Mohon tunggu...
Wildan Cahya Hidayat
Wildan Cahya Hidayat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Student at Universitas Negri Semarang| Staff Profesional KSPM UNSSAF

Wildan is a undergraduate student pursuing a degree in economy development at Universitas Negri Semarang, demonstrating a profound interest in finance.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Ironi Investasi Melesat namun Pertumbuhan Ekonomi Justru Turun

2 Maret 2024   22:45 Diperbarui: 2 Maret 2024   22:52 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumberhttps://pixabay.com/ gambar

Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengumumkan realisasi investasi indonesia pada tahun 2023 sebesar Rp1.418,9 triliun ini meningkat sebesar 17,5% dari tahun 2022 lalu yang sebesar Rp1.207,2 triliun. Realisasi investasi tahun 2023 terdiri dari investasi dalam negeri sebesar 674,9 triliun dan investasi luar negeri sebesar 744 triliun,  investasi pada sektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya menjadi yg terbesar dimana nilainya sebesar Rp200,3 triliun,  disusul sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi  sebesar 159,8 triliun, di urutan ke tiga terdapat sektor pertambangan sebesar Rp156,5 triliun, di urutan ke empat terdapat sektor perumahan, kawasan industri dan perkantoran sebesar Rp115,2 triliun dan di urutan ke lima terdapat sektor industry kimia dan farmasi sebesar Rp105,0 triliun. Realisasi investasi tahun 2023 ini melampaui target dari pemerintah sebesar 101,3% atau Rp1.418,9 triliun dari target Rp1.400 triliun dengan total penyerapan tenaga kerja sebanyak 1.823.543 orang.

Investasi tumbuh sebesar 17,5% pertumbuhan ekonomi justru malah turun, pertumbuhan ekonomi tahun 2023 berdasarkan data Badan Pusat Statistik(BPS) hanya tumbuh sebesar 5,05 ini lebih rendah daripada tahun lalu yang sebesar 5,3. Lantas ini menjadi sebuah pertayaan bagi masyarakat dimana total realisasi investasi naik namun justru pertumbuhan ekonomi turun.   Investasi merupakan salah satu pembentuk dalam pertumbuhan ekonomi sesuai dengan modal [Y=C+I+G(X-M)] yang artinya secara perhitungan seharusnya ketika investasi pertumbuhan ekonomi juga naik. Namun apa yang sebenarnya terjadi ?  

Pada perhitungan pertumbuhan ekonomi BPS mengimplementasikan investasi melalui variabel Pembentuk Modal Tetap Bruto (PMTB). BPS mendifinisikan PMTB sebagai penambahan dan pengurangan aset tetap pada suatu unit produksi. Penambahan barang modal mencakup pengadaan, pembuatan, pembelian (barang modal baru dari dalam negeri serta barang modal baru dan bekas dari luar negeri), termasuk perbaikan besar, transfer atau barter barang modal, sewa beli (financial leasing), serta pertumbuhan aset sumber daya hayati yang dibudidaya. Jadi dapat diartikan lebih jelas jika PMTB ini adalah mencatat penambahan aset tetap (mesin baru,peralatan, perluasaan fasilitas) pada proses produksi yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang sudah berlangsung. Berbeda dengan realisasi investasi yang mana dia mencatat realisasi investasi awal terutama dalam bentuk pembangunan pabrik atau fasilitas produksi, sebagai pembentuk modal tetap. Setelah pabrik beroperasi setiap penambahan aset tetap akan menjadi bagian dari pembentukan modal tetap bruto.

Pencatatan realisasi investasi dan PMTB dilakukan oleh dua Lembaga yang berbeda. Realisasi Investasi dicatat oleh BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) dapat berupa investasi dari dalam negri disebut PMDN (Penanam Modal Dalam Negri) atau investasi dari luar negri berupa PMA (Penanam Modal Asing).  Data PTMB yang dicatat oleh BPS yang dimana mencatat realisasi investasi secara keseluruhan dan juga merupakan investasi rill.

Berdasarkan data BPS PMTB tahun 2023 tercatat sebesar 6.127.704 triliun naik dari tahun 2020 sebesar 5.697.279 triliun. Ternyata jika dilihat baik realisasi investasi dan PMTB pun sama-sama naik sehingga investasi bukan penyebab pertumbuhan ekonomi turun namun apa yang sebenarnya membuat pertumbuhan ekonomi turun ?. Jika kita lihat model [Y=C+I+G(X-M)] diatas maka ada beberapa komponen dalam menghitung pertumbuhan ekonomi yaitu bisa melalui konsumsi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor impor. Berdasarkan data BPS realisasi konsumsi baik dari rumah tangga, LNRT hingga pengeluaran pemerintah sama-sama turun tak hanya itu nilai ekspor ( baik sebelum dan sesudah dikurangi impor) juga turut turun hal inilah yang menjadi penyebab turunnya pertumbuhan ekonomi. Kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap pertumbuhan ekonomi indonesia lebih tinggi daripada PMTB, pada tahun 2023 kontribusi konsumsi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 2,55% turun dari tahun 2022 lalu sebesar 2,62% dimana PTMB hanya berkontribusi sebesar 1,38%.

Dari di atas dapat kita pelajari jika realisasi investasi merupakan awal pembentuk dasar modal tetap selanjutnya setiap penambahan aset tetap akan tercatat sebagai PMTB. Yang pada akhirnya dapat memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi  namun walaupun salah satu komponen bisa mencetak positif namun jika komponen lain mengalami penurun maka pada akhirnya pertumbuhan ekonomi juga akan turun.



Penulis:

Daru Saputra Dewa 

Wildan Cahya Hidayat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun