Malam itu .... setelah dia menyelesaikan pekerjaan yg diketiknya untuk kepentingan pekerjaannya besok hari, aku melihatnya menyusun pakaiannya dikoper yang biasa dipakainya. Aku lalu bertanya, mau kemana .. ?? mau ke kota S selama 2 hari Mam .. demikian dia menjawabku dengan singkat.
Entah mengapa subuh itu aku terbangun setelah aku melihat dia bersiap-siap untuk pergi dengan taksi yang sudah dia pesan sebelumnya. Tidak seperti biasanya, itulah pertama sekali dengan suka rela aku membuatkan teh hangat baginya sambil menyuguhkan martabak telor sisa semalam yg aku belikan untuk anak-anak kami.
Tidak seperti biasanya aku yang selalu masa bodoh dengannya, entah kenapa sebelum tidur kembali, aku lalu mengirimkan pesan lewat WhatsApp padanya ... "jangan lupa kasihtau kalau sudah sampai ya .. !!" ... dan iapun menjawab ... "ya Mama ... terimakasih ya aku sudah diperhatikan ...!!" Lalu kemudian aku matikan kembali telepon genggamku.
Setelah tertidur selama 1 jam lebih akupun terbangun, dan langsung menghubunginya untuk menanyakan apakah dia sudah chek in atau belum, tapi setelah berkali-kali aku hubungi, tetap saja tidak ada jawaban. Padahal biasanya cukup 2 kali ada nada panggil, teleponku sudah pasti dijawabnya atau setidaknya menelponku kembali. Saat itu, aku mulai marah, namun tiba-tiba aku ditelpon kembali, ketika aku menjawab ya .. Pah ... terdengar suara asing yg bukan suara suamiku.
Sesaat aku terdiam sebelum lelaki asing itu memperkenalkan diri, "selamat pagi, ibu .... apakah ibu istri dari bapak A .. demikian dia menyebut nama suamiku .. dan aku lalu menjawab .. ya .. betul ..! yang kemudian aku langsung mengajukan pertanyaan dengannya .. anda siapa ..??
Lelaki asing itu ternyata petugas IGD dari salah satu Rumah Sakit, dia memberitahu bahwa suamiku kena serangan jantung pada saat perjalanan ke bandara dan sudah berada di IGD Rumah Sakit tersebut. Saat itu juga aku diminta segera ke sana. Mulutku serasa terkunci rapat dan hanya menjawab "terima kasih".
Ketika telepon ditutup, aku terdiam seribu bahasa, tanganku berkeringat dan seakan aku tidak dapat berdiri lagi bahkan tanpa kusadari telpon genggamkupun sampai terjatuh karena terlepas dari genggaman tanganku.
Aku mencoba menenangkan diriku dan dengan hanya cuci muka aku berangkat naik taksi ke Rumah Sakit itu. Setelah berdoa sebentar berharap dia selamat, kemudian memberitahu keadaan suamiku kepada orang tuaku dan kepada adiknya untuk disampaikan kepada kedua mertuaku.
Pagi itu adalah pagi hari kerja, jalan dikota ini seperti biasanya macet, itu sebabnya aku harus menempuh perjalanan selama hampir 2 jam ke Rumah Sakit itu. Sesampai disana, akupun tergopoh-gopoh dan langsung disambut oleh 2 orang petugas Rumah Sakit itu yang kemudian memintaku untuk tenang, dan memberitahukan bahwa suamiku telah meninggal sekitar 10 menit yang lalu.
Saat itu, bagiku dunia seperti runtuh dan menimpaku, aku menangis sejadi-jadinya, aku mengingat perbuatanku selama ini terhadap dirinya dan baru tadi pagilah untuk pertama dan terakhir kali sebagai istri aku pernah dengan iklas memberinya segelas teh dan menghantarnya hingga ke depan gerbang rumah kami.
Entah bagaimana ... tidak berapa lama seluruh keluargapun telah menyusulku hadir di Rumah Sakit itu dan merekapun memelukku dengan duka yang sangat dalam. Tidak lama pula anak-anakkupun datang dengan masih memakai pakaian sekolah dan langsung memelukku sambil menangis sejadi-jadinya.