Hai, readers! Disini saya akan menganalisis iklan yang asalnya dari Thailand.
Produk yang diiklankan oleh adalah produk pembasmi serangga dengan merk "Chaindrite". Mungkin hanya sedikit orang yang mengenal merk dari produk ini karena produk chaindrite ini merupakan produk lokal dari Thailand.Â
Iklan Chaindrite yang menampilkan seseorang berdandan seperti rayap melibatkan strategi kreatif yang unik untuk menarik perhatian. Dengan menggunakan cosplay sebagai elemen sentral, iklan ini mungkin bertujuan untuk menghibur sambil menyampaikan pesan serius tentang efektivitas produk dalam memberantas serangga.Â
Pesan utama iklan ini mungkin berkisar pada kekuatan "Chaindrite" dalam mengatasi serangga, bahkan hingga tingkat realisme yang mencengangkan. Strategi ini dapat menciptakan kesan yang tidak terlupakan dan membedakan produk dari pesaingnya.Â
Cosplay sebagai memakan bagian dari pintu yang kemudian ditegur oleh sepasang suami istri yang merupakan pemilik rumah memberikan kesan humor karena pemilik rumah tersebut hanya dengan santai dan menyemprotkan pembasmi serangga chaindrite kepada rayap tersebut. Ditambah lagi yang paling lucu adalah ketika rayap tersebut dengan bangganya kembali kepada koloninya yang berakhir naas yakni semua koloni rayap tersebut akhirnya meninggal.
Elemen visual iklan ini, terutama cosplay rayap, mungkin dimaksudkan untuk memancing emosi dan perhatian penonton. Sementara itu, penggunaan audio, seperti musik atau suara efek khusus, mungkin digunakan untuk memperkuat kesan dramatis atau lucu dari situasi tersebut.Â
Testimoni atau bukti efektivitas produk mungkin juga disisipkan, baik dalam bentuk narasi dari karakter yang berperan sebagai rayap atau pengalaman nyata pengguna. Meskipun pendekatan ini bisa menjadi risiko karena keberanian untuk mencoba hal yang baru, jika berhasil, iklan ini memiliki potensi untuk memperkuat ingatan merek dan membangun ikatan emosional dengan konsumen.Â
Namun, perlu diperhatikan juga bahwa pendekatan ini dapat memiliki risiko jika tidak diimplementasikan dengan tepat, terutama jika audiens tidak merespons dengan positif terhadap pendekatan kreatif tersebut. Dalam konteks budaya Thailand, iklan ini perlu mempertimbangkan sensitivitas budaya terhadap humor dan kreativitas yang diungkapkan melalui cosplay.
Dilihat dari penggunaan cosplay sebagai bentuk persuasi, iklan chaindrite dapat dianalisis menggunakan teori dramatism. Argumen tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan berikut.
Dramatisme berpendapat bahwa model dasar yang digunakan oleh manusia untuk menjelaskan berbagai situasi adalah cerita naratif atau drama (Larson, 2007:147).
Drama sebagai "filosofi bahasa" mengacu pada konsepsi drama bukan hanya sebagai bentuk hiburan atau cerita, tetapi sebagai filsafat yang mendalam yang memiliki kemampuan untuk menggambarkan dan menganalisis berbagai macam tindakan simbolis manusia, khususnya yang melibatkan penggunaan bahasa (Larson, 2007:147).
Dalam iklan "Chaindrite" dari Thailand, penerapan teori dramatism mengungkap bagaimana elemen-elemen dramatis digunakan untuk menggambarkan keefektifan produk dalam membasmi serangga  yang dapat dibuktikan pada iklan dengan "berakhirnya" koloni rayap. Agen, yang dapat diidentifikasi sebagai produk "Chaindrite" atau karakter yang memainkan peran dalam iklan, digambarkan dalam aksi dramatis memerangi serangga oleh pemilik rumah dan seekor rayap yang diperankan oleh manusia.Â
Adegan diatur dengan cermat, menciptakan lingkungan dimana serangga hadir, dan alat, seperti kata-kata yang kuat atau testimoni pengguna, dipilih secara strategis untuk memperkuat dramatisasi. Adegan pada iklan ini yakni rayap yang memakan kayu dari pintu pemilik rumah, penyemprotan chaindrite, kembalinya sang rayap kepada koloninya, kematian sang rayap yang telah disemprot chaindrite, dan akhirnya kematian koloni rayap.Â
Adegan yang memberikan kesan dramatis pada iklan ini adalah ketika kematian permata oleh sang rayap yang kemudian membuat rayap-rayap lain menangisi kematiannya.
Tujuan iklan ini jelas yakni meyakinkan penonton tentang keunggulan "Chaindrite" dalam memerangi serangga.Â
Dengan memanfaatkan bahasa dan elemen visual dengan efektif, iklan menciptakan respons emosional dan mendorong tindakan positif dari audiens, memperkuat citra produk sebagai solusi yang efektif dan dramatis untuk masalah serangga.
Berbeda dengan produk "bayg*n" yang ada di Indonesia rata-rata hanya menampilkan kehidupan rumah tangga yang diganggu oleh serangga yang kemudian dengan sekali semprotan serangganya akan langsung mati. Tidak ada humor dan hanya fokus pada cara pemakaian produk.
DAFTAR PUSTAKA
Larson, Charles U. (2007). Persuasion: Reception and responsibility. Twelfth edition. Boston: Wadsworth.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H