Assalamu’alaikum ayah, bunda, dan para calon orang tua ...
Ayah bunda ada yang sering mengeluh dengan tingkah anak kedua ? Nah, tulisan ini diambil dari cerita – cerita masa kecil yang mungkin terdengar sedikit lucu. Kata mamah, anak kedua itu yang paling susah. Nah lhoh ! Pertama kali denger sih nggak percaya. Dengan ketidak percayaan bertahun – tahun akhirnya tanda tanya besar itu terjawab sudah. Mengapa anak kedua dianggap berbeda dengan saudaranya.
Dalam perkembangannya sering kali karakter anak berbeda meskipun mereka adalah kakak beradik. Rosalina Verauli, M.Psi, psikologi klinis anak dari Empati Development Center, Jakarta berpendapat, entah kebetulan atau tidak karakter atau kepribadian anak kedua (anak tengah) umumnya jauh berbeda. Jika si sulung dan si bungsu itu termasuk ramai dan cerewet, maka si tengah akan cenderung lebih kalem. Dan sebaliknya jika si sulung dan bungsu cenderung kalem, si tengah atau anak kedua cenderung bande (curhat dikit). Hehehe.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena umumnya anak kedua atau anak tengah diberlakukan dalam dua tipe. Bisa saja mereka merasa terabaikan atau pola pengasuhannya disamakan dengan dengan anak sebelumnya. Anak kedua atau tengah akan merasa terabaikan ketika kasih sayang orang tua lebih banyak tercurahkan pada si bungsu (adiknya). Hal yang dilakukan oleh kakaknya akan terlihat spesial didepan orang tua bahkan saudara lainnya. Namun saat si tengah yang melakukannya maka tidak akan terlihat spesial atau wahlagi didepan orang tua atau saudara lainnya. Hal ini yang menjadikan si tengah atau anak kedua merasa terabaikan. Dan hal itu yang membuat kepribadiannya berbeda dari saudara kandungnya yang lain.
Perilaku anak kedua ini sering dianggap nyeleneholeh orang tuanya maupun lingkungan. Perilaku mereka sering dianggap hal negatif oleh sebagian orang, padahal mereka melakukan hal-hal seperti itu karena mereka ingin menarik perhatian dari sekeliling. Lebih mudah menjadi anak nakal dengan perilaku menyimpang bagi mereka, karena dengan perilaku-perilaku itu mereka akan mendapat perhatian lebih. Anak kedua yang terabaikan mungkin tidak memiliki konsep diri yang berkembang ke arah positif.
Penyebabnya adalah pengabaian tersebut dirasakan seolah-olah sebagai bentuk penolakan terhadap dirinya. Diberbagai penelitian anak dengan pengabaian akn memiliki sikap rendah diri, tidak percaya diri, mempunyai konsep diri rendah, dan urang bisa menghargai diri sendiri. Akhirnya mereka menjadi nakal dan cenderung melakukan hal-hal negatif yang cenderung dapat merusak dirinya sendiri. Namun hal itu tidak akan membuat semangatnya turun karena menurut berbagai penelitian menyatakan bahwa anak kedua memiliki motivasi tinggi.
Dalam pola pengasuhan orang tua tidak akan bisa menyamaratakan model atau pola pengasuhan antara si sulung dengan anak kedua. Karena pada prinsipnya anak kedua akan cenderung tidak mau kalah dengan kakaknya. Mereka ingin melebihi sang kakak dan berkompetisi agar mereka bisa sejajar dengan kakaknya atau bahkan mereka bisa lebih diatas kakaknya. Pola pengasuhan yang paling tepat diterapkan oleh orang tua jika orang tua melihat pola pengasuhan dengan memahami kebutuhan (needs) yang dilihat dari tahapan usia, tempramen, dan kepribadian anak. Semakin banyak anak pola pengasuhan yang orang tua terapkan pada anak-anak mereka akan semakin beragam.
Sederet tulisan diatas merupakan sedikit ungkapan hati dari penulis yang kebetulan statusnya anak kedua. Ahahaha. Nah ayah bunda, sesekali nggak papa kok melakukan observasi kepada anak – anak jadi informasi yang kita baca bukan sekedar teori dan opini penulis.
Makasih banyak udah baca ...
Salam buat para second child yaa ...
Wassalamu’alaikum ...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H