Mohon tunggu...
Berlian Ardianti
Berlian Ardianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Yogyakarta

Saya adalah seorang mahasiswa yang gemar menulis dari apa yang saya amati. Menulis membuka saya dalam hal wawasan serta pengalaman.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Tusuk Sate yang Berlayar di Tengah Badai

26 Mei 2024   23:30 Diperbarui: 26 Mei 2024   23:32 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 2020 merupakan awal kepedihan seluruh masyarakat dunia, tak terkecuali Indonesia. Pandemi Covid-19 menjadi titik di mana kehidupan berputar 360 derajat. Semua orang terjebak dari segi kesehatan, pendidikan, perekonomian, dan lain sebagainya. Seorang lelaki biasa yang terjebak dalam kejamnya keadaan duduk dan termenung di teras bersama angin malam yang menyelimuti. Batinnya berkata “harus apa ya, untuk tetap menghidupi keluarga di tengah kondisi yang tak pasti ini” ucapnya tiap merenungi keadaan. Sebut saja namanya Andi, seorang anak laki-laki terakhir di keluarga yang bimbang akan keadaan di tengah kondisi pandemi. Saat itu, ia merasa menjadi anak yang menyusahkan orang tuanya, Andi tak kunjung mendapatkan pekerjaan.

Berbekal dari ilmu sang ayah, seorang penjual sate madura di Malioboro, Yogyakarta, Andi bertekad kuat membantu perekonomian keluarga dengan menjual sate di tempat yang berbeda. Andi menjual satenya di salah satu daerah di lingkungan kampus negeri di Yogyakarta. Sepinya lingkungan kampus di mana perkuliahan diberlakukan perkuliahan daring, tidak membuat Andi patah semangat. “Kalau pikir saya saat itu, hasil sedikit tidak apa-apa, yang penting bisa buat makan” ucap Andi. 

Berkat ketekunan dan rasa bersyukur Andi yang luar biasa bertahan di masa pandemi, hingga kini ia konsisten berjualan sate di lingkungan kampus, kini ia memiliki pelanggan yang membludak. 

Andi mengaku, hasil bersih penjualannya per hari bisa mencapai Rp 2.500.000,00 - Rp 3.000.000,00. “Sate saya jadi laku besar semenjak anak kuliah sudah kuliah offline, saya tidak salah pilih tempat sejak awal, tempat yang strategis, walau harus merasakan pahit dulu awal. Benar kalau apa-apa kita harus sabar” ucap Andi penuh syukur. Kini Andi menuai hasil jerih payahnya, Andi yang tidak pernah putus asa, Andi yang selalu bersabar dan tekun. Andi sudah nyaman menjalani profesinya sebagai penjual sate. Bagi Andi, bisa menjual sate di sekitar kampus bisa membantu anak rantau soal makan. “Saya selalu membuat sate ini segar dan enak. Mereka bantu saya soal keuangan, saya juga harus memberikan makanan yang bergizi bukan?”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun