Mohon tunggu...
Berlian MD
Berlian MD Mohon Tunggu... -

Tuangkan semua idemu, mimpimu, dan semua harapanmu dalam rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Permata Sriwijaya di Pulau Jawa

7 Mei 2018   00:54 Diperbarui: 7 Mei 2018   01:34 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapakah Wangsa Sailendra? Adakah hubungannya dengan Kerajaan Sriwijaya? Wangsa Sailendra di Pulau Jawa seringkali dikenal sebagai Medang atau Mataram Kuno beragama Budha. Wangsa Sailendra adalah penjaga agama Budha dengan aliran Mahayana. Mungkin ketika kita mendengar kalimat Wangsa Sailendra, yang terpikir di otak kita pertama kali adalah Candi Borobudur. Iya kan?! Nama Wangsa Sailendra sangatlah erat dengan Candi Borobudur dan dua candi lainnya, yakni Candi Sewu dan Candi Kalasan.

Banyak pendapat mengenai asal muasal dari Wangsa Sailendra ini sendiri. Mulai dari teori jika para Wangsa Sailendra adalah orang-orang India yang bermigrasi ke Sumatra kemudian berpindah ke Pulau Jawa akibat desakan pasukan Dapunta Hyang (pendiri kemaharajaan bahari, Sriwijaya). Lalu teori Funan yang menganggap para Wangsa Sailendra berasal dari Kamboja. Toh, teori ini tidak memiliki dasar yang kuat. Tidak ada bukti-bukti sejarah yang mendukung kebenarannya.

Teori terdekat adalah Teori Nusantara. Dimana teori tersebut mengatakan jika para Wangsa Sailendra ini adalah asli atau pure penduduk Nusantara (Indonesia saat itu). Ada dua kemungkinan, mereka adalah penduduk Sumatra yang kemudian berpindah dan menetap di Jawa atau asli penduduk Jawa yang dipengaruhi kebudayaan Sumatra (Sriwijaya pada saat itu). Entah kebenaran mana yang mendekati, tetapi kontribusi Wangsa Sailendra sangatlah besar dalam sejarah besar Bangsa Indonesia.

Mayoritas ahli berpendapat bahwa Wangsa Sailendra adalah orang-orang Sriwijaya yang melakukan ekspansi ke Pulau jawa yang pada saat itu dikuasai Kerajaan Tarumanegara dan Kerajaan Holing atau Kalingga. Kemudian dengan seiringnya waktu, Wangsa Sailendra berkembang menjadi suatu kerajaan besar yang bernama Mataram (Mataram Kuno), yang pada saat itu masih didominasi agama hindu. Sedangkan agama Budha baru terlihat pada trah kerajaan Mataram pada pemerintahan Raja Panangkaran hingga berakhir pada masa pemerintahan Rakai Pikatan.

Bisa dikatakan, awal pemerintahan Raja Penangkaran hingga Raja Samaratungga, merupakan masa dimana pengaruh Kerajaan Sriwijaya terhadap Kerajaan Mataram Hindu berkembang pesat dan melebar hingga keluar wilayah Kerajaan. Berbeda halnya dengan pengaruh Kerajaan Holing (Kalingga, Jawa Tengah). Bukti kejayaan trah Budha Wangsa Sailendra pada pemerintahan Mataram Kuno bisa dilihat dari pembangunan Candi Borobudur yang sekarang ini tetap menjadi ikon dari Indonesia. Dengan kata lain, Wangsa Sailendra merupakan permata Kerajaan Sriwijaya di Pulau Jawa. Terlebih ketika putri Kerajaan Sriwijaya, Dewi Tara telah sah menjadi istri dari Raja Mataram Kuno (Raja Samaratungga -- Ayah Balaputradewa).

Tema Sriwijaya Sumatra dan tiga Wangsa penguasa Dinasti Mataram kuno Jawa, merupakan tema yang masih dalam satu rumpun yang sama. Mulai dari tulisan berjudul "Antara Sriwijaya dan Isyana" hingga tulisan saat ini berjudul "Permata Sriwijaya di Pulau Jawa". Tetap saja inspirasi dan pembangun imajinasi pada tulisan ini adalah beberapa cangkir kopi yang penulis habiskan bersama pewaris darah Sriwijaya disetiap malamnya. Terimakasih telah mau mampir dan me-nyeruput tulisan amatir saya. Semoga masyarakat Indonesia semakin bangga dengan sejarahnya. J J

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun