Belum lagi kalau harus menghadapi lingkungan atau kerabat yang usil. Karena ada saja orang yang suka mengatur dan sok mengajari tetapi tidak mau turun tangan membantu.
Lalu, ada pula yang suka menghakimi. Kemudian membanding-bandingkan dengan ibu-ibu lainnya yang bisa menghandle semuanya sendiri.
Setiap ibu berbeda. Kondisi kesehatan berbeda, Kondisi fisik dan mental berbeda, termasuk kondisi lingkungan pun berbeda. Itu sebabnya, proses adaptasi mereka pun berbeda-beda.
Oleh karena itu, ayo suami, orang tua, mertua, kakak, adik, atau kerabat yang bisa membantu, dukung dan bantulah ibu-ibu muda ini.
Sebisa mungkin ada anggota keluarga atau seseorang yang khusus mengambil alih pekerjaan rumah tangga. Hanya untuk sementara waktu. Paling tidak, selama beberapa minggu awal, sampai kondisi fisik dan mental si ibu benar-benar kuat.
Perlu juga ada anggota keluarga yang khusus memperhatikan asupan malanan dan gizi ibu menyusui ini. Karena apa? Karena ibu membutuhkan asupan gizi seimbang untuk memulihkan stamina usai persalinan. Tidak hanya itu, ibu harus berbagi makanan dengan bayinya melalui pemberian ASI.
Peran suami juga tidak kaleng-kaleng. Suami wajib hukumnya turun tangan, bekerja sama dengan istri. Jangan lupa berikan perhatian, kasih sayang dan dukungan motivasi terus-menerus. Tanpa itu semua, ibu-ibu muda bisa stres, bahkan bisa berakhir dengan depresi.Â
Membutuhkan edukasi
Ibu-ibu muda yang baru melahirkan maupun yang sedang memberikan ASI memerlukan edukasi. Akan lebih baik jika pemberian edukasi dimulai sejak masa kehamilan.
Diantaranya edukasi perihal kehamilan, edukasi perihal persalinan, edukasi menghadapi situasi usai persalinan, perihal seputar ASI, merawat bayi, kiat memulihkan dan menjaga kondisi fisik dan mental usai melahirkan, serta  edukasi lainnya yang berkaitan dengan hal tersebut.
Edukasi bukan hanya diperuntukkan bagi ibu, tetapi juga kepada para suami. Tujuannya tidak lain untuk meningkatkan kepedulian suami sekaligus ayah bayi terhadap kondisi yang sedang istri hadapi.Â