Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Warga Swadaya Merayakan HUT ke-78 RI, Acaranya Nggak Kaleng-kaleng

22 Agustus 2023   11:59 Diperbarui: 23 Agustus 2023   00:25 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak mulai berlari berlomba memindahkan bendera ke dalam botol (dok. Martha Weda) 

Tahun ini, Bangsa Indonesia merayakan kemerdekaannya yang ke-78. Seluruh masyarakat Indonesia bersyukur dan bersukacita menyambut perayaan hari bersejarah ini. 

Begitu pula dengan warga di lingkungan tempat tinggal saya. Tidak seperti biasanya, perayaan kali ini diadakan swadaya oleh masyarakat sekitar. Kebetulan ada beberapa warga yang bermurah hati berkenan mendanai acara ini. 

Pengurus RT di tempat saya tinggal sebenarnya menggelar acara yang sama. Akan tetapi, belajar dari pengalaman-pengalaman tahun sebelumnya, tidak semua warga bisa berperan serta. 

Situasi ini bisa dipahami karena wilayah Rukun Tetangga kami cukup luas, dan tingkat kepadatan penduduknya cukup tinggi. Maklum saja, tempat tinggal kami berada di perkampungan padat penduduk. Dan wilayah kami terletak paling jauh dari pusat perayaan 17-an yang diadakan RT. 

Oleh karena itu, sebagian warga berinisiatif menggelar acara secara mandiri, diperuntukkan terutama bagi warga sekitar yang jarang tersentuh acara RT. Tujuannya agar warga kami juga bisa turut merasakan perayaan kemerdekaan negara tercinta ini. 

Sejak dua minggu sebelum tanggal 17, sosialisasi perayaan sudah disampaikan via pesan di WA grup. Taklama, panitia pun dibentuk. Untuk seksi konsumsi dan menyiapkan hadiah serta doorprize diambil alih ibu-ibu. 

Untuk seksi perlengkapan acara dan merias kampung didominasi bapak-bapak. Sedangkan pemuda-pemudi berkumpul dalam seksi mempersiapkan acara lomba. 

Perayaan diawali dengan acara syukuran pada malam tanggal 16 Agustus. Dalam acara syukuran ini, semua warga sekitar mengusahakan untuk hadir, baik bapak-bapak, ibu-ibu, maupun anak-anak. 

Acara syukuran pada malam, 16 Agustus (dok. Martha Weda) 
Acara syukuran pada malam, 16 Agustus (dok. Martha Weda) 

Acara syukuran tersebut diadakan di salah satu halaman kompleks perumahan yang ada di kampung kami. Dengan tenda biru seadanya, serta tikar yang digelar di halaman, ramai sekali warga yang hadir. Nuansa merah putih mulai tampak dari busana yang warga kenakan. 

Kebetulan sekali, malam itu saya dan anak abegeh saya ada kegiatan ibadah di gereja. Itu sebabnya, saya tidak bisa mengikuti acara syukuran tersebut dari awal. 

Acara ibadah di gereja berakhir pukul 9 malam. Saya dan anak baru tiba di rumah pukul 9.30 malam, dan langsung menghadiri acara syukuran. 

Syukurlah, kami tidak terlalu terlambat menghadiri acara syukuran ini. Saat kami tiba, doa bersama baru saja usai, dan warga bersiap untuk santap malam bersama. Namun, sebelumnya ada performance Marawis dari perkumpulan ibu-ibu di kampung kami, yang menuai tepuk tangan meriah dari warga yang hadir.

Performance Marawis dari sekelompok ibu-ibu (dok. Martha Weda)
Performance Marawis dari sekelompok ibu-ibu (dok. Martha Weda)

Untuk acara santap malam bersama, beraneka menu tersedia. Diantaranya ada nasi kuning, ayam goreng, bihun goreng, orek rempe, telur balado, dan kerupuk. Bagi warga yang menyukai makanan berkuah, tersedia juga lontong sayur yang hmm, gurihnya mantap. 

Sayang, saya tidak sempat mengambil gambar makanan di meja makan, berhubung antrean warga sudah mengular panjang. 

Acara malam itu baru berakhir lewat tengah malam. Saya pun turut membantu membersihkan dan merapikan kembali tempat acara. 

