Mohon tunggu...
Lia Aini
Lia Aini Mohon Tunggu... Dosen - Politeknik Pertanian dan Peternakan Mapena

Pertanian dan Peternakan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Hipokalsemia Kambing Domba, Sepele tapi Mematikan

13 Oktober 2022   22:46 Diperbarui: 13 Oktober 2022   22:53 1819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hipokalsemia merupakan penyakit metabolik yang disebabkan oleh kesalahan dalam manajemen pemeliharaan. Hipokalsemia adalah kasus kekurangan kalsium yang dapat terjadi dalam bentuk klinis (terlihat melalui gejala yang ditimbulkan) atau subklinis (tidak terlihat). 

Hipokalsemia klinis yang disebut dengan milk fever ditandai dengan penurunan kadar kalsium secara drastis dan berada pada kisaran 3 -- 5 mg/ dL, secara klinis hewan ambruk dan demam. Pada kondisi yang sangat parah ditandai dengan kembung, hilang nafsu makan, koma dan jika tidak segera ditolong, maka ternak akan mati. 

Hipokalsemia bisa terjadi pada hewan ruminansia betina seperti sapi, domba dan kambing. Hipokalsemia pada sapi, biasanya terlihat kejadian yang tinggi pada sapi perah. 

Kejadian hipokalsemia di kambing domba cenderung subklinis dan menjadi klinis terlihat saat kambing domba bunting tua hingga pasca melahirkan. 

Hipokalsemia yang menyerang kambing domba betina tidak hanya menyerang induk hingga dapat menyebabkan kematian indukan kambing domba yang bunting, juga dapat menyebabkan anakan yang dilahirkan dari induk yang terkena penyakit ini menjadi bibit atau anakan dengan kualitas jelek, cacat, hingga terjangkit penyakit persisten seperti kaku otot atau kalsium tetani.

Meskipun peneitian yang membuktikan gejala tersebut belum begitu banyak, akan tetapi beberapa peneliti telah menjelaskan seperti pada hasil penelitian Khoderi (2008) dan Inuou (1998) bahwa hipokalsemia menyebabkan ukuran anak yang kecil derta prosentase daya hidup hanya 73%.  

Saat ini banyak peternak muda yang mulai melirik kambing domba sebagai hewan ternak yang dibudidayakan. Selain mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, kambing domba juga memiliki potensi yang unggul saat dibudidayakan seperti memiliki siklus produksi yang relatif pendek sehingga masa kebuntingan yang relatif cepat, adaptasi yang bagus terhadap lingkungan, daya konversi dari pakan yang memiliki kualitas rendah yang cukup bagus, modal usaha yang sedikit, dewasa tubuh dan kelamin yang cepat, jumlah anak per kelahiran lebih dari satu (litter size), serta kidding interval yang pendek. 

Akan tetapi, kenaikan jumlah budidaya kambing domba tidak disertai dengan pemahaman peternak terkait proses budidaya kambing domba. Umumnya, peternakan kambing di Indonesia diusahakan oleh masyarakat sebagai pekerjaan sambilan dan sistem pemeliharaannya masih tradisional dan pakan yang diberikan seadanya. 

Rendahnya keterampilan dan terbatasnya kemampuan peternak dalam mengadopsi teknologi peternakan seperti faktor-faktor produksi tidak efisien terutama pakan menyebabkan produktivitas ternak kambing menjadi rendah. Kejadian hipokalsemia pada kambing domba merupakan salah satu dampak yang ditimbulkan dari proses budidaya yang buruk.

Hipokalsemia erat kaitannya dengan manajemen pakan khususnya pakan kambing domba betina saat bunting. Hipokalsemia berhubungan dengan kualitas pakan khususnya keberadaan kandungan mineral pada pakan. Mineral pada pakan harus terdiri dari unsur-unsur penting diantaranya makro dan mikro mineral dalam jumlah yang secukupnya.

Makro mineral terdiri atas kalsium (Ca), fosfor (P), kalium (K), magnesium (Mg), natrium (Na), dan klor (Cl) sedangkan mikro mineral pula terdiri dari seng (Zn), nikel (Ni), molybdenum (Mo), mangan (Mn), kobalt (Co), krom (Cr), dan yodium (I). Makro mineral dibutuhkan lebih banyak dibandingkan dengan mikro mineral. 

Secara keseluruhan, setiap mineral tersebut mempunyai fungsi-fungsi tertentu pada tubuh ternak. Pada kambing domba betina bunting tentu sangat membutuhkan kualitas dan kuantitas pakan yang berbeda dengan kambing domba dewasa. 

