Cerita Pendek Di Peringatan Hari Kemerdekaan RI Ke-79
Tanggal 17 Agustus 1945, tanggal yang tak pernah terlupakan bagi masyarakat Indonesia. Di mana momen-momen bersejarah terukir rapi menjadi cerita, pendidikan, bahkan menjadi tonggak bersejarah bagi bangsa Indonesia. Momen perjuangan merebut bangsa yang tak kenal lelah hingga titik darah terakhir melayang di tangan sang penjajah, bagaikan pribahasa "proses tidak akan menghianati hasil" Ya! pribahasa yang cocok untuk warga Indonesia yang telah berjuang tahun-tahunan melawan penjajah, hingga kemenangan menjadi hak milik bangsa Indonesia.
Perjuangan tak berhenti begitu saja, kini waktunya generasi penerus bangsa yang ikut andil dalam memperjuangkan bangsa, ikut andil dalam kemajuan pendidikan, ikut andil dalam menciptakan Generasi Emas Bangsa.
17 Agustus juga merupakan momen yang pas untuk kita merefleksikan kembali perjuangan-perjuangan nenek moyang kita dalam membela dan memperjuangkan bangsa. Merefleksikan kembali makna kemerdekaan dan tantangan yang dihadapi bangsa.
Inilah cerita muda-mudi yang memiliki semangat membara untuk memperingati hari kemerdekaan bangsa Indonesia yang ke-79, Kami karang taruna Dusun Traseng mulai mempersiapkan acara pada bulan Juli 2024 untuk persiapan lomba 17 Agustus yang juga berdekatan dengan acara dusun yakni sedekah bumi yang kita rangkap menjadi satu dengan peringatan hari kemerdekaan. Mulai dari konsumsi, undangan, proposal, ide lomba-lomba, persiapan lomba, persiapan hadiah, persiapan doorprize, semua ditangani pemuda-pemudi karang taruna Dusun Traseng. Ikut bangga dan terharu, tak disangka karangtaruna dalam naungan dusun bisa membuat acara yang megah dan meriah.
Semua tugas dibagi rata, ada yang konsumsi, ada dokumentasi, perlengkapan, dan masih banyak lagi. Perjuangan untuk mempersiapkan acara yang berhari-hari bahkan 1 bulan lebih tak semulus cerita singkat yang ada di atas, meskipun telah disebutkan bahwa acaranya megah dan meriah, lika-liku dalam mempersiapkannya tak luput begitu saja. Banyak tantangan yang kita hadapi dalam persiapan acara hingga acara berlangsung. Mulai dari tantangan dari anggota sendiri hingga dihadapkan tantangan dari masyarakat sendiri.
Namanya juga berorganisasi, kita mulai dan kita nikmati dari proses-proses kecil hingga menjadi pengalaman yang sangat berharga. Dalam berorganisasi dan bersosialisasi dengan begitu banyak anggota sudah menjadi hal yang biasa jika ada anggota yang hanya bisa cari muka dan ngomong saja, tanpa aksi dan realisasi tetap kita semangati dan tak lupa menasehati. Bahkan untuk mempersiapkan lomba tiap harinya saja bisa dibilang hanya orang-orang itu saja. Tapi tak apa, sudah kita sadari untuk kita yang lebih dewasa bahwasanya kita merayu dan membujuk untuk generasi selanjutnya melanjutkan peran kita bukanlah hal yang mudah, sama-sama belajar meskipun banyak yang belum mempunyai kesadaran untuk saling gotong royong tapi mereka selalu ikut hadir ketika acara adalah hal yang luar biasa.
Tak cukup lika-liku dari anggota saja, kita juga menghadapi masyarakat kususnya ibu-ibu yang biasa disebut juga dengan "ras terkuat di bumi". Mulai dari protes lomba hingga protes aturan lomba dan hadiah. Tapi tenang saja.. Alhamdulillah semua lika-liku itu berakhir di acara puncak yakni, gebyar pentas seni karang taruna tunas harapan Dusun Traseng. Alhamdulillah acaranya sangat meria, bahkan tetangga dusun banyak yang hadir untuk menyaksikan acara puncak kami (karang taruna Dusun Traseng).
Yukk generasi-generasi muda, jangan hanya diam rebahan tak bergerak meraih cita-cita. Kita buktikan bahwa generasi kita bukanlah generasi "mental krupuk" yang mudah "mlempem". Tapi generasi kuat yang siap menghadapi gempuran globalisasi dan modernisaasi. Aku yakin kita semua memiliki potensi-potensi yang besar yang bisa kita kembangkan, hanya saja kita balum berani untuk melangkah keluar zona nyaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H