Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

5 Langkah Kecil Warga Mengatasi Polusi Udara Jakarta

5 September 2023   15:36 Diperbarui: 5 September 2023   19:53 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menghijaukan halaman (Foto by Martha Weda) 

Kualitas udara di Jakarta dalam beberapa waktu terakhir sedang tidak baik-baik saja. Dikutip dari CNBC Indonesia, berdasarkan data IQAir pada Selasa (5/9/2023) pukul 06.00 WIB, kualitas udara di Jakarta kembali memburuk dari status sedang menjadi tidak sehat.

Terdiri dari data Indeks kualitas udara Jakarta AQI US 156 dan polutan utama PM2.5. Konsentrasi PM2.5 di Jakarta saat ini 12,9 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO. Angka AQI US ini lebih besar dibandingkan kualitas udara hari sebelumnya di AQI US 95.

Bagi warga Jakarta dan sekitarnya, kondisi ini tentu sangat meresahkan. Saya sendiri sudah merasakan dampaknya. Sebagai seorang yang memiliki riwayat Rhinitis, saya sudah merasakan gejala sakit di sekitar hidung dan tenggorokan sejak satu bulan lalu.

Rhinitis sendiri adalah peradangan atau iritasi pada lapisan lendir hidung, yang ditandai dengan gejala berupa pilek, hidung tersumbat, dan bersin-bersin. Penyebabnya bisa alergi atau nonalergi. Dalam kasus saya, penyebabnya adalah alergi udara kotor, seperti asap dan debu.

Banyak perdebatan muncul terkait polusi udara Jakarta ini. Ada beberapa pihak yang menyalahkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara sebagai penyebab buruknya kualitas udara di Kota Jakarta dan sekitarnya.

Namun, ada pula yang bilang polusi berasal dari kendaraan bermotor. Sebagian juga menganggap kemarau panjang menjadi salah satu pemicu konsentrasi polutan di udara Jakarta dan sekitarnya meningkat.

Pemerintah sendiri mulai menerapkan langkah-langkah jangka pendek untuk mengatasinya. Mulai dari penghentian pengoperasian beberapa PLTU, razia kendaraan yang tidak lolos uji emisi, hingga mengurangi mobilitas kendaraan bermotor dengan menerapkan WFH pada ASN di Jakarta, juga mengimbau perusahaan swasta untuk melakukan hal yang sama.

Pemerintah juga berusaha membuat hujan buatan melalui operasi TMC (Teknologi Modifikasi Cuaca). Operasi ini dilakukan bersama BNPB, BRIN, BMKG, dan TNI. Itu sebabnya pada Minggu (27/8) beberapa wilayah di Jakarta diketahui sempat diguyur hujan dengan intensitas deras. (Liputan6.com)

Sebagai warga, saya sangat mengapresiasi segala usaha yang telah pemerintah lakukan. Mungkin saja penerapan berbagai metode tersebut tidak memberi dampak drastis dalam waktu singkat. Namun, kita berharap paling tidak terjadi perbaikan yang konstan dan signifikan dari hari ke hari.

Bila pemerintah sudah turun tangan berupaya sekuat tenaga, bagaimana upaya kita sebagai warga? Apakah ada peran kita yang memberi sumbangsih mengatasi polusi udara Jakarta?

Sebagai warga, tidak perlu kita berangan-angan terlalu jauh untuk melakukan sebuah langkah besar. Cukup langkah-langkah kecil sesuai kemampuan kita.

Ketika semua warga sadar untuk mengambil langkah-langkah kecil mengatasi permasalahan polusi udara Jakarta, tentu akan terbentuk langkah besar yang pasti akan memberi kontribusi signifikan.

Begitu pula dengan saya. Situasi tersebut menyadarkan saya untuk mulai bergerak sejak beberapa tahun silam. Bukan langkah besar, hanya hal-hal sederhana yang semua orang bisa lakukan, yang manfaatnya pun saya yakin banyak warga sudah memahaminya.

1. Jalan kaki

Saya meminimalkan penggunaan kendaraan bermotor dan lebih menyukai berjalan kaki, sejak menjadi seorang ibu. Ke minimarket, ke pasar, bahkan ke gereja, saya berjalan kaki.

Semula motivasi saya adalah untuk menjaga berat badan tetap ideal. Namun, kemudian saya menyadari tindakan saya ini bermanfaat bagi kualitas udara karena asap dari kendaraan pribadi menjadi salah satu penyumbang polusi udara Jakarta.

2. Menghijaukan halaman 

Kegiatan bertanam dan penghijauan mulai aktif saya tekuni sejak awal pandemi Covid-19. Halaman dan teras rumah yang cuma sak'uprit saya penuhi dengan tanaman.

Bibit tanaman saya dapatkan dari banyak cara: minta pada teman saat berkunjung ke rumahnya, beli di penjual tanaman, bahkan mengambil dari tanaman hias yang tumbuh liar di pinggir jalan.

Tanaman akan melepaskan oksigen dan menarik karbondioksida dari udara. Dengan demikian, udara di dalam rumah dan lingkungan sekitar menjadi lebih segar.

Menghijaukan halaman (Foto by Martha Weda) 
Menghijaukan halaman (Foto by Martha Weda) 

Bukan hanya itu, saya juga memperbanyak jenis tanaman hias yang diketahui mampu mengurangi polusi udara, seperti lidah mertua. 

3. Tidak membakar sampah

Sebagian orang menganggap membakar sampah bisa menyelesaikan masalah sampah yang menumpuk. Padahal, kebiasaan buruk ini merupakan salah satu penyebab polusi udara. Asap hasil pembakaran sampah mengandung banyak zat beracun yang berbahaya bagi kesehatan.

Dan saya menghindari tindakan bodoh ini. Alih-alih membakar sampah, saya mengolah sampah rumah tangga semampu saya. Sebagian sampah organik saya timbun di pojok halaman agar terurai kembali menjadi tanah. Sebagian lagi saya jadikan pupuk cair.

Mengolah sampah organik menjadi pupuk cair (Foto by Martha Weda) 
Mengolah sampah organik menjadi pupuk cair (Foto by Martha Weda) 

Sedangkan sampah anorganik saya pilah-pilah. Jika masih bisa didaur ulang, akan saya manfaatkan. Jika tidak, barulah saya buang ke tempat sampah untuk diangkut tukang sampah dan dibawa ke tempat pembuangan sampah akhir.

4. Membatasi pemakaian listrik

Sebagian besar tenaga listrik di Indonesia masih dihasilkan dari mesin pembangkit listrik yang menggunakan batu bara atau minyak untuk menggerakkannya. Pembangkit listrik jenis ini akan menghasilkan emisi asap dan polusi yang menjadi sumber penyebab pencemaran udara.

Menyadari hal tersebut, saya berkontribusi dengan cara berhemat dalam pemakaian listrik.

Mematikan peralatan elektronik jika tidak digunakan, meminimalkan pemakaian lampu pada siang hari, dan memadamkan hampir semua lampu saat hendak tidur malam merupakan beberapa cara saya untuk mengurangi penggunaan listrik.

Selain mengurangi pencemaran udara, melalui cara ini, saya bisa menghemat rupiah dari tagihan listrik yang menurun.

5. Secara berkala membersihkan rumah

Kebersihan udara sebaiknya dimulai dari dalam rumah. Rutin membebaskan rumah dari debu menjadi salah satu cara, dan itu yang saya lakukan.

Di antaranya rutin menyapu dan mengepel lantai, rutin membersihkan perabot dalam rumah menggunakan lap basah, termasuk membersihkan pintu, kaca-kaca jendela, lubang-lubang ventilasi dan terali dari debu.

***

Lima hal di atas hanya sebagian kecil dari banyak cara mengurangi pencemaran udara. Ada banyak cara lainnya yang bisa warga lakukan, di antaranya, beralih menggunakan kendaraan umum menggantikan kendaraan pribadi jika memungkinkan, dan berhenti merokok.

Cara-cara tersebut mungkin sekilas terlihat sepele. Namun, jika setiap individu atau keluarga konsisten melakukannya, niscaya pencemaran udara di Jakarta perlahan berkurang. Dengan demikian, udara Jakarta akan menjadi kebih bersih dan segar, kesehatan warga pun terjaga.

Akhir kata, mari mulai mengambil langkah-langkah kecil demi kualitas udara Jakarta yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun