Dari sisi karir, misalnya. Meskipun berasal dari satu institusi pendidikan yang sama, pekerjaan dan karir yang kemudian dimiliki bisa berbeda-beda. Ada yang karirnya begitu melesat hingga mencapai jajaran pimpinan tertinggi dalam sebuah perusahaan, tetapi tidak sedikit pula yang karirnya biasa-biasa saja.
Bangga lalu memamerkan pencapaian pribadi memang hak setiap orang, tidak ada larangan untuk itu. Tetapi lakukanlah pada tempat dan waktu yang tepat. Misalnya di forum-forum motivasi dan pengembangan diri.
Sementara, reuni bukan tempat yang cocok untuk itu. Alih-alih memotivasi, pamer pencapaian berpotensi menyombongkan diri.
Berbagai cara dilakukan orang-orang tertentu untuk memamerkan pencapaian karirnya.Â
Ada yang mengambil waktu pada saat mengobrol. Dengan dalih berbagi manfaat dan motivasi, di sela-sela perbincangan mereka membeberkan pencapaian-pencapaian yang telah diraih.
Ada pula yang dengan cara pura-pura tanya pekerjaan seseorang, lalu setelah dijawab, dia akan menimpali dengan cerita panjang-lebar tentang segala keberhasilannya.
Sebelas-dua belas dengan pamer pencapaian karir, yakni pamer pencapaian materi. Dalam reuni, rasanya tidak perlulah menceritakan harta kepemilikan, hingga merinci kekayaan yang dimiliki seperti punya rumah berapa, mobil berapa, sawah sekian hektar. Buat apa? Hanya sekadar cerita atau butuh pengakuan?
Begitu pula dengan pencapaian dalam kehidupan asmara dan rumah tangga, tidak perlulah diumbar, kecuali ada yang bertanya.
Karena bisa saja ada teman yang belum berhasil dalam kehidupan asmara, dan belum menikah pula, lalu menjadi tidak nyaman berada di tengah-tengah reuni.
Oleh sebab itu, sebaiknya hindari memamerkan pencapaian-pencapaian pribadi.
Dengan menghindari pamer-pamer seperti itu, kita sedang berusaha menjaga perasaan satu dengan yang lain. Juga menjaga hubungan pertemanan tetap terjalin baik.