Mohon tunggu...
Berlian Dessya Karim
Berlian Dessya Karim Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

pelajar

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

12 Takdir, Adakah Takdirmu?

5 April 2021   08:50 Diperbarui: 5 April 2021   10:51 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Valiant Budi ialah pengarang buku kumpulan cerpen yang berjudul Tukar Takdir, buku ini bercerita tentang 12 takdir yang berbeda dari pemeran yang berbeda juga. Tema yang diangkat bermacam-macam. Yang pertama ada tema kehidupan, diantaranya berjudul Takdir 1: Diulang Sayang, Takdir 2: Serupa dan Serapuh, Takdir 3: Duta Rumah Tangga, Takdir 7: Pembohong yang Jujur, Takdir 10: Melupakan Pengingat Diri. Selanjutnya ada tema mistis, yaitu Takdir 4: Kunci Pencari Pintu, Takdir 5: Kelainan itu Kelebihan, Takdir 6: Centong Ajaib, Takdir 8: Pecinta Butuh Pelarian, Takdir 11: Aroma Masa Lalu. Yang terakhir ada tema surealisme, yaitu Takdir 9: Hidup Yang Sangat Berat, dan Takdir 12: Singgasana Kekal.

Kali ini saya akan menggunakan judul Takdir 2: Serupa dan Serapuh untuk dibahas sinopsisnya. Kang Njur ialah seorang pemuda yang berasal dari Cianjur. Demi mendapat uang untuk bertahan hidup, di usianya yang menginjak 15 tahun, ia rela untuk merantau ke Jakarta dan meninggalkan kampung halaman nya itu. Setelah kesana kemari mencari pekerjaan, ia pun melamar sebagai OB di salah satu stasiun TV. Namun, Kang Njur salah antrean dan malah mengantri untuk audisi iklan rokok. Pada akhirnya ia tertolak karena kurang macho, tapi ia ditawari untuk bermain serial sinetron oleh sang produser. Setelah mengiyakan tawaran tersebut, Kang Njur mengikuti kelas akting dan kepribadian. Diantara kesulitan yang ada, Kang Njur paling sulit untuk menghilangkan aksen sunda yang meliuk-liuk. Tapi lama-lama ia pun terbiasa dengan logat Jakarta.

Tahun pertama penayangan sinetron berjalan dengan sukses. Honor satu episode bahkan bisa menutupi kebutuhan kedua orang tuanya di kampung. Memasuki tahun kedua, sinetron nya semakin sukses. Satu episode pun bisa menghidupi untuk 3 bulan lamanya. Rumahnya di Cianjur pun sedikit demi sedikit berubah menjadi bangunan mewah. Bahkan ada beberapa tempat yang dikhususkan untuk kegiatan masyarakat di kampungnya. Seperti latihan olahraga sampai tempat perjamuan emak-emak.

Tidak terasa sudah 10 tahun lamanya sinetron ini berjalan. Pasti ada kalanya mengalami penurunan, tapi berkat kecerdikan kru akhirnya sinetron ini tetap bisa naik. Tentunya dengan skandal-skandal setingan yang membuat penonton makin penasaran. Tiga tahun yang lalu, tepatnya di tahun ke-7 sinetron ini, kedua orang tua Kang Njur meninggal dunia secara bersamaan ketika tidur. Kang Njur merasa terpukul dan berpikir bahwa selama ini ia bekerja keras untuk membahagiakan orang tuanya, tapi jika situasinya seperti ini maka ia harus apa?

Suatu hari Kang Njur diundang ke acara Cermin Bintang. Acaranya untuk orang-orang yang mirip dengan bintang tamu saat itu. Jika penonton terkecoh, maka sang peserta akan mendapat hadiah. Peserta yang mirip Kang Njur ini memang mulai dari postur badan sampai cara berjalannya mirip. Tapi yang membedakan adalah giginya terdapat 2 gingsul, sedangkan Kang Njur rapi. Setelah acara Kang Njur menghampiri si peserta ini dan menawarkan pekerjaan asal gigi gingsulnya mau di cabut. Setelah di iyakan, hari demi hari pun peserta ini dilatih Kang Njur untuk menjadi dirinya. Mereka berganti peran, si kembaran menjadi Kang Njur dan Kang Njur sendiri menjadi manusia yang bebas tanpa diawasi siapapun. Meskipun terkadang orang sekitar merasa curiga, tapi tetap bisa diatasi.

Sampai pada akhirnya keduanya merasa lelah untuk berpura-pura terus dan si kembaran juga ingin menikah, mereka pun sepakat untuk menghabiskan kontrak selama 1 bulan lagi. Kang Njur memberikan si kembaran tugas terakhir yaitu reality show di Pulau Komodo. Sedangkan Kang Njur berlibur ke Bali. Malam hari Kang Njur berjalan perlahan menuju tebing di samping villa. Ia termenung dan teringat kedua orang tuanya. Kemudian terbesit untuk melompat dari tebing itu. Ketika satu kaki sudah mengayun dan tinggal satu kaki lagi untuk melampaui batas tebing, ponsel Kang Njur berdering dan ia langsung mundur. Ia kaget karena banyak sekali notifikasi yang di dapat. Salah satunya berasal dari lawan main sinetronnya, Tira. Yang intinya berbunyi “Kang Njur, ini bohongan kan?” sembari menautkan artikel berita. Ketika dibuka betapa kagetnya Kang Njur bahwa berita itu berisi dirinya yang sudah meninggal dimakan komodo. Kang Njur lemas dan sedikit merasa senang bahwa akhirnya ia bisa bebas. Terima kasih untuk pengorbanannya, Kembaran.

Kelebihan dari buku kumpulan cerpen ini adalah memiliki cover yang menarik dan makna yang bagus. Awalnya memang terlihat seperti gambar abstrak saja, tapi ternyata cover tersebut mengambarkan keseluruhan cerpen di buku ini. Kemudian setiap cerpennya memiliki alur yang tidak mudah ditebak. Semua tokohnya memiliki ciri khasnya sendiri. Pembacanya juga mudah untuk membayangkan situasi setiap ceritanya karena ditulis dengan kosakata yang mudah dimengerti. Tak lupa juga setiap cerpennya memiliki amanat yang baik.

Kekurangan dari buku ini adalah beberapa cerpennya terdapat kata-kata kasar yang tidak pantas untuk dibaca anak-anak, sebaiknya didampingi oleh orang yang lebih dewasa.  Kemudian beberapa latar waktunya membuat pembaca sedikit bingung. Dan beberapa cerpen ada yang dibiarkan sekan-akan mengambang, menggantung begitu saja. Tidak jelas itu happy atau sad ending. Pembaca diminta berpikir dan menebaknya sendiri.

Kesimpulannya, buku kumpulan cerpen ini sangat direkomendasikan untuk dibaca kalangan remaja sampai dewasa. Karena memiliki cerita yang sangat menarik dan juga memberikan kesan rasa candu bagi pembacanya. Selain harganya yang terjangkau, buku ini juga mudah untuk di dapatkan baik secara fisik maupun digitalnya di situs resmi Gramedia. Buku ini sangat cocok untuk menemani waktu santai, karena ceritanya yang ringan tapi berisi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun