Ricky Estefen Chen, Alnando Lumban Gaol, Richad Handrean, Berlian Wira Saputra, Anastasia Dian Ayu Setiawan
Â
Penggunaan Artificial Intelligence (AI) dalam proses pembelajaran, terutama pada proses pembuatan karya ilmiah oleh mahasiswa telah menjadi sorotan utama dalam ranah pendidikan. Akibat dari penggunaan AI ini, hasil karya ilmiah mahasiswa sering menjadi perbincangan tentang keaslian dan kualitasnya. Dalam esai ini, akan membahas bagaimana AI telah mengubah kualitas pendidikan ataupun paradigma pada pembuatan karya ilmiah mahasiswa, serta pemahaman mengenai relevansi penggunaan AI pada pembelajaran dan pembuatan karya ilmiah oleh mahasiswa.
Teknologi telah berkembang pesat, segala jenis kegiatan manusia dapat dipermudah dengan penggunaan teknologi. Salah satu teknologi yang sangat memengaruhi kehidupan manusia pada akhir abad 20 dan awal abad 21 adalah search engine, seperti google dan firefox yang dapat memberikan berbagai informasi pada seluruh belahan dunia secara aktual. Dewasa ini sedang marak penggunaan Artificial Intelligence (AI) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Kecerdasan Buatan yang memiliki kemampuan lebih dari pada search engine yang telah ada.
Kecerdasan Buatan ini adalah sebuah sistem yang yang memiliki kecerdasan yang sama atau lebih dari manusia. Kemampuan yang diprogramkan pada AI seperti kemampuan pengambilan keputusan, kemampoan kognitif, dan kemampuan belajar untuk menghasilkan adaptasi pada pengambilan keputusan selanjutnya (Manongga, 2022). AI saat ini banyak digunakan karena kepraktisannya dalam memberikan informasi kepada pengguna dari berbagai aspek kehidupan, seperti bisnis, makanan, ekonomi, dan bahkan pendidikan.
Lembaga pendidikan seperti universitas merupakan sebuah institusi yang di dalamnya terdapat proses belajar-mengajar. Dalam universitas, mahasiswa ditutut untuk mampu mempelajari dan mengerjakan persoalan-persoalan berbasis kurikulum yang telah diberikan. Kemajuan teknologi terutama dalam bidang AI telah mengubah banyak komponen-komponen kehidupan dalam berbagai sektor, termasuk pendidikan. Dalam konteks ini hubungan antara penggunaan AI dan pendidikan mahasiswa semakin penting dan menarik untuk lebih diulik (Muarif et al., 2019).
Dalam konteks AI, dikenal adanya beberapa konsep seperti machine learning atau pembelajaran oleh mesin adalah memungkinkan AI dapat meniru cara belajar manusia untuk meningkatkan kemampuan dan adaptasinya. Kemampuan lain yang dimiliki AI adalah deep learning. Deep learning adalah cabang dari machine learning yang lebih kompleks, karena terinspirasi oleh struktur otak manusia. Menggunakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh AI, memungkinkan manuasia membuat dan menciptakan banyak hal dengan lebih mudah dan cepat (Eriana & Zein, 2019).
Dalam dunia pendidikan AI mampu menulis esai ilmiah dengan topik pembahasan yang jelas dan terarah. Lebih hebatnya lagi, pada saat ini AI bukan hanya mampu memberikan pelayanan informasi berbasis teks saja, seperti menjawab pertanyaan, membantu memberikan referensi laporan, dan lainnya. AI saat ini bahkan mampu memberikan hasil layanannya berbasis foto dan video. Salah satu AI yang sering digunakan oleh mahasiswa adalah ChatGPT. ChatGPT sering dimanfaatkan oleh mahasiswa karena kemudahan dalam penggunaannya.
Hanya dengan mengetik beberapa kata kunci yang relevan, AI seperti ChatGPT dapat menampilkan secara langsung dan cepat apa yang kita inginkan. Tak hanya sebagai reverensi, karena keakuratan dan keefektivan hasil yang diberikan ChatGPT, tak heran banyak mahasiswa memanfaatkannya untuk menunjang pambelajarannya (Maulana et al., 2023).
Integrasi AI dalam dunia pendidikan mampu meningkatkan pengembangan keterampilan digital mahasiswa, utamanya pada masa industri 4.0 hingga 5.0. Â Dibarengi dengan tanggung jawab yang baik, AI sebenarnya menawarkan potensi besar untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa untuk pemanfaatan karirnya di masa depan, dan membantu mahasiswa untuk terus terinformasi luas secara aktual. AI dapat dimanfaatkan sebagai alat yang kuat untuk merevolusi pendidikan untuk berkembang dalam masa digital ini (Muhammad Yahya et al., 2023).