Mohon tunggu...
Berliana Putri
Berliana Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Malang

Saya seorang Mahasiswa yang saat ini tengah menempuh pendidikan di Universitas Negeri Malang dengan prodi Ekonomi dan Studi Pembangunan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Pergerakan IHSG Indonesia Menjelang dan Pasca Covid-19

26 November 2023   20:20 Diperbarui: 26 November 2023   20:38 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pergerakan IHSG pada tahun 2018 tampak lebih rendah dari tahun 2019. Pergerakan IHSG di Indonesia pada tahun 2018 mengalami penurunan kinerja yang signifikan. Pada akhir tahun 2018, IHSG ditutup menguat 0,06% di level 6.194,50 pada Jumat 28 Desember 2018. Selama setahun, IHSG menurun sebesar 2,54% sejak awal Januari -- Desember 2018. Turunnya performa IHSG di Indonesia pada tahun 2018 ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang pertama adalah terkait Permintaan konsumsi masyarakat dan pemenuhan bahan baku untuk industri dan barang, dimana nilai impor Indonesia pada April 2018 mencapai US$16,09 miliar atau naik 11,28% dibanding Maret 2018. Angka ini juga lebih baik jika dibandingkan April 2017 lebih baik 34,68% dibanding April ini. Faktor yang kedua adalah sentimen investor, yang mana Sejak Januari -- Desember 2018 sejumlah sentimen dalam negeri dan luar negeri mendorong investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) mencapai Rp45,65 triliun di pasar regular (hps). Faktor lain tentu saja dipengaruhi oleh makroekonomi. Pada tahun 2018 Bank Indonesia meningkatkan suku bunga acuan sebanyak 175 basis poin, sehingga berdampak pada melemahnya IHSG. Selain itu kurs juga berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG tahun 2018, dimana kurs nilai tukar mata uang di Indonesia mengalami perubahan yang signifikan pada tahun 2018, yang mempengaruhi permintaan saham dan kinerja IHSG. Sedangkan pada tahun 2019, grafik menunjukkan bahwa pergerakan IHSG pada tahun tersebut mengalami peningkatan dari pada tahun 2018. Dimana pada tahun 2019 IHSG Indonesia dipengaruhi oleh kondisi politik saat itu yang mana dilaksanakannya Pemilihan umum (pemilu) presiden pada pertengahan Mei 2019, sehingga menyebabkan situasi politik yang memanas, termasuk aksi demonstrasi dan akhirnya dapat memengaruhi pergerakan IHSG. Hal lain dipengaruhi oleh kondisi global dimana terjadi ketidakstabilan ekonomi global, terutama akibat pandemi COVID-19, memberikan tekanan pada aktivitas ekonomi dan berimbas pada penurunan pasar modal di Indonesia. Beberapa sektor industri mengalami kinerja negatif, yang turut memengaruhi IHSG. Misalnya, sektor aneka industri tercatat melemah 0,41% selama 9 bulan pertama tahun 2019. Sedangkan berdasarkan faktor makro ekonomi dipengaruhi oleh suku bunga yang mana suku bunga di Indonesia mengalami kenaikan sebesar 0,52% pada tahun 2019. Kenaikan suku bunga ini menyebabkan kenaikan IHSG, selain itu kenaikan suku bunga dapat mempengaruhi kinerja sektor saham yang di Bursa Efek Indonesia.Faktor lain adalah inflasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi sepanjang 2019 sebesar 2,72 persen, terendah dalam 20 tahun terakhir atau sejak 1999, sehingga mampu meningkatkan pergerakan IHSG. Selain itu, Pergerakan nilai tukar rupiah di tahun 2019 relatif stabil bila dibandingkan tahun 2018 sehingga mampu mendorong minat investasi.

Dapat disimpulkan pergerakan IHSG sebelum pandemi covid-19 bergerak secara fluktuatif yang dipengaruhi oleh berbagai faktor baik itu dari faktor makroekonomi seperti tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar dan berbagai faktor lain yang dapat mempengaruhi perekonomian Indonesia saat itu

Pergerakan IHSG tahun 2022 -- 2023 pasca pandemi Covid -- 19 terhitung lebih tinggi dari tahun sebelum covid yaitu tahun 2018 -- 2019. Pergerakan IHSG tahun 2022 lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2023, akan tetapi pergerakan keduanya pun tidak terpaut jauh. Pada tahun 2022, IHSG Indonesia tumbuh sebesar 4,09%, ditutup pada 6.850,62 pada 30 Desember 2022. Meskipun pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya akibat kondisi pandemic covid -- 19, IHSG masih menjadi bursa kedua terbaik di ASEAN setelah Bursa Singapura.

