Beda halnya dengan zaman sekarang. Perkembangan digital membuat segala sesuatunya lebih mudah. Termasuk ketika hendak membaca novel-nivel klasik. Berbagai aplikasi baca buku, perpustakaan dan toko buku online memanjakan para pencinta buku.
Setelah menonton Pride and Prejudice, saya pun getol berburu novel terjemahannya. Penasaran sekali ingin tahu cerita sebenarnya dalam versi novel. Biasanya, sependek pengalaman saya, kisah dalam novel lebih mendalam daripada dalam filmnya. Lumrah saja. Tidak mungkin semua adegan dalam novel direalisasikan dalam film. Ada durasi yang membatasi.Â
Jadi, bagai orang ngidam, saya pun mulai hunting novel yang diterbitkan pertama kali tahun 1813 ini. Setiap kali berkunjung ke toko buku, selalu saya cari. Tetapi, ternyata memang tidak mudah.
Kalau novel asli dalam Bahasa Inggris, beberapa kali saya temukan. Hanya saja, untuk novel-novel klasik, buat saya bahasa Inggrisnya "berat". Bahasa Inggris abad pertengahan cukup sulit dimengerti. Jadi mending baca terjemahannya saja, biar lebih menjiwai, hehe..Â
Butuh bertahun-tahun kemudian untuk akhirnya bisa memiliki novel ini. Ketika saya mengunjungi sebuah cabang toko buku Gramedia di Jakarta Selatan, novel ini dipajang di salah satu raknya. Bak menemukan berlian, girang sekali hati ini. Akhirnya, terpenuhi juga ngidam saya.Â
Saat ini, menonton filmya, sudah, membaca novelnya juga sudah. Mission complete!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H