Jadi, anak-anaknya yang lain secara tidak langsung ikut membiayai saudaranya yang tidak bekerja itu. Ibu Tina dan dua anaknya yang lain ini sama-sama menjadi generasi sandwich.Â
Duh, pusing ya kalau melihat situasi demikian. Sandwich generation ini bak lingkaran setan. Berputar-putar mengenai semua pihak yang terkait, tanpa terlihat ada titik akhirnya.
Anak yang sudah berumah tangga tetapi masih bergatung pada orangtuanya, memang bukan cerita baru. Dari sejak kecil, saya sering mencuri dengar cerita seperti ini dari orang dewasa.Â
Adanya fenomena ini dalam keluarga besar sebenarnya tidak terjadi begitu saja. Pasti ada beragam faktor pendorongnya. Terlebih bila fenomena tersebut berlangsung bertahun-tahun.
Seperti kisah Ibu Tina. Beliau membiayai anak dan cucunya selama lebih dari 12 tahun. Bahkan hingga kini masih terus berlangsung!Â
Terjebak di zona nyaman
Fenomena inilah yang saya lihat pada kejadian Ibu Tina di atas. Si anak sepertinya sudah kadung nyaman dengan kondisinya.
Setiap bulan menerima uang tanpa bekerja, dapat gaji buta tanpa perlu keluar tenaga, membuat anaknya nyaman.Â
Akibatnya, tidak berpikir lagi untuk berusaha. Daya juangnya hilang. Tidak ada motivasi lagi untuk memperjuangkan dan memperbaiki hidup.
Lalu, situasi anak bergeser menjadi generasi mager dan rebahan yang tidak produktif. Padahal masih berada dalam usia produktif.Â