Pergerakan IHSG tahun 2022 dipengaruhi oleh berbagai faktor makro ekonomi. Pada Desember 2022, inflasi inti tetap terjaga rendah sebesar 3,36% (yoy), sejalan dengan lebih rendahnya dampak rambatan dari penyesuaian harga BBM, sehingga hal ini menunjukkan bahwa inflasi yang terkendali dapat memberikan stabilitas pada pasar saham dan dapat mempengaruhi keputusan investor. Selain inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) juga berpengaruh terhadap pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2022. Kenaikan nilai tukar rupiah terhadap USD dapat mempengaruhi kinerja perusahaan yang bergantung pada ekspor, seperti perusahaan pertambangan dan perkebunan. Selain itu, kenaikan nilai tukar rupiah juga dapat mempengaruhi kinerja perusahaan yang memiliki utang dalam USD. Pergerakan harga minyak dunia di tahun 2022 memiliki dampak yang signifikan terhadap investor di Indonesia. Harga minyak dunia yang meningkat dapat mempengaruhi kinerja perusahaan yang bergantung pada harga minyak, seperti perusahaan pertambangan, sehingga dapat mempengaruhi minat investor terhadap saham-saham perusahaan tersebut. Selain itu, kenaikan harga minyak dunia juga berpotensi membuat harga BBM di Indonesia berfluktuasi, yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2022 mencapai 5,31%, yang lebih tinggi dibandingkan dengan capaian tahun 2021 yang sebesar 3,70%. Penguatan core ekonomi dalam negeri melalui konsumsi dan investasi menjadi faktor utama untuk meningkatkan resiliensi ekonomi pasca pandemi covid -- 1. Sedangkan pada tahun 2023, IHSG Indonesia mencapai level yang bervariasi. Dimana, sejak awal 2023 hingga Jumat 20 Oktober 2023, IHSG mengalami penguatan cukup signifikan sebesar 2,47% dalam sepekan terakhir. Kemudian pada Jumat, 17 November 2023, IHSG juga mengalami penguatan yang cukup signifikan sebesar 2,47% dalam sepekan terakhir, menuju level 6.977,67 pada penutupan perdagangan. IHSG yang mengalami penguatan secara signifikan ini dipengaruhi oleh Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan akan mencapai kisaran 4,5-5,3% pada tahun 2023, didorong oleh perbaikan permintaan domestik dan tetap positifnya kinerja ekspor. Faktor lain yang sangat penting adalah inflasi, dimana angka inflasi diperkirakan akan tetap terjaga mencapai kisaran 3,25-3,75%. Nilai tukar rupiah juga berperan penting dalam pergerakan IHSG Indonesia tahun 2023 yang mana nilai tukar rupiah terhadap USD diperkirakan berada di kisaran Rp15.676 - Rp15.877/USD. Pengaruh ekonomi global juga turut andil dalam pergerakan IHSG, dimana Kondisi ekonomi global mempengaruhi kinerja pasar saham di Indonesia, termasuk dampak perubahan Covid-19 menjadi endemi dan ketidakpastian ekonomi global. Indonesia masih menargetkan pertumbuhan positif laba emiten dan ekonomi, dan IHSG ditargetkan menuju 7.400 pada akhir 2023.

Kesimpulannya, pergerakan IHSG Indonesia pasca pandemic covid -- 19 mulai berjalan stabil dan terhitung semakin banyak orang yang melakukan investasi dimana data menunjukkan bahwa jumlah IHSG Indonesia tahun 2022 -- 2023 lebih tinggi daripada IHSG sebelum covid yakni IHSG tahun 2018 -- 2019.

Rata -- rata pergerakan IHSG tahun 2018 -- 2019 dan tahun 2022 -- 2023 sangat terlihat perbedaannya. Dimana pada tahun sebelum covid -- 19 rata rata pergerakan IHSG berada di bawah 6400, di mana rata -- rata pergerakan IHSG tahun 2018 -- 2019 secara berurutan adalah 6098,5825 dan 6324,6625. Sedangkan rata -- rata pergerakan IHSG pasca covid -- 19 justru mengalami peningkatan dibandingkan dengan rata -- rata pergerakan IHSG pada tahun sebelum covid. Rata -- rata pergerakan IHSG Indonesia pasca covid -- 19 berada di atas 6800. Dimana rata -- rata pergerakan IHSG tahun 2022 mencapai 7006,795833 dan sedikit mengalami penurunan pada tahun 2023 dimana rata -- rata pergerakan IHSG berada di angka 6827,544. Rata -- rata pergerakan IHSG pasca covid -- 19 semakin meningkat karena kondisi perekonomian yang mulai semakin stabil yang membuat pendapatan masyarakat juga mulai stabil. Kondisi ini artinya mampu membuat masyarakat untuk melakukan konsumsi dan melakukan investasi lagi, karena pendapatan mereka yang relatif stabil dan kondisi mereka yang cenderung lebih sejahtera

Pergerakan standar deviasi IHSG sebelum dan sesudah covid -- 19 menunjukkan adanya perbedaan yang sangat jelas. Dimana standar deviasi sebelum covid -- 19 jauh lebih tinggi daripada setelah covid -- 19. Standar deviasi IHSG pada tahun 2018 terhitung sangat besar mencapai 262,4031482, namun kemudian pada tahun berikutnya yaitu pada tahun 2019 standar deviasi IHSG mengalami penurunan yang sangat jauh berada di angka 149,5913165. Kemudian setelah terjadi pandemi covid -- 19 dan Indonesia mulai pulih kembali, standar deviasi sedikit meningkat jika dibandingkan tahun 2019, yaitu di angka 167,9201394 dan kemudian tahun berikutnya yaitu tahun 2023 mengalami kemrosotan lagi mencapai angka 114,8555354. Dapat disimpulkan terdapat adanya kemrosotan terhadap standar deviasi IHSG Indonesia sejak sebelum covid -- 19 hingga pasca pandemic covid -- 19. Hal ini dikarenakan adanya pemulihan kondisi perekonomian Indonesia pasca covid -- 19 dimana dibuktikan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2022 mencapai 5,31%, yang lebih tinggi dibandingkan dengan capaian tahun 2021 yang sebesar 3,70%.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun