Sebelum menggunakan nama Pa'au, desa ini telah berganti nama sebanyak dua kali, yaitu Binjai dan Karangan Haur. Desa ini berada di Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Desa Pa'au memiliki banyak objek wisata alam berpotensi besar yang dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Penyaluhan Indah.Â
Pokdarwis merupakan organisasi yang bertujuan mengembangkan kelompok masyarakat yang kompeten dan profesional dalam bidang kepariwisataan.Â
Objek wisata yang ada di desa Pa'au antara lain Batu Balian, Arung Jeram Sungai Tuyub, Mandin Skendet, Mandin Penyaluhan yang terbagi menjadi Penyaluhan Luar dan Penyaluhan Dalam, serta Puncak Haur Bunak.
Dari sekian banyaknya objek wisata di Desa Pa'au, Batu Balian menjadi wisata yang paling terkenal. Terletak di pertemuan dua anak sungai, Batu Balian dianggap sebagai perwujudan dari upacara nenek moyang yang disebut Babalian.Â
Terdapat salah satu batu menyerupai kursi atau orang yang sedang bersimpuh bernama Petati (orang yang terlibat dalam upacara Babalian) melakukan permohonan kepada makhluk sakral yang konon sudah menyatu dengan makhluk halus (gaib).Â
Untuk menuju Batu Balian, perjalanan dimulai dari pelabuhan Tiwingan Lama ke Desa Pa'au menggunakan transportasi air selama 1,5 jam. Kemudian dari Desa Pa'au menuju Batu Balian dapat ditempuh dalam waktu 15 menit menggunakan perahu kelotok sampai ke titik singgah yang disebut Seranggung.Â
Dari Seranggung dilanjutkan dengan jalan kaki selama 15 menit menuju Batu Balian. Sedangkan untuk perjalanan darat dapat dilakukan dengan berjalan kaki dari Desa Pa'au selama kurang lebih 1 jam.Â
Untuk mendukung potensi wisata Batu Balian, desa Pa'au menyediakan sarana dan prasarana seperti petunjuk arah dan peta wisata, Jembatan Skendet, dua buah shelter, sebuah balai adat, toilet dan kamar mandi, serta transportasi air kelotok.Â
Selain menjadi wisata yang paling terkenal di Desa Pa'au, Batu Balian juga menjadi lokasi pelaksanaan Seserahan Hutan yang merupakan budaya turun temurun warga desa Pa'au.Â
Seserahan Hutan digelar satu kali dalam satu tahun dan biasanya dilaksanakan saat pasca panen warga. Persiapan dilakukan warga secara gotong royong dan berbagi tugas untuk para lelaki menyiapkan tempat anjungan untuk seserahan, sedangkan para wanita menyiapkan sajian seperti kue dari ketan dengan berbagai bentuk hewan dan lainnya (yang dianggap sebagai simbol kesejahteraan bagi warga) dan meletakkannya di balai adat.Â
Upacara seserahan dipersiapkan senja dan malam hari sebagai puncaknya. Selain upacara seserahan, ada beragam kegiatan pendukung seperti kesenian banjar, camping ground, arung jeram sungai Batu Balian, dan lain-lain.Â
Seserahan Hutan dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur dan penghargaan terhadap alam dan makhluk-makhluk di dalamnya. Penuh dengan filosofi dan nilai-nilai leluhur, Seserahan Hutan harus terus dilestarikan demi memelihara hubungan baik antara manusia dengan alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H