Mohon tunggu...
Berlian Novalita
Berlian Novalita Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa MAP UKSW

Guru SMP N 4 Sentani

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengaruh dan Tantangan Penerapan Experiential Education dalam Proses Pembelajaran

6 Agustus 2024   14:31 Diperbarui: 6 Agustus 2024   14:34 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembahasan

Experiential Education atau pendidikan berbasis pengalaman merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pengalaman langsung siswa sebagai sarana pembelajaran. Pendekatan ini berfokus pada keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran di mana pendidik dengan sengaja melibatkan siswa dalam pengalaman secara langsung dan refleksi yang fokus untuk meningkatkan pengetahuan, mengembangkan keterampilan dan kapasitas siswa.

Konsep Experiential Education

Experiential Education merupakan metode pendidikan di mana proses pembelajaran terjadi melalui pengalaman langsung dan refleksi. Konsep ini berakar dari teori tokoh-tokoh pendidikan John Dewey, Kurt Kahn, dan David Kolb. Menurut Kolb (1982), pembelajaran berbasis ekperensial meliputi empat proses, diantaranya adalah pengalaman konkret, refleksi, Proses (konseptualisasi abstrak dan ekperimen (penerapan). Proses ini memungkinkan siswa untuk menghubungkan teori dengan praktik dan mengembangkan pemahaman yang lebih dalam.

Kelebihan penerapan experiential learning

Dengan pengalaman peserta didik secara langsung terhadap materi pembelajaran, peserta didik dapan memahami konsep secara lebih dalam dan kontekstual. Pengalaman langsung juga membantu siswa mampu mengaitkan antara teori dan praktik nyata, sehingga bisa meningkatkan relevansi dan aplikasi yang lebih baik dalam mengembangkan pengetahuan.

  • Pengembangan keterampilan

Melalui penerapan metode pembelajaran berbasis pengalaman, peserta didik mendapatkan kesempatan yang lebih besar untuk mengembangkan kemampuan dasar yang relevan dengan kehidupan nyata. Contoh kemampuan yang bisa dikembangkan adalah kemampuan komunikasi, pemecahan masalah, dan kerjasama antar tim.

  • Meningkatkan motivasi dan keterlibatan

Penerapan pendekatan ini mampu mendorong keterlibatan pertisipasi aktif dan meningkatkan motivasi dalam proses pembalajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa akan lebih terlibat dan termotivasi ketika mereka melihat dampak dari apa yang mereka pelajari melalui proses pembelajaran mereka.

  • Pengembangan Pemikiran Kritis dan Reflektif

Pendekatan experiential learning menekankan refleksi dalam begian proses pembelajaran. Proses refleksi membantu mengembangkan potensi kemampuan berpikir kritis dan refleksi siswa. Kemampuan berpikir kritis dan berefleksi penting untuk memahami kompleksitas dunia nyata.

Tantangan/Kekurangan Penerapan Experiential Education

  • Desain Pembelajaran yang Kompleks

Desain pendekatan ini cukup kompleks sehingga merancang pengalaman pembelajaran yang efektif dan bermakna bagi siswa dapat menjadi tantangan dalam pendekatan ini. Pengajar perlu memiliki pemahaman yang baik tentang bagaimana merancang aktivitas yang relevan dengan materi pembelajaran serta bagaimana memfasilitasi siswa untuk refleksi yang mendalam.

  • Kurangnya struktur yang jelas

Kurangnya struktur yang jelas menjadi salah satu kritik terhadap pendekatan ini. Pendekatan ini menekankan pengalaman langsung sebagai sumber utama pembelajaran. Namun pengajar mungkin tidak memberikan panduan atau kerangka yang memadai kepada siswa sehingga hal ini dapat mengakibatkan beberapa kebingungan pada siswa serta siswa bisa saja kehilangan fokus pada pelajarannya.

  • Keterbatasan sumber daya

Penerapan experiantial learning sering kali membutuhkan sumber daya yang lebih banyak dan kompleks seperti biaya, waktu, dan tenaga pengajar yang terlatih. Hal tersebut bisa menjadi kendala, termasuk waktu guru untuk merencanakan dan mengawasi pengalaman siswa.

  • Tidak Cocok untuk Semua Jenis Pembelajaran

Meskipun experiantial learning menawarkan banyak manfaat, penting untuk diketahui bahwa experiantial learning ini mungkin tidak cocok untuk diterapkan pada semua topik pembelajaran. Contohnya adalah perbedaan gaya belajar siswa yang mungkin lebih mudah memahami konsep melalui pembelajaran visual atau audiotory daripada belajar melalui pengalaman secara langsung, siswa dengan kebutuhan khusus seperti mereka yang memiliki gangguan spektrum autisme mungkin akan memerlukan interaksi sosial yang lebih intens atau anak dengan keterbatasan fisik akan membutuhkan mobilitas yang tinggi, keterbatasan topik dan materi seperti matematika murni dan teori-teori fisika yang abstrak akan lebih efisien jika diajarkan melalui metode tradisional yang lebih terstruktur.

  • Evaluasi yang sulit

Mengukur hasil pembelajaran untuk pendidikan berdasarkan pengalaman bisa jadi lebih rumit dibandingkan  metode tradisional dikarenakan pembelajaran tidak hanya mencakup aspek kognitif saja tetapi juga aspek emosional dan psikomotorik. Penilaian biasanya merupakan evaluasi kualitatif, seperti observasi dan refleksi, dan tidak selalu memberikan gambaran objektif. Dalam beberapa kasus, metode penilaian tradisional seperti ujian tertulis atau tes standar mungkin masih diperlukan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap konsep-konsep tertentu.

Kesimpulan

Experiential Education (EE) atau disebut juga dengan experiential learning merupakan pendekatan yang menekankan keterlibatan siswa secara aktif  melalui pengalaman langsung dan refleksi dalam proses pembelajaran. Konsep ini menawarkan banyak manfaat dan keunggulan dalam proses pembelajaran. EE memungkinkan siswa untuk menghubungkan teori dengan praktik sehingga kemampuan berpikir kritis dan refleksi, keterampilan praktis, dan motivasi siswa lebih meningkat.

Meskipun menawarkan banyak manfaat, EE juga memiliki tantangan tersendiri dalam penerapannya. Seperti desain pembelajaran yang cukup kompleks, struktur yang kurang jelas, kebutuhan sumber daya yang lebih besar, serta kurang cocok untuk diterapkan pada semua jenis pembelajaran. Hal ini menjadi aspek yang perlu diperhatikan. Selain itu, evaluasi hasil pembelajaran dalam EE bisa menjadi lebih sulit karena melibatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Untuk mengatasi tantangan ini, penting bagi pendidik untuk mengadopsi pendekatan yang beragam, menggabungkan metode tradisional dengan EE, sehingga dapat memenuhi kebutuhan beragam siswa. Dengan demikian, pendidikan berbasis pengalaman dapat menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan mempersiapkan siswa menghadapi kompleksitas dunia nyata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun