses hingga latihan berbulan-bulan, pasti selalu ada masalah yang memperumit perjalanan kami. Beberapa adalah konflik perbedaan pendapat, kesalahpahaman, dan konflik yang sering terjadi di kelas yaitu banyak kelompok pertemanan atau yang biasa disebut geng-gengan.Â
     Dalam satu kelas terdapat banyak sekali kelompok pertemanan, bahkan kelompok-kelompok tersebut memiliki karakter masing-masing. Ada kelompok pertemanan yang isinya adalah anak-anak pendiam atau introvert, suka menggibah, kelompok pertemanan yang isinya anak-anak disiplin dan pintar, dan ada yang nakal atau suka buat keributan di kelas.
     Dalam merancang pertunjukan ini kami memiliki sutradara dan yang bertanggung jawab dalam mengatur kami semua, dia adalah Calista. Dia seseorang yang genit, namun juga galak pada situasi tertentu. Ketika latihan berlangsung, kami semua sangat sulit diatur, bahkan ada yang dengan santainya bermain handphone, tiduran di lantai, bahkan kabur ke toilet. Hingga kebiasaan tersebut terulang-ulang dan mengikis kesabaran Calista.Â
     "Aku sebenarnya capek ngatur kalian sebanyak ini dan seenaknya sendiri! Kita itu satu tim, harusnya bisa lebih kooperatif dong! Aku butuh kalian untuk lebih mengerti aku."Â
     Dengan nada tegas Calista berbicara di depan mereka semua dengan suasana hening menyelimuti mereka. Si penebar kekacauan pun mulai bergerak dan menyulut ketegangan suasana, ia adalah Mikhael.Â
    "Tuhh, kasian Calista kan, kok kalian pada asik sendiri sih, nanti kena marah lagi lohh..." Sulut Mikhael dengan penuh percaya diri tanpa memikirkan suasana yang sedang terjadi.Â
     Karena situasi semakin keruh, akhirnya guru memberi kami istirahat sejenak. Cynthia, Diana, Rafaela, dan Bella berdiskusi tentang masalah yang sebelumnya terjadi. Mereka mencoba menjauh dari kelas supaya tidak terdengar oleh teman-teman, khususnya Calista dan Mikhael.Â
     "Mikhael tuh tadi manas-manasin Calista, jadinya emosinya gak reda-reda." kata Cynthia yang memperhatikan keadaan di dalam kelas.
     "Iya, bener, yang bikin suasana jadi tambah panas tuh si Mikhael." Sahut Rafaela. Mereka berusaha mencari solusi dan ingin mendamaikan suasana kelas.Â
     Waktu istirahat pun selesai, kami semua berkumpul di dalam kelas untuk melanjutkan latihan. Karena mengingat kejadian tadi, Cynthia pun turun tangan untuk ikut mengatur teman-teman.