Sesuai dengan keunggulan-keunggulan yang dijelaskan sebelumnya bahwa kambing domba bunting memiliki potensi jumlah anak lebih dari satu (litter size) dimana kebutuhan nutrisi yang dimakan kambing domba (KADO) bunting akan terbagi-bagi yakni untuk memenuhi bobot hidup, kesiapan produksi susu serta nutrisi untuk janin yang lebih dari satu ekor. 

Sangat dapat dipastikan bahwa kebutuhan nutrisi baik dari kuantitas dan kualitas pakan sangat tinggi disini. Selama periode transisi, KADO betina bunting mengalami gejolak kebutuhan kalsium yang sangat tinggi, terutama untuk memenuhi produksi susu setelah partus. 

Untuk mengatasinya KADO melakukan homeostasis Ca dengan memobilisasi kalsium tulang dalam waktu singkat sampai asupan pakan dapat mengatasi kebutuhan laktasinya. Kebutuhan kalsium yang sangat tinggi setelah partus menyebabkan terjadi pergeseran prioritas untuk menyesuaikan aliran Ca yang sifatnya akut (degradasi besar-besaran).

Pemberian pakan budidaya kambing domba ditingkat skala rumah tangga sangat sederhada. Hal ini berkaitan dengan kebiasaan peternak yang sekaligus menjadi petani, ketika pulang dari sawah, mereka akan mencari rumput lapangan atau tumbuhan pagar seadanya untuk pakan kambing domba mereka, begitu terus setiap hari tanpa ada pemberian pakan tambahan, mineral maupun vitamin. Kita coba simulasi pemberian pakan pada peternak skala rumah tangga tersebut dengan hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan. 

Penelitian Harter (2017), pembatasan pakan 40% menyebabkan retensi semua mineral ketubuh induk turun dan ukuran janin kecil akibat deposisi kalium, natrium dan fosfor terhambat. Hasil penelitian Suwignyo, 2016 pembatasan pakan (feed restriction) sampai 50% menurunkan kinerja produksi kambing (atau bisa jadi keguguran jika posisi bunting). 

Pembatasan pakan pada kambing PE memengaruhi kadar fosfat anorganik, kalsium, kreatinin, nitrogen urea darah, kolesterol, glukosa, dan trigliserida dalam darah (Lelana, 2014). Makromineral seperti Ca, Mg, P, K, Na, Cl dan S berpengaruh terhadap kinerja reproduksi ruminansia secara langsung maupun tidak langsung. 

Secara langsung antara lain waktu estrus dan ovulasi menjadi lebih lama, involusi uterus tertunda, meningkatnya prolaps uteri, kejadian distokia dan retensi plasenta. 

Pengaruh tidak langsung antara lain melalui penurunan fungsi syaraf, penurunan nafsu makan, kemampuan absorbsi glukosa, mineral, asam amino serta penurunan bobot badan. Kegagalan reproduksi dapat disebabkan oleh defisiensi satu atau beberapa macam mineral dan ketidak seimbangan antara mineral satu dengan yang lain.

Hipokalsemia dapat disembuhkan akan tetapi butuh pengobatan dari dokter hewan, perhatian dan perawatan penuh serta membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Melihat efek yang cukup merugikan baik dari biaya pengobatan, tenaga untuk merawat serta waktu luang yang diberikan tentu peternak akan berfikir kembali menginat harga kambing domba yang sakit pasti akan turun. 

Sehingga perlu dilakukan pencegahan lebih awal, jika melihat kasus terjadi pada kambing domb bunting, maka perlu dilakukan pencegahan sebelum kambing domba betina siap bereproduksi. Berikut adalah tips dan trik bagi peternak untuk mencegah atau meminimaliris kejadian hipokalsemia pada kambing domba :

  • Perbaiki manajemen pemeliharaan khususnya pakan untuk kambing domba betina dan dapat dimulai sejak anakan hingga siap bereproduksi.
  • Berikan asupan vitamin dan mineral selama kambing domba bunting dan pasca-melahirkan.
  • Tambahkan jumlah pakan untuk kambing domba bunting dan pasca-melahirkan.
  • Pilihkan jenis hijauan yang memiliki kualitas yang bagus (tinggi protein dan mineral) untuk kambing domba bunting dan pasca-melahirkan.
  • Jaga selalu kebersihan kandang.
  • Melakukan konsultasi dan pengecekan kondisi kambing domba bunting kepada dokter hewan
  • Jika ditemukan gejala hipokalsemia, segera panggil dokter hewan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun