Lalu pada 1986, meningkatkan mesin cetak dengan kemampuan mencetak surat kabar 50.000 eksemplar setiap satu jam dan 16 halaman berwarna.
Pada tahun tersebut, Jawa Pos juga mulai menggunakan komputer untuk bagian redaksi, keuangan, dan iklan surat kabar.
Walau pada tahun 2000, Jawa Pos sempat mengalami krisis moneter. Namun pada 2011, Jawa Pos berhasil mendapat penghargaan.
Jawa Pos merupakan bagian dari organisasi surat kabar (community newspaper) oleh World Associations of Newspaper (WAN) dan dianggap sebagai raga industri media cetak Indonesia (Setyawan, 2014:706).
Tercatat sudah lebih dari 151 surat kabar daerah Jawa Pos yang menduduki dari sabang sampe merauke, seperti Radar Malang, Radar Tarakan, Radar Lombok, Radar Lampung, dan masih banyak lagi.
Koran Digital JawaPos.com
Sejak 1949 hingga sekarang, bisnis Jawa Pos tetap berusaha mempertahankan eksistensinya dalam bisnis surat kabar di Indonesia.
Termasuk juga bisnis digital melalui JawaPos.com yang mulai digeluti pada 2014. Berjangka dua tahun, Jawa Pos terus melakukan pembaruan dengan menyediakan beragam fitur online dalam format teks, foto, dan video.
Sejak Jawa Pos dipimpin oleh Azrul Ananda, anak dari Dahlan Iskan sebagai pemimpin kedua dalam mengelola Jawa Pos.
Pergerakan Jawa Pos dalam masyarakat digital cenderung cepat. Dalam Setyawan (2014:705) menyebutkan bahwa melalui semangat "Power of Youth" dan slogan "Selalu Ada yang Baru".
Jawa Pos hadir dengan menciptakan ikatan yang kuat pada para pembacanya melalui kegiatan, seperti Surabaya Green and Clean, Jawa Pos Institut of Pro Otonomy, Public Safety Campaign, dan lainnya.