Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Judi Online, Pinjol, dan Keluarga yang Dipertaruhkan

26 September 2023   17:29 Diperbarui: 28 September 2023   09:32 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judi online merusak. Dan itu sangat terbukti. Saya melihat sendiri satu keluarga berantakan karena judi online.

Saya juga tidak pernah menyangka, kalau salah seorang teman saya bisa kecanduan judi online. Sebut saja namanya Nice (baca: Nais).

Sebelum pandemi masuk Indonesia awal 2020, saya dan Nice sering bertemu. Karena satu keperluan, kami bisa bertemu hampir setiap hari.

Nice tipe orang yang banyak bicara dan suka bercerita. Sifatnya ini seperti klop bertemu dengan saya yang lebih senang mengambil posisi sebagai pendengar setia. Kami pun berteman cukup dekat.

Hingga akhirnya pandemi datang, dan pergerakan manusia dibatasi oleh virus takasat mata. Saya dan Nice pun lebih sering bertatap muka melalui panggilan video.

Situasi dimana setiap orang harus membatasi diri dari kumpul-kumpul, cukup berat buat Nice. Nice yang senang bergaul, punya segudang cerita, dan seorang yang ekstrovert sangat menderita ketika harus di rumah aaja.

Nice seperti terpenjara saat tidak bisa kemana-mana. Nice seakan tidak punya tempat mengekspresikan dirinya.

Berbeda jauh dengan saya yang cenderung introvert dan orang rumahan, yang nyaman-nyaman saja ketika harus di rumah saja. Entah kenapa kami yang berbeda kepribadian ini bisa jadi dekat.

Nice sesungguhnya memiliki kehidupan yang nyaman. Nice dan suaminya merupakan pengusaha di bidang alat transportasi. Usaha mereka bahkan cukup berkembang. Sayangnya, kehidupan asmara Nice dan suaminya kurang harmonis.

Nice menganggap suaminya tidak romantis dan kurang perhatian. Komunikasi suami-istri ini pun buruk. Percakapan antarmereka berdua lebih sering berakhir dengan saling tarik urat karena tidak ada satupun dari mereka yang mau mengalah.

Akhirnya, selama awal pandemi, Nice lebih banyak melarikan diri ke gawai. Berselancar ke berbagai media sosial, toko online, hingga akhirnya berkenalan dengan judi online.

Disinilah liciknya judi online menipu para calon korbannya. Calon korban merasa sedang diajak bermain game berhadiah uang, alih-alih berjudi. Calon korban yang kurang waspada seperti Nice bakal teperdaya.

Ketika Nice mampu menang di awal-awal permainannya, Nice merasa itu karena kepintarannya bermain. Nice pun senang.

Nice tidak sadar bahwa semua itu sudah diatur by system. Sengaja dibuat sedemikian rupa untuk memikat korban. Membuat Nice dan para pemain pemula lainnya ketagihan untuk terus bermain, dan berharap bisa mendulang cuan lebih besar lagi.

Situasi tersebut didukung dengan kondisi ekonomi Nice yang cukup baik. Nice bahkan berani mempertaruhkan uang hingga ratusan juta rupiah.

Aktivitas Nice ini tentu tanpa sepengetahuan suaminya. Tetapi Nice menceritakan sedikit kepada saya. Bahkan Nice bermain di depan saya pada pertemuan terakhir kami, pada akhir tahun 2021 silam.

Dalam pertemuan itu saya sudah berusaha menasihatinya pelan-pelan, bahwa itu judi, bukan game.

Namun, orang yang sudah keccanduan judi memang sudah kebal nasihat. Petuah apapun yang disampaikan padanya hanya masuk kuping kiri lalu mental ke luar, tidak masuk ke nalarnya.

Beberapa bulan setelah pertemuan terakhir saya dengan Nice, Nice menelepon saya untuk meminjam uang. Tentu saja saya kaget. Bagaimana mungkin orang semapan Nice meminjam uang. Sementara biasanya Nice ynag meminjamkan uang pada orang lain. Usahanya pun tidak ada tanda-tanda kebangkrutan.

Nice berdalih uang tersebut untuk membayar tagihan cicilan bank. Nice berusaha membuat saya percaya dengan cerita bahwa pandemi membuat usahanya meredup, dan mereka kesulitan membayar tagihan-ragihan.

Dengan berbagai alasan saya pun menolak memberi pinjaman. Lagipula saya tidak memiliki uang sebanyak yang dia minta. Ya iyalah, dia pengusaha, suami saya hanya karyawan biasa. Salah tempat kalau dia mau meminjam uang ke saya. 

Saat itu tidak pernah terpikirkan oleh saya bahwa Nice sudah terperosok sangat dalam ke lembah judi online. Semula saya mengira beberapa bulan tidak bertemu, Nice sudah bertobat. Ternyata dugaan saya salah besar.

Setelahnya saya ketahui kalau Nice akhirnya terjerat pinjaman online (pinjol). Berawal karena uang simpanan dari keuntungan usaha dan sebagian modal usaha yang sudah ludes di "meja judi".

Bukannya jera, Nice malah mencari modal judi dari pinjol, tanpa terkendali, gali lubang tutup lubang, hingga tak mampu lagi melunasi.

Sampai akhirnya collector pinjol mulai beraksi dan menebar teror. Kelakuan Nice pada akhirnya diketahui suaminya, dan mereka ribut besar. Saya pun sebagai teman dekat tidak luput dari teror pinjol.

Taklama saya mendengar kabar dari suami Nice, kalau Nice kabur dari rumah mereka. Meninggalkan suami dan empat anaknya yang masih keci-kecil.

Suami Nice tidak punya pilihan selain harus membereskan semua kekacauan yang dibuat Nice. Suami Nice mau tidak mau harus menjual mobil, tanah dan beberapa aset lainnya guna melunasi utang-utang Nice yang mencapai lebih dari Rp1 miliar.

Setelah kaburnya, Nice sempat beberapa kali kembali pulang ke rumah, meminta maaf pada suaminya, dan berjanji tidak akan berjudi lagi.

Namun, janji tinggal janji. Ternyata sulit bagi seorang pecandu untuk lepas dari judi online, termasuk Nice. Kejadian pun berulang, ketahuan suaminya, mereka ribut besar, dan Nice pergi lagi dari rumah.

Saat ini, Nice benar-benar pergi dari rumahnya dan belum kembali. Bujukan suaminya untuk kembali dengan syarat tidak berjudi lagi, tidak dihiraukan.Saya hanya bisa prhatian. Saya pun kesulitan menghubungi Nice. 

Suaminya kini berjuang sendiri bersama anak-anaknya yang masih kecil-kecil.

Saya sendiri heran, mengapa Nkce bisa seperti itu. Begitu dahsyatnya pengaruh judi online, sehingga Nice tidak lagi peduli pada suami terlebih anak-anak mereka. 

Dari apa yang terjadi pada Nice dan keluarganya, benar adanya bahwa judi online tidak membawa kebaikan apapun. Jangan pernah coba-coba kalau tidak ingin terjerat dan tidak bisa berhenti. 

Sebelum tergoda, ada baiknya memikirkan keluarga yang bakal jadi taruhannya. 

Tidak bisa pula mencari pembenaran sehingga terpaksa nyemplung ke sana. Seperti Nice ynag merasa semua terjadi karena suamnya kurang perhatian padanya. 

Dari sini juga bisa dilihat betapa pentingnya membangun komunikasi dalam keluarga, terutamanya hubungan suami-istri. Jangan sampai tinggal di bawah satu atap, tetapi hidup dalam dunia masing-masing.

Jaga keluarga. Setop judi online! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun