Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Berandai-andai Menulis Surat untuk Pak Jokowi

23 Oktober 2023   17:25 Diperbarui: 23 Oktober 2023   17:34 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Kompas.com) 

Dalam beberapa hari ini, isu dinasti politik semakin kencang. Terlebih ketika putra pertama Bapak yang saat ini masih menjabat sebagai Walikota Solo dan merupakan kader PDI-P, akhirnya ditetapkan sebagai cawapres bersanding bersama capres Prabowo Subianto dari Koalisi Indonesia Maju.

Mengapa bisa seperti ini, Pak Jokowi? Bukankah Gibran kader PDI-P. Bagaimana mungkin beliau setuju saja dicalonkan dari koalisi yang berseberangan dengan partai pengusungnya.

Ini yang membuat masyarakat tidak habis pikir, Bapak. Mungkin ada benarnya jika akhirnya rakyat akhirnya beranggapan bahwa Bapak satu keluarga terkesan ramai-ramai berusaha menduduki puncak-puncak kekuasaan, dengan cara-cara yang kurang nyaman dipandang. 

Memang benar, orangtua tidak bisa campur tangan lagi dalam kehidupan anak-anaknya yang sudah dewasa. Orangtua hanya bisa mendoakan. Jawaban diplomatis seperti itulah yang kerap Bapak berikan ketika wartawan menyinggung soal ini.

Saya setuju sekali dengan pernyataan tersebut, Bapak. Hanya sayangnya, saya yakin masyarakat tidak berpikir sesederhana itu. Saya yakin Bapak pun mengerti.

Bila dilirik dari sudut moral dan etika, apa yang dilakukan Gibran pun sepertinya juga kurang elok. Seorang yang dibesarkan oleh sebuah partai dan sedang memegang jabatan publik berkat usungan partainya, tetiba berbelok ke partai lain demi sebuah kekuasaan.

Pak Jokowi yang terhormat, saya juga orang tua dari seorang putra. Saya pun sangat senang dan bahagia ketika anak saya mampu berprestasi. Namun, saya tidak ingin anak saya berprestasi secara instan. Yang saya inginkan dan tekankan justru bagaimana dia melewati proses guna mencapai prestasi tersebut.

Saya tidak menampik Gibran sebagai sosok pemimpin yang hebat. Banyak prestasi yang telah diukir Kota Solo sepanjang dua tahun kepemimpinan beliau. Akan tetapi, menurut saya, untuk memimpin sebuah negara, dibutuhkan pengalaman yang jauh lebih banyak serta jam terbang yang jauh lebih panjang dalam pemerintahan.

Menurut hemat saya, Mas Gibran sudah tepat memimpin Kota Solo sementara waktu ini. Sembari menimba ilmu dalam dunia kepemimpinan dan pemerintahan. Ada waktunya nanti, ketika Gibran sudah siap, kursi presiden pun bisa saja diduduki. Tetapi, untuk mencapai itu, ada baiknya melewati tahapan proses terlebih dahulu.

Politik dinasti sebenarnya bukan hal tabu ya, Pak, karena setiap warganegara memiliki hak politik yang sama. Hanya saja, prosedur dan prosesnya jangan sampai melukai demokrasi. 

Bapak Jokowi yang terhormat, rekam jejak Bapak sebagai seorang pemimpin negara ini sudah sangat baik. Maka dari itu, sangat disayangkan, jika pada satu tahun menjelang akhir periode jabatan Bapak, ada isu yang kurang menyenangkan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun