Siapa sih yang nggak kenal tokoh islam Sayyidina Ali Bin Abi Thalib. Meskipun kita tidak hidup di zaman tersebut, pastilah banyak kisah – kisah tentang Sayyidina Ali yang sering kita dengar. Yup, beliau adalah sepupu dari Rosulullah SAW dan juga merupakan suami dari putri tercinta Rosulullah SAW, Fatimah Az-zahra. Seorang laki-laki cerdas, jujur, dan salah satu pengikut Rasulullah SAW yang paling setia.
Meskipun menjadi Khalifah ke-4 yang selalu berurusan dengan politik pemerintahan, Sayyidina Ali juga peduli terhadap pengasuhan anak. Hingga beliau mengatakan, “didiklah anakmu sesuai dengan jamannya, karena mereka tidak hidup bukan di jamanmu”. Nahh ... bisa dilihat betapa besarnya kepedulian Sayyidina Ali terhadap pengasuhan anak. Masih relevan untuk saat ini kan kalimat yang beliau utarakan?! Hehehe.
Menurut Sayyidina Ali, pengasuhan dibagi menjadi tiga tahap. Diibagi menurut rentang usia 7 tahun. Yakni, usia 0-7 tahun, 8-14 tahun, dan 15-21 tahun. Mengapa demikian? Karena pada tiap fase, kebutuhan anak berbeda dan berbeda pula cara penanganannya.
Pada rentang usia 0-7 tahun, anak diberlakukan seolah-olah ia raja. Mengapa? Karena pada fase ini anak masih membutuhkan perhatian dan kasih sayang lebih. Asah, Asih, Asuh! Mereka masih butuh pengasahan dari orang dewasa terutama orang tua agar mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan maksimal dalam segala aspek. Mereka membutuhkan pengasihan dengan pemberian rasa aman. Karena dengan itu, emosi anak dapat terkontrol dan mampu menjadi pribadi yang baik sesuai harapan orang tua nantinya. Dan juga, anak membutuhkan pengasuhan yang layak dari orang tuanya. Meliputi, sandang, pangan, papan, imunisasi, pendidikan, dan lain-lain.
Pertanyaannya, apakah dengan perhatian seperti itu anak akan menjadi manja? Tidak. Jika orang tua mampu menghindari faktor-faktor pemicu sifat manja. Seperti, pengasuhan permisif yakni pengasuhan yang membolehkan apa saja tanpa adanya batasan-batasan yang jelas. Biasanya pengasuhan permisif terdorong dengan pengalaman pahit orang tua ketika kecil, sehingga ketika orang tua tersebut telah memiliki anak, mereka tidak ingin anak mereka merasakan hal yang sama. Jadi mereka memberikan apa saja kepada anak diluar batas kewajaran. Ini lah yang membuat anak menjadi sosok yang manja. Ingat yaa ayah bunda, jika kita memperlakukan anak sebagai raja di usia ini, insyaAllah nantinya anak tersebut akan memperlakukan orang tuanya seperti raja dan ratu juga.
Pada rentang usia 8-14 tahun, anak bagaikan tawanan perang. Tawanan perang? Hihii ngeri ... Eits, jangan salah ... Islam sangat menghormati tawanan perang lho ... maksudnya disini adalah anak sudah mengenal hak dan kewajiban. Anak akan memperoleh haknya dengan penuh, tetapi anak juga harus menjalankan kewajibannya dengan baik dan penuh rasa tanggung jawab. Kalau nggak bisa menjalankan kewajiban trus gimana? Ya konsekuensinya adalah hukuman. Ingat apa yang di katakan Rasulullah SAW, jika anak usia 7 tahun tidak mau melakukan sholat lima waktu maka hukumlah. Tentunya dengan hukuman secukupnya. Ntarkalau kelebihan bisa-bisa KDRT. Hehehee ... Fase ini adalah fase yang pas bagi orang tua untuk mengenalkan ilmu-ilmu agama secara penuh kepada anak, dibanding fase sebelumnya. Karena pada fase ini, anak telah mampu berfikir lebih baik karena dipengaruhi perkembangan kemampuan kognisi anak.
Disamping itu, reward (penghargaan) juga sangat penting disamping pemberian punishment(hukuman). Anak yang mampu menjalankan kewajibannya dengan baik dan dengan rasa tanggung jawab, maka wajib hukumnya diberikan penghargaan. Tidak perlu yang mewah bin mahal. Cukup dengan pujian dan senyum yang tulus akan membuat anak merasa dihargai.
Dan pada rentang usia 15-21 tahun, anak dianggap sahabat oleh orang tuanya. Agak aneh rasanya kalau membahas fase ini. Hehehe ... Yaa karena penulis masih dalam fase ini. Jadi curhat-curhat dikit aja yaa ... Benersih kalau pada fase ini anak lebih menginginkan orang tua yang bisa diajak curhat plus ngerumpi (baca: bicara dari hati ke hati). Apalagi anak perempuan dengan bundanya. Hehehee ... Diberikan kepercayaan penuh untuk mengelola segala sesuatu didalam hidupnya apalagi mengelola keuangan.
Meskipun masih subsidi dari orang tua juga uangnya. Dan yang paling penting adalah memberikan sedikit ruang. Kan malu sama temen-temenkampus kalau masih dikekang terus-terusan. Tapi tenang kok ayah bunda, pada fase ini kita (mewakili rakyat fase ini) masi butuh pengawasan dari kalian berdua. Hehehee. Dengan itu semua, kami merasa lebih bisa mengembangkan rasa percaya diri, optimis, and we can do it!Believe us yaa ayah bunda dan selalu doakan manusia-manusia pada fase ini menjadi anak yang soleh solehah yang mampu menjadi kebanggaan kalian berdua. Hehehe.
Nah, ayah bunda jangan sampai lupa yaa ... Anak adalah mahluk yang hadir dengan segala keunikannya masing-masing dan merupakan amanah dari Allah SWT yang senantiasa harus kita jaga. Sampai kapan pun anak tetaplah anak, meskipun mereka tidak lagi dalam ayunan bahkan tidak lagi berseragam putih abu-abu. Jadilah orang tua yang bahagia yaa ayah bunda ...
Makasih udah mau intip-intip ...
Makasih juga buat Sayyidina Ali yang telah menjadi ahli parenting sebelum tren parenting mem-booming! Salam dari perwakilan anak fase ketiga ... Hehehe.
Wassalamu’alaikum ...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H