Pemberitaan pelawak wanita, Nunung Srimulat ramai menghiasi media sosial. Nunung menuai simpati publik setelah pengakuan harus membiayai 50 anggota keluarganya.
Nunung harus menanggung kebutuhan ekonomi keluarga besarnya, termasuk anak-anak, saudara, dan keponakan.
Kisah Nunung mendadak menjadi perhatian penikmat media sosial. Netizen menyebut kisah Nunung sebagai kasus ekstrem sandwich generation.
Dikutip dari Kompas.com, Sandwich generation adalah suatu istilah untuk orang yang bekerja di usia produktif tidak hanya bekerja untuk dirinya sendiri namun orang lain.
Digunakan istilah sandwich karena golongan tersebut terjebak di antara kebutuhan ekonomi antargenerasi keluarganya seperti anak, orangtua, hingga mertua.
Kondisi demikian pun bisa dengan mudah kita temukan di sekitar kita. Apalagi fenomena sandwich generation ini memang banyak ditemukan di negara-negara berkembang. Dimana rasa solidaritas antarkerabat begitu kental.
Seorang ibu yang saya kenal, sebut saja namanya Tina, juga hampir serupa keadaannya. Ibu Tina harus menanggung kebutuhan ekonomi seorang anaknya yang single parent dan seorang cucunya yang sudah berusia remaja.
Setiap awal bulan, wanita ini harus mentransfer sejumlah uang ke rekening anaknya. Besarannya sekitar dua juta rupiah perbulan. Ibu Tina memang tidak sekadar membantu, tetapi memenuhi semua kebutuhan anak dan cucunya.
Ibu Tina sendiri bukanlah seorang kaya raya. Hidupnya bergantung dari uang pensiun almarhum suaminya. Besaran uang pensiun yang diterima pada kisaran dua jutaan rupiah juga perbulan.r
Ini artinya, hampir seluruh uang pensiunnya diberikan pada anak dan cucunya. Lalu, bagaimana dengan biaya hidupnya sendiri? Beliau meminta pada dua anaknya yang lain untuk mengiriminya uang setiap bulan. Begitu cerita beliau.