Attachment adalah ikatan emosional yang terjalin antara anak dan orang tuanya sejak usia dini. Keterikatan ini tidak hanya sebatas ikatan emosional, tetapi juga menjadi dasar bagi perkembangan sosial dan emosional anak di masa depan.Â
Anak membangun keterikatan ini dengan figur kelekatan, yang bisa berupa ibu, ayah, pengasuh atau anggota keluarga lainnya.Â
Kelekatan harus dibentuk pada anak, hanya ada anak yang mengembangkan gaya kelekatan aman, sedangkan yang lain mengembangkan gaya kelekatan tidak aman. orang tua yang menunjukkan responsivitas dan kepekaan terhadap perilaku bayi akan mengembangkan hubungan yang aman dan memiliki regulasi emosi dan perilaku yang lebih efektif.Â
Kelekatan yang aman akan berdampak positif bagi perkembangan anak, sedangkan kelekatan yang tidak aman akan berdampak negatif bagi perkembangan anak.Â
Dampak negatif ini dapat berupa masalah perilaku, sosial atau emosional yang akan sulit diatasi karena masalahnya terletak pada hubungan maladaptif antara orang tua dan anak.
 A.  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Kelekatan (attachment)
Menurut Erik Erikson, bapak psikologi perkembangan, faktor-faktor yang menyebabkan gangguan kelekatan adalah:
1. Perpisahan yang tiba-tiba antara anak dengan pengasuh atau orangtua, Perpisahan yang traumatis bagi anak dapat berupa: kematian orang tua, orang tua yang lama dirawat di rumah sakit, atau anak yang harus hidup tanpa orang tua karena sebab lain.
2. Sistem pendidikan tradisional yang seringkali menggunakan metode hukuman untuk mendidik dan mendisiplinkan anak, seringkali menjaga jarak dan bahkan membangun citra kemanusiaan untuk dihormati dan dipatuhi oleh anak. Padahal, cara ini justru mengakibatkan anak tumbuh menjadi penakut, mudah putus asa, dan tidak percaya diri. Anak-anak akan merasa seperti tidak ada apa-apa atau tidak bisa berbuat apa-apa tanpa orang tua mereka.
3. Â Pengasuhan yang melibatkan terlalu banyak orang, silih berganti, tidak duduk dengan satu atau dua orang tua, menyebabkan ketidakstabilan yang dirasakan anak, baik dari segi kasih sayang, perhatian, maupun respon terhadap kebutuhan anak. Akan sulit bagi anak untuk membangun ikatan emosional yang stabil karena pengasuhnya terus berubah. Keadaan ini akan mempengaruhi kemampuan mereka untuk beradaptasi, karena anak cenderung mudah gugup dan tidak percaya diri.
4. Sering mengubah tempat membuat proses beradaptasi dengan anak yang sulit, terutama untuk balita. Situasi ini akan lebih sulit baginya jika orang tua tidak memberikan rasa aman dengan menemani mereka dan mau memahami sikap atau perilaku anak, yang mungkin istimewa karena perasaan tidak nyaman ketika mereka harus menghadapi orang baru. Tanpa keterikatan yang stabil, reaksi negatif anak pada akhirnya akan menjadi bagian dari pola perilaku yang sulit diatasi.