Akhirnya, selama awal pandemi, Nice lebih banyak melarikan diri ke gawai. Berselancar ke berbagai media sosial, toko online, hingga akhirnya berkenalan dengan judi online.
Disinilah liciknya judi online menipu para calon korbannya. Calon korban merasa sedang diajak bermain game berhadiah uang, alih-alih berjudi. Calon korban yang kurang waspada seperti Nice bakal teperdaya.
Ketika Nice mampu menang di awal-awal permainannya, Nice merasa itu karena kepintarannya bermain. Nice pun senang.
Nice tidak sadar bahwa semua itu sudah diatur by system. Sengaja dibuat sedemikian rupa untuk memikat korban. Membuat Nice dan para pemain pemula lainnya ketagihan untuk terus bermain, dan berharap bisa mendulang cuan lebih besar lagi.
Situasi tersebut didukung dengan kondisi ekonomi Nice yang cukup baik. Nice bahkan berani mempertaruhkan uang hingga ratusan juta rupiah.
Aktivitas Nice ini tentu tanpa sepengetahuan suaminya. Tetapi Nice menceritakan sedikit kepada saya. Bahkan Nice bermain di depan saya pada pertemuan terakhir kami, pada akhir tahun 2021 silam.
Dalam pertemuan itu saya sudah berusaha menasihatinya pelan-pelan, bahwa itu judi, bukan game.
Namun, orang yang sudah keccanduan judi memang sudah kebal nasihat. Petuah apapun yang disampaikan padanya hanya masuk kuping kiri lalu mental ke luar, tidak masuk ke nalarnya.
Beberapa bulan setelah pertemuan terakhir saya dengan Nice, Nice menelepon saya untuk meminjam uang. Tentu saja saya kaget. Bagaimana mungkin orang semapan Nice meminjam uang. Sementara biasanya Nice ynag meminjamkan uang pada orang lain. Usahanya pun tidak ada tanda-tanda kebangkrutan.
Nice berdalih uang tersebut untuk membayar tagihan cicilan bank. Nice berusaha membuat saya percaya dengan cerita bahwa pandemi membuat usahanya meredup, dan mereka kesulitan membayar tagihan-ragihan.
Dengan berbagai alasan saya pun menolak memberi pinjaman. Lagipula saya tidak memiliki uang sebanyak yang dia minta. Ya iyalah, dia pengusaha, suami saya hanya karyawan biasa. Salah tempat kalau dia mau meminjam uang ke saya.Â