Judi online merusak. Dan itu sangat terbukti. Saya melihat sendiri satu keluarga berantakan karena judi online.
Saya juga tidak pernah menyangka, kalau salah seorang teman saya bisa kecanduan judi online. Sebut saja namanya Nice (baca: Nais).
Sebelum pandemi masuk Indonesia awal 2020, saya dan Nice sering bertemu. Karena satu keperluan, kami bisa bertemu hampir setiap hari.
Nice tipe orang yang banyak bicara dan suka bercerita. Sifatnya ini seperti klop bertemu dengan saya yang lebih senang mengambil posisi sebagai pendengar setia. Kami pun berteman cukup dekat.
Hingga akhirnya pandemi datang, dan pergerakan manusia dibatasi oleh virus takasat mata. Saya dan Nice pun lebih sering bertatap muka melalui panggilan video.
Situasi dimana setiap orang harus membatasi diri dari kumpul-kumpul, cukup berat buat Nice. Nice yang senang bergaul, punya segudang cerita, dan seorang yang ekstrovert sangat menderita ketika harus di rumah aaja.
Nice seperti terpenjara saat tidak bisa kemana-mana. Nice seakan tidak punya tempat mengekspresikan dirinya.
Berbeda jauh dengan saya yang cenderung introvert dan orang rumahan, yang nyaman-nyaman saja ketika harus di rumah saja. Entah kenapa kami yang berbeda kepribadian ini bisa jadi dekat.
Nice sesungguhnya memiliki kehidupan yang nyaman. Nice dan suaminya merupakan pengusaha di bidang alat transportasi. Usaha mereka bahkan cukup berkembang. Sayangnya, kehidupan asmara Nice dan suaminya kurang harmonis.
Nice menganggap suaminya tidak romantis dan kurang perhatian. Komunikasi suami-istri ini pun buruk. Percakapan antarmereka berdua lebih sering berakhir dengan saling tarik urat karena tidak ada satupun dari mereka yang mau mengalah.