Keesokan harinya, kegiatan puncak perayaan dimulai pukul delapan pagi. Warga sekitar sangat antusias untuk mengikuti berbagai perlombaan.

Hadiah yang disediakan pun cukup berlimpah. Selain hadiah lomba, tersedia pula hadiah doorprize, yang jumlahnya sangat banyak dan beraneka ragam jenisnya. 

Lomba untuk anak-anak dan remaja mengawali acara pagi itu. Untuk kategori perorangan, ada lomba makan kerupuk, lomba memasukkan bendera ke dalam botol, serta lomba memindahkan sedotan menggunakan leher dan dagu sembari berjalan jongkok. 

Lomba makan kerupuk kategori anak-anak (dok. Martha Weda) 
Lomba makan kerupuk kategori anak-anak (dok. Martha Weda) 

Anak-anak mulai berlari berlomba memindahkan bendera ke dalam botol (dok. Martha Weda) 
Anak-anak mulai berlari berlomba memindahkan bendera ke dalam botol (dok. Martha Weda) 

Lomba kategori anak-anak (dok. Martha Weda) 
Lomba kategori anak-anak (dok. Martha Weda) 

Sementara untuk kategori beregu, ada lomba memindahkan kelereng secara estafet menggunakan sendok. 

Hadiah lomba kategori anak-anak sebagian besar merupakan peralatan sekolah serta beragam makanan kecil.

Lomba memindahkan kelereng secara estafet (dok. Martha Weda) 
Lomba memindahkan kelereng secara estafet (dok. Martha Weda) 

Kegiatan lomba beberapa kali dijeda untuk pembagian doorprize. Rupanya doorprize menjadi daya tarik tersendiri bagi warga untuk tidak beranjak dari lokasi acara. Apalagi melihat hadiahnya begitu bertumpuk. 

Ragam hadiahnya pun begitu menarik, diantaranya ada kompor gas, rice cooker, kipas angin, beberapa tas ransel, beragam daster, kemeja, t'shirt, sarung, aneka jenis camilan, aneka peralatan dapur, bahkan beberapa lembar uang 75 ribu rupiah versi terbaru yang dikemas dalam plastik-plastik cantik. 

Warga pun tampak harap-harap cemas menanti nomor kupun yang ada di tangannya dipanggil panitia.

Warga antusias mengikuti pengumuman doorprize (dok. Martha Weda) 
Warga antusias mengikuti pengumuman doorprize (dok. Martha Weda) 

Selepas istirahat makan siang, acara lomba kembali berlanjut pada pukul 1 siang, kini giliran ibu-ibu yang beraksi. Semua lomba untuk ibu-ibu adalah beregu. Salah satunya adalah lomba memindahkan terung secara estafet sambil berjoget mengikuti irama lagu yang diputar. 

Dalam lomba tersebut, tidak habis-habisnya penonton tertawa geli menyaksikannya. Terong yang harus dijepit di antara tungkai lalu dipindahkan ke tungkai teman memerlukan kehati-hatian agar tidak sampai jatuh, dan harus sabil berjoget pula. 

Berikutnya adalah lomba memakai dan memindahkan sarung secara estafet 5 orang. Siapa yang lincah dan cepat memindahkan sarung, regu itulah pemenangnya.

Ibu-ibu bersiap lomba memakai dan memindahkan sarung secara estafet (dok. Martha Weda) 
Ibu-ibu bersiap lomba memakai dan memindahkan sarung secara estafet (dok. Martha Weda) 

Lalu, ada pula lomba memindahkan kardus per kelompok. Satu kelompok terdiri dari tiga orang. Dengan bekerja sama, setiap regu harus memindahkan kardus dari satu titik ke titik tertentu, dengan syarat semua peserta harus tetap berdiri di atas kardus.

Lomba ini juga memerlukan kecepatan dan strategi yang tepat. Regu yang mencapai garis finish lebih dulu tanpa kesalahan, merekalah pemenangnya.

Ibu-ibu berlomba memindahkan kardus secara beregu (dok. Martha Weda) 
Ibu-ibu berlomba memindahkan kardus secara beregu (dok. Martha Weda) 

Saya sendiri ikut serta dalam lomba memindahkan terung, yang sayangnya kena diskualfikasi, heuheu... Kebetulan salah seorang anggota regu tak sengaja menjatuhkan terung. Tapi, nggak apa-apa, yang penting asyik, seru, dan menghibur. Sedangkan lomba memindahkan kardus, regu kami finish di posisi ke tiga. Lumayanlah, hehe...

Hadiah bagi peserta ibu-ibu cukup menarik. Sebagian besar berupa bahan dan barang kebutuhan rumah tangga serta aneka makanan kecil.

Peserta terakhir dalam gelaran perayaan 17 Agustus kali ini adalah bapak-bapak.

Lomba kategori bapak-bapak sangat menarik dan menghibur warga yang hadir. Diantaranya adalah lomba makan kerupuk.

Uniknya, lomba makan kerupuk kali ini disertai dengan semangkuk mi instan mini yang baru saja diseduh dengan air panas. Hmm, nikmat dan menggoda pastinya. Seorang bapak bahkan terlihat lebih asyik menikmati mi daripada menghabiskan kerupuknya, hahaha.... 

Lomba makan kerupuk sambil menikmati mi instan, khusus bapak-bapak (dok. Martha Weda) 
Lomba makan kerupuk sambil menikmati mi instan, khusus bapak-bapak (dok. Martha Weda) 

Atraksi yang tidak kalah menariknya adalah lomba mengambil sejumlah uang koin yang melekat pada sebuah jeruk bali yang dilumuri arang. Cara mengambilnya menggunakan mulut, sedangkan jeruk bali tergantung pada tali.

Lomba mengambil koin dengan mulut (dok. Martha Weda) 
Lomba mengambil koin dengan mulut (dok. Martha Weda) 

Lucu sekali melihat keseruan aksi bapak-bapak ini. Mereka tetap bersemangat meskipun berakhir dengan wajah penuh coreng-moreng.

Gelaran pamungkas lomba kategori bapak-bapak adalah berjalan dan berjoget, sembari kaki menjepit terung dan dua tangan mengepit balon. 

Seperti kategori ibu-ibu sebelumnya, lomba terung balon untuk bapak-bapak ini takkalah menariknya. Penonton tertawa-tawa geli dibuatnya, melihat aksi-aksi kocak mereka. 

Menjelang magrib, rangkaian acara pun berakhir. Pembagian hadiah menjadi pengujung acara.

Hadiah diberikan untuk pemenang lomba baik untuk bapak-bapak maupun ibu-ibu. Hadiah untuk bapak-bapak umumnya adalah kemeja, kaos, sarung, dan aneka makanan kecil.

Kemudian hadiah doorprize yang masih tersisa pun turut dibagi-bagikan kepada warga yang beruntung. Tidak lupa pembagian bingkisan makanan kecil bagi semua anak yang telah hadir.

Luar biasa! Seru bukan main gelaran perayaan HUT ke-78 RI kali ini. Meskipun kegiatan perayaannya hanya skala kecil, dan swadaya warga masyarakat pula, acaranya bisa sangat meriah. Semua warga bersatu padu dan bekerja sama demi suksesnya acara. Bahkan rangkaian acaranya pun nggak "kaleng-kaleng."

Di sisi lain, acara perayaan ini sendiri memberi nilai tambah bagi kehidupan bertetangga dan bermasyarakat. Setelah selama ini sibuk dengan urusan pribadi dan keluarga masing-masing, rangkaian kegiatan perayaan hari kemerdekaan Indonesia kali ini tak luput menjadi gelaran silaturahmi antarwarga.

Semoga, dengan semangat kemerdekaan yang tidak pernah padam, Bangsa Indonesia terus menggelorakan semangat kerukunan, kerja sama, persatuan dan kesatuan dalam seluruh aspek kehidupan, dengan tetap berlandaskan Pancasila sebagai ideologi bangsa, serta UUD 1945 sebagai konstitusi dan sumber hukum tertinggi yang berlaku di Republik Indonesia. 

Dirgahayu Republik Indonesia ke-78. Terus Melaju untuk Indonesia Maju. Merdeka